Bab 11. Pertempuran di Padang Celestar
Flarion menghunus pisaunya, Jeff menyarungkan The West Sword dan mengenakan perisai baja sementara Merry menyandang busurnya dengan gagah. Hawkins belum juga kembali namun mereka tidak bisa menunggu lagi karena esok malam adalah bulan purnama. Pada saat itu kekuatan Manusia Serigala akan bertambah 2 kali lipat sehingga akan semakin sulit melawannya. Oleh karena itu mereka memutuskan untuk menyerang pada siang hari di Padang Celestar, padang rumput luas dan terbuka, tempat yang paling baik untuk melawan makhluk buas dalam jumlah besar. Tak ada jalan untuk mundur.
Inilah mereka, 43 Prajurit, seorang ksatria, seorang Forest Watcher dan mantan seorang pencuri roti bersiap menghadapi ribuan manusia serigala. Mereka sengaja memanggang daging ternak yang besar agar bau harumnya tercium oleh Manusia Serigala. Tak lama kemudian muncullah 4 Manusia Serigala yang terpancing umpan tersebut. Namun Jeff membunuh 3 di antaranya dalam sekejap mata dan membiarkan 1 lolos untuk memanggil yang lainnya. Mereka tahu pertempuran dashyat sudah ada di depan mata.
Derap ribuan langkah binatang buas telah terdengar. Jeff memegang erat pedangnya, Flarion meraba pisaunya dan Merry telah membentangkan busurnya. Para Prajurit siap dalam posisi masing – masing. Debu padang Celestar telah mengepul di hadapan mereka, tanda yang nyata Perang segera berlangsung.
‘Kenapa kalian berdua ingin bertempur?’ Tanya Jeff kepada Flarion dan Merry.
Flarion dan Merry saling berpandangan heran. ‘Tentu saja untuk membalas kematian Nyonya dan Klan!’ Seru Flarion sebal dengan pertanyaan aneh Jeff di saat menegangkan seperti ini.
‘Jangan pernah bertempur untuk dendam, sahabat – sahabatku! Dendam hanya akan melahirkan dendam yang lain. Bertempurlah untuk kebenaran! Bertempurlah untuk membela dan mengasihi orang lain yang tertindas kejahatan dan kegelapan...bertempur untuk orang yang kau cintai. Bukankah itu yang selalu diajarkan Florence padamu semenjak kau diangkat jadi anaknya?’ Seru Jeff.
Flarion terkejut,’Bagaimana kau tahu semua itu!’
Jeff melirik Flarion dan tersenyum,’ Karena Florence adalah istriku. Kami selalu berkiriman surat dan aku senang ketika ia mengatakan telah mengangkat beberapa anak dan yang paling dikasihinya adalah kau, anakku Flarion. Aku tahu Florence dalam bahaya ketika Pasukan Kegelapan akan menyerang Venetta. Aku ingin segera berada di sana sambil melindunginya bahkan dengan taruhan nyawaku sendiri. Tapi jika aku pergi dari bentengku maka jutaan nyawa akan melayang dan kerajaan akan jatuh. Lebih banyak korban yang akan menderita. Itulah sebabnya aku tidak bisa datang untuk Florence ku dan menyelamatkan kalian juga Venetta, kota kelahiranku. Tapi kini saatnya tiba bagiku untuk bertempur melindungi Bangsa manusia bukan untuk dendam... bertempur untuk mewujudkan cita – cita Florence, dunia yang damai.’
Flarion meneteskan air mata. Ia tidak tahu apakah ia harus terkejut atau marah, namun yang pasti Flarion kagum akan kebijakan hatinya. ‘Pantas saja jika Nyonya menikahi pria ini,’ pikir Flarion,’ Seseorang yang berani mengorbankan orang yang paling dikasihi untuk menyelamatkan lebih banyak orang lain, tidak egois. Berjuang untuk memenuhi cita – cita orang yang dikasihi bukan untuk dendam. Ksatria Jeff, The West Sword, sungguh pantas kau menyandang gelar Ksatria.’
‘Serang!’ Seru Jeff yang diiringi luncuran puluhan anak panah. Belasan Manusia Serigala tumbang seketika. Merry melepaskan anak panah dengan cepat dan berhasil menumbangkan 3 di antaranya sebelum 5 manusia serigala melompat ke arahnya. ‘Sonic Blast!’ Jeff berseru sambil mengayunkan pedangnya. Kelima Manusia Serigala tumbang dan Merry sudah mengganti senjatanya dengan pedang. Sekarang saatnya pertarungan jarak dekat.
Flarion telah melemparkan pisau – pisaunya dan merobohkan banyak Manusia Serigala. Merry sudah bersimbah darah dan tampak kelelahan. Jeff terus menyerang tanpa henti sementara perisainya terus berusaha melindungi Flarion dan Merry. Prajurit Armada Pedang Barat berguguran dan kini tak tersisa satu pun. Inilah jalan hidup Pasukan Armada Pedang Barat, gugur dalam pertempuran sebagai prajurit yang setia dan gagah berani. Puisi dan lagu kepahlawanan akan mengharumkan nama mereka dalam pertempuran gagah berani di Padang Celestar.
Kini mereka hanya bertiga, Flarion, Merry dan Jeff berdiri saling memunggungi sambil terus bertempur melawan ribuan Manusia Serigala yang masih tersisa dan telah mengepung mereka dari segala penjuru. Hari menjelang sore dan malam ini bulan purnama. Merry jatuh ke tanah, kelelahan dengan pedangnya yang patah menjadi dua. Flarion berusaha terus bertempur sambil memapah Merry namun luka di sekujur tubuhnya terasa begitu nyeri. Jeff yang kehabisan tenaga, tidak dapat lagi mengeluarkan energi ‘Sonic’ hanya dapat terus bertempur sementara perisainya digunakan untuk melindungi Flarion dan Merry. Tubuh Jeff tercabik – cabik tanpa perlindungan. Pertempuran nampaknya akan segera berakhir.
Bab 12. Pesan Sang Ayah
‘Kita kalah, kita sudah kalah!’ Flarion merintih dan jatuh berlutut. Merry pun jatuh tak sadarkan diri. Jeff memeluk keduanya dan menggunakan tubuhnya sebagai perisai bagi Flarion dan Merry. Manusia Serigala semakin buas dan terus mencabik – cabik tubuh Jeff.
‘Faith (keyakinan)..gunakan itu sebagai senjatamu, anakku!’ rintih Jeff,’ Kuasa –Nya nyata.’ Jeff pun menundukkan kepala dan mulai berdoa. Flarion mulai merasakan dekapan Jeff melemah dan cakar tajam serigala mulai ikut mencabik tubuhnya.
Namun tiba – tiba malam menjadi hening. Manusia Serigala menghentikan serangan mereka. Bumi menahan nafasnya. Segala makhluk terdiam, pucat pasi dan merasakan ada kekuatan dashyat sedang bekerja.
Gemuruh dashyat terdengar. Ribuan manusia serigala gemetar bahkan beberapa di antaranya meraung ketakutan, berjatuhan sambil menutup telinga. Dalam sekejap bangsa yang sebelumnya begitu buas kini merintih – rintih seperti anak anjing yang akan dibantai. Flarion tidak dapat mengerti apa yang terjadi... sampai dari kejauhan ia melihatnya... Sang Topan Api. Ia berputar dan bergerak dengan cepat ke arah Padang Celestar, menghisap apa dan siapa saja ke dalam putaran nya yang berapi dan menghanguskan. Manusia Serigala menjerit – jerit namun mereka tidak bisa lari, terhisap ke dalam putaran yang maha dashyat. Langit menjadi gelap gulita dan Bumi menangis.
Flarion memeluk tubuh Merry erat – erat dengan tangan kanan sementara tangan kirinya dipegang erat oleh Jeff. Jeff dengan sisa – sisa kekuatannya menancapkan The West Sword ke dalam tanah dan memegangnya dengan tangan kanan sementara tangan kirinya memegang erat tangan kiri Flarion. Dengan begitu mereka bertahan agar tidak terbang dan ikut terhisap dalam putaran Sang Topan Api. Namun sampai berapa lama mereka dapat bertahan? Tangan Jeff mati rasa dan pegangannya mulai lepas sedikit demi sedikit.
Pekik rajawali. Flarion memalingkan muka ke atas dan melihat Hawkins sedang menunggang rajawali, menukik turun menuju mereka. Jeff tidak bisa bertahan lagi, pegangannya terlepas begitu saja dan mereka bertiga pun terhisap masuk ke dalam Topan api. Namun pada saat yang tepat, Rajawali berhasil menangkap tubuh Merry. Flarion yang memegang tangan Merry tertahan untuk tidak terhisap lebih jauh demikian juga Jeff yang memegang tangan Flarion. Rajawali dan Hawkins berusaha menarik mereka semua keluar dari hisapan Topan Api tetapi sungguh malang mereka bertiga terlalu berat. Akibatnya Rajawali dan Hawkins pun perlahan – lahan mulai ikut terhisap ke dalam Topan Api.
‘Flarion, anakku, ingatlah selalu, di saat paling kelam di dalam hidupmu di mana harapan manusia sudah sirna, berdoa dan percayalah kepada Yang Maha Kuasa. Ia akan memberi pertolongan. Keep Your Faith!’ Kata Jeff kepada Flarion,’ Merry gadis yang baik... aku ingin sekali melihat kalian berdua menikah. Tapi jalan hidupku berkata lain. Ada pertemuan tentu ada perpisahan, namun aku sungguh bersyukur dapat melihatmu. Selamat tinggal, anakku tersayang, Flarion.’ Tanpa pernah diduga oleh Flarion, Jeff pun melepaskan pegangan tangannya. Flarion berusaha menangkap tangan Jeff tetapi terlambat sudah. Tubuh Jeff terbang menjauh dan terhisap dalam putaran Topan Api yang dashyat dan lenyap di dalamnya. Pesan Jeff, sang ayah, terngiang – ngiang di telinga Flarion untuk beberapa waktu. Kesadaran Flarion baru pulih ketika melihat tubuhnya ayahnya lenyap begitu saja.
‘Ayah!’ Teriak Flarion sekeras – kerasnya. Namun pada saat yang sama Hawkins dan Rajawali menariknya keluar dan menjauh dari Topan Api. Ia pun diterbangkan jauh ke atas langit. Flarion merasakan sakit dan kesesakan yang luar biasa pada dadanya. Kesakitan karena kehilangan... sama seperti dahulu ia kehilangan teman – temannya dan juga Nyonya.
Bab 13. Jatuh ke Tangan Musuh
Rajawali berhasil terbang menjauhi Topan Api. Angin lembut pun berhembus menyegarkan tubuh Flarion yang masih bergantungan pada lengan Merry, namun tidak bisa menghapuskan kesedihan yang mendalam di hati Flarion akibat kehilangan seorang ayah angkat yang baru saja diketahui olehnya. Tapi Flarion masih bersyukur, Ia masih memiliki Merry dan Hawkins. Mereka adalah keluarga Flarion sekarang. Flarion masih menyimpan harapan di hatinya untuk dapat bertemu lagi dengan Jeff.
‘Kabut! Kabut beracun!’ Seru Hawkins secara tiba – tiba. Rajawali segera berbalik arah menghindari kabut beracun yang entah darimana muncul menghadang di hadapan mereka. Flarion merasakan bahaya besar dan sepertinya Hawkins juga merasakan hal yang sama. Hawkins menyiapkan tombak bajanya. Tak lama kemudian, suara raungan ganas terdengar dari dalam kabut dan seekor Naga buruk rupa keluar, terbang dengan kecepatan tinggi menerjang ke arah mereka. Rajawali menghindar tepat pada waktunya.
Mistyx, itulah nama sang naga. Dilahirkan cacat dan dibuang oleh ayahnya, Sang Naga langit, Agair yang legendaris pada zaman dunia baru dibentuk. Mistyx adalah pembela setia Lord of Darkness sejak dari awal dan saat Pasukan Kegelapan berhasil dikalahkan dengan terperangkapnya Sang Master Lord of Darkness dalam Dimensi Waktu maka Mistyx ikut terperangkap dalam Lingkaran Waktu (tepi dari Dimensi Waktu). Mistyx dibebaskan oleh Garanox, The Dark Mage dan kini ia telah kembali menjadi penyebar teror dari Pasukan Kegelapan.
Rajawali yang membawa 3 orang, di mana 2 di antaranya sedang dalam keadaaan terluka, sama sekali bukan tandingan dari Mistyx, Sang Naga yang mampu menyemburkan kabut beracun. Apalagi Rajawali juga tidak dapat menggunakan cakarnya yang digunakan untuk mencengkram Merry yang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Oleh karena itu, Rajawali memutuskan untuk terbang menghindari pertempuran dengan Sang Naga. Tapi Mistyx bukanlah makhluk yang suka melepaskan mangsa apalagi musuhnya. Ia mengejar dengan kecepatan penuh dan siap menerjang Rajawali. Hawkins yang sigap segera melemparkan tombaknya dan melukai sayap Sang Naga. Mistyx meraung hebat karena ujung tombak Hawkins dibuat dari Batu Mestika Penjaga Hutan dan dilumuri Bubuk Api sehingga mampu menembus Kulit Binatang apapun, termasuk Kulit Naga. Mistyx yang akan jatuh akibat luka pada sayapnya segera menyemburkan Kabut Beracun ke arah Rajawali. Kali ini Rajawali tidak bisa menghindar. Racun itu membuat Rajawali kehilangan kesadaran dan melepaskan cengkramannya. Merry dan Flarion pun jatuh ke bawah. Flarion masih sempat melihat Hawkins sedang berusaha mengendalikan Rajawali sebelum pandangan nya sendiri menjadi semakin kabur dan gelap akibat reaksi dari kabut beracun.
Flarion terbangun mendengar jeritan dan tangisan Merry. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seekor Harimau Hitam sedang menjilati Merry dengan penuh nafsu seakan – akan sedang menikmati santapan yang lezat. Flarion berusaha menolong Merry tetapi ia baru menyadari bahwa tubuhnya dan juga tubuh Merry sedang terikat kuat oleh tali berduri. Flarion berteriak dan berontak sekuat tenaga untuk memancing perhatian harimau itu agar menjauhi Merry. Harimau itu menghentikan aktivitasnya menjilati Merry tetapi bukan karena tertarik oleh tindakan Flarion melainkan karena kemunculan seorang wanita setengah baya ke dalam tenda dimana mereka sedang disekap.
‘Hentikan itu, Harimau sayangku!’ wanita itu berkata,’ Mereka bukan makananmu. Mistyx yang melumpuhkan mereka dan kepada dia pula nyawa mereka akan diserahkan.’ Wanita itu berwajah dingin dan kejam, namun juga sangat cantik dan menarik walaupun tidak muda lagi. Tapi yang paling mengejutkan adalah pakaian nya yang unik, minimalis dan terbuat dari emas. Ia tidak nampak begitu peduli meskipun mata Merry dan Flarion memandangnya dengan tertegun, tanpa berkedip.
‘Namaku Maxira, biasanya aku lebih dikenal dengan The The Wild Beast,’ seru wanita itu memperkenalkan dirinya dengan congkak kepada Flarion dan Merry,’ Bagaimana dengan kalian? Siapa namamu, hai, para tawanan Pasukan Kegelapan?’
Bab 14. Rahasia Kelam Maxira dan Nyonya
Flarion dan Merry digiring dalam perjalanan jauh selama berhari – hari, menembus hutan belukar bersama dengan puluhan tawanan lainnya. Tawanan itu merupakan penduduk dari berbagai desa yang dihancurkan atau prajurit yang telah dikalahkan dan dibiarkan hidup oleh Pasukan Kegelapan. Tujuan mereka membawa tawanan adalah karena Mistyx, sang Naga Kabut Beracun membutuhkan makanan yang sangat banyak dan tidak ada yang lebih disukai Mistyx daripada daging manusia. Pasukan Kegelapan yang menangkap Flarion dan Merry sebagian besar merupakan Bangsa Goblin dan beberapa Troll Gunung yang besar, dipimpin oleh Mistyx dan Maxira. Flarion tidak tahu jumlah pastinya, tetapi menurut perkiraan nya ada sekitar 3000 Goblin dan 100 Troll yang dipimpin Mistyx dan Maxira. Flarion terus bertanya dalam hatinya,’ Kita akan dibawa pergi kemana?’
‘Tidak! Jangan makan aku!’ Raung para tawanan dengan penuh ketakutan ketika Mistyx datang dan mulai melahap beberapa tawanan sebagai santapan malamnya. Jerit kesakitan dan kematian terdengar lagi seperti hari – hari sebelumnya. Namun kali ini Mistyx melihat Merry dan tertarik kepadanya. Maka dengan satu gerakan cepat ia membuka mulutnya dan mendekati Merry. Merry yang dalam keadaan panik dan terikat tidak bergerak dan hanya memejamkan mata. Flarion pun maju dan menerjang Mistyx dengan bahunya. Mistyx yang tidak siap untuk serangan mendadak, terkejut dan jatuh ke samping. Namun ia segera bangkit dengan kemarahan yang luar biasa, meraung dashyat dan menghembuskan Kabut Beracun ke arah Flarion. Flarion tidak dapat menghindar karena jika ia menghindar maka Kabut Beracun itu akan melukai Merry dan tawanan lain di belakangnya. Racun itu telak mengenai Flarion, membuatnya jatuh berlutut dengan nafas sesak dan tubuh yang luar biasa sakit. Flarion berusaha tidak berteriak dan perlahan – lahan mulai bangkit kembali. Mistyx kembali meraung, lebih dashyat dari sebelumnya, marah karena baru kali ini ia melihat ada manusia yang mampu bangkit setelah terkena racunnya. Mistyx pun kembali menyerang Flarion dan siap melahapnya. Flarion menahan nafasnya.
‘Hentikan!’ Jerit Maxira dan cambuk api pun menggelegar mengikat moncong Mistyx yang siap melahap Flarion.
‘Kurang ajar! Berani benar kau ikut campur, Maxira!’ Raung Mistyx penuh kekesalan. Ini pertama kalinya Flarion mendengar suara sang Naga. ‘Mundur atau rasakan racun mautku!’
‘Jangan marah, Mistyx ku sayang,’ rayu Maxira,’ aku tahu mereka adalah santapan makan malammu. Tapi kumohon, maukah kau memberiku sedikit saja kesenangan untuk malam ini. Aku mau pria itu!’ Maxira menunjuk pada Flarion.’Biar aku saja yang akan menghukumnya!’
Flarion dibawa pergi oleh Maxira ke dalam tendanya dalam keadaan terikat. Harimau hitam, peliharaan Maxira menggeram ketika mereka berdua masuk. ‘Tenang, kucingku, sayang. Pria ini akan jadi mainan kita untuk malam ini,’ Maxira tersenyum jahat dan kejam.
Flarion tidak tahu apa yang terjadi. Sekilas ia ingat dipaksa untuk memandang mata Maxira dan kejadian berikutnya adalah ia merasa begitu hangat, ringan dan melayang – layang setengah sadar. Ia masih bisa merasakan bagaimana tubuhnya dipeluk dan perlahan – lahan sebuah wajah mendekat untuk mencium bibirnya. Namun tiba – tiba saja wajah Merry terlintas dalam ingatan flarion dan pada saat itu juga Flarion sadar akan jerat musuhnya. Ia segera berontak dan berbalik ke samping. Maxira terkejut akan perlawanan dari Flarion. Ia segera mengambil cambuk apinya dan mulai mengayunkannya ke tubuh Flarion. Flarion meringis kesakitan tetapi Maxira terus mengayunkan cambuknya sambil tertawa – tawa, menikmati setiap penderitaan yang dialami Flarion.
‘Bagaimana rasanya, hai pria tidak tahu diri? Kusediakan kenikmatan untuk menghabiskan malam berdua dengan ku tetapi kau malah memilih cambuk. Terima ini!’ seru Maxira sambil terus mencambuki tubuh Flarion. ‘Apa yang kaupikirkan pria kurang ajar! Apa kau pikir aku kurang cantik? Apa kau pikir aku tidak secantik Florence, orang yang kau panggil nyonya itu, Flarion!’ Teriak Maxira.
Flarion terkejut dan segera menengadahkan wajahnya. ‘Kau! Kau juga mengenal Nyonya?’ Tanya Flarion dengna keheranan.
‘Huh! Kau bertanya apa aku mengenal adikku sendiri, Florence. Bahkan aku juga mengenal suami busuknya, Jeff!’ Teriak Maxira kembali. ‘Baiklah, Flarion, biar kuceritakan sedikit kisah tentang kami bertiga!’
Maxira dan Florence adalah kakak – adik pendatang di Venetta. Ayah mereka menjadi salah satu pekerja ladang gandum di Venetta. Maxira dan Florence kerap kali membantu ayah mereka di ladang. Maxira, sang kakak membantu menanam sementara Florence menyiapkan bekal makan mereka. Hingga datanglah Jeff, putra dari pemilik toko roti yang selalu membeli gandum sebagai bahan dasar pembuat roti di tokonya. Maxira pun jatuh cinta pada Jeff, namun ia begitu malu untuk menyatakan cintanya. Oleh karena itu, ia meminta bantuan kepada Florence untuk mencari tahu tentang Jeff lebih jauh. Namun keadaan jauh berbalik menjadi begitu menyakitkan ketika pada akhirnya Jeff melamar Florence bukan dirinya. Maxira sedih dan lari dari rumah. Tapi sungguh malang, ia bertemu dengan para perampok di tepi hutan dan diculik.
Maxira kehilangan semuanya ketika tiap malam ia harus menemani para perampok secara bergantian dan pada akhirnya dijual sebagai seorang budak kepada tuan tanah negeri padang pasir yang tandus. Tuan Maxira seorang pria hidung belang, memiliki 3 orang istri dan banyak budak. Tetapi ia selalu memilih Maxira untuk menemaninya setiap malam dan menyiksa dengan cambuk untuk menyenangkan hatinya. Hingga akhirnya Maxira menjadi begitu putus asa dan membunuh tuannya sendiri. Tindakan itu diketahui oleh para pengawal tuannya dan Maxira pun ditangkap untuk diadili. Pengadilan memutuskan Maxira harus dibakar hidup –hidup.. Ketika hukuman akan dilaksanakan, seekor harimau hitam datang menyelamatkan Maxira. Roh Kebencian dalam diri Maxira telah memanggil Harimau Hitam entah darimana asalnya untuk datang. Maxira kemudian menyalahkan Florence yang telah merebut cintanya dan Jeff yang tega mengabaikan cintanya atas semua penderitaan yang harus dialaminya. Setiap kebencian, kesakitan dan dendam membuat Maxira dan Harimaunya menjadi semakin kuat hingga mereka pun bergabung dengan Pasukan Kegelapan agar dunia ikut merasakan apa yang ia rasakan.
‘Aku tidak rela jika harus menderita sendirian! Dunia ini harus merasakan apa yang telah aku rasakan, terutama Florence dan Jeff, mereka yang telah mengabaikan cintaku,’ Maxira terus berceloteh tanpa henti.
Flarion menatapnya tajam. ‘Apa kau yang telah membunuh Nyonya?’ tanya Flarion lirih.
‘Membunuh? Kematian bagi Florence tidak cukup untuk memuaskan balas dendamku! Kau tahu apa yang aku lakukan pada Nyonyamu? Aku membantai seisi rumahnya di depan matanya, aku bahagia saat melihat Florence meraung – raung melihat ia kehilangan semuanya, namun itu juga belum cukup... aku memerintahkan para Goblin untuk bersenang – senang menikmati nyonyamu yang cantik itu secara bergantian sebelum akhirnya mereka bosan dan memenggal kepalanya... ha..ha..ha..’ Maxira tertawa senang.
Flarion meneteskan air matanya. ‘Kasihan...sungguh kasihan!’ Flarion menggeleng – gelengkan kepalanya.
‘Yah, kau memang harus mengasihani nyonyamu yang malang! Seru Maxira.
‘Aku tidak sedang mengasihani Nyonya... aku mengasihanimu, Maxira,’ Kata Flarion lembut,’ Nyonya sangat menderita saat kematiannya tetapi ia telah menghabiskan seluruh hidupnya dengan penuh cinta dan bahagia. Cepat atau lambat semua manusia pasti akan mati juga. Tapi kau? Kau memenuhi hatimu sendiri dengan dendam dan kebencian seumur hidupmu. Tidak sedetik pun ada kebahagiaan dalam hatimu, bahkan setelah dendam itu terbalas pun, kau tidak juga bahagia, kan? Jeff benar, ayah benar... tidak ada gunanya bertempur untuk dendam karena dendam tidak pernah memberi kebahagiaan.’
‘Diam! Tawanan kotor dan hina sepertimu berani menghakimi aku, Maxira yang luar biasa?’ Jangan sebut nama Jeff di depanku atau kupotong lidahmu!’ Teriak Maxira dengan geram.
‘Aku tidak menghakimimu, Maxira... hanya mengatakan kebenaran. Hatimu sakit? Yah, pasti! Hatimu sakit karena setiap kata – kataku benar. Kau tidak bahagia dan sejujurnya kau masih mencintai Jeff walaupun kau bersikap seakan – akan begitu membencinya. Kau membencinya karena kau tidak bisa memiliki orang yang begitu kau cintai, kan?’ Flarion berkata dengan tenang.
‘Kupotong lidahmu, anak ingusan!’ Geram Maxira sambil maju ke depan.
Harimau hitam segera bangkit dan menggeram. Maxira menghentikan langkahnya dan mimik wajahnya berubah menjadi pucat. ‘Penyergapan! Kita diserang!’ Seru Maxira.
Bab 15. Penyergapan
‘Serangan! Bunyikan alarm!’ Maxira keluar tenda sambil berseru memberi peringatan. Tapi semua sudah terlambat. Hujan panah api telah terjadi dan membakar tenda – tenda. Para Goblin dan Troll berlarian tanpa arah yang jelas, saling bertabrakan dan menginjak. Panah – panah dilontarkan dengan cepat dari berbagai arah. ‘Bangsa Peri,’ desis Maxira. Ribuan Bangsa Peri menyerbu masuk ke perkemahan Pasukan Kegelapan dengan senjata pedang dan tombak sementara pasukan pemanah tetap siaga dalam posisi pengepungan, mengelilingi perkemahan.
Flarion tidak menyia – nyiakan kesempatan ini. Ia segera mencari benda tajam yang dapat digunakan untuk membuka ikatannya. Pisau! Ia melihat pisau di lantai. Pisau yang tadi dikeluarkan oleh Maxira untuk memotong lidahnya kini menjadi senjata untuk membantunya melarikan diri. Flarion berguling – guling untuk meraih pisau itu. Ia harus bertindak cepat, tendanya mulai habis terbakar dan panasnya mulai menyengat kulitnya. Flarion berhasil membebaskan diri tepat sebelum atap tenda yang terbakar menimpa tubuhnya. Ia segera lari keluar dan melihat kekacauan yang terjadi. Ini adalah kesempatan yang tepat untuk lari tetapi Flarion tidak bisa pergi begitu saja. ‘Merry, aku haru menyelamatkannya juga!’ tekad Flarion yang segera berlari menuju tempat Merry dan tahanan lain berada.
Flarion menyelinap di tengah kekacauan ke tempat para tahanan, membunuh beberapa Goblin yang menghalangi dan dapat dengan segera menemukan Merry beserta yang lainnya sedang berkumpul di pojok tenda, menghindar dari amukan api. Flarion membebaskan mereka dan tanpa menunggu perintah lagi semua para tahanan berhamburan keluar tenda. Flarion berlari sambil menarik tangan Merry, berusaha keluar dari perkemahan Pasukan Kegelapan. Mereka hampir berhasil tetapi Mistyx terbang ke hadapan mereka dan memblokir jalan mereka untuk lari.
‘Jangan berhenti, Merry! Biar aku yang menghadapi makhluk busuk ini!’ Seru Flarion kepada Merry. Tanpa keraguan sedikit pun Flarion maju dan melompat ke arah Mistyx. Ia melemparkan pisau itu ke mata sang Naga karena Flarion tahu itu adalah bagian terlemah Mistyx. Tapi Mistyx yang cukup waspada segera menghalangi matanya dengan sayapnya. Pisau itu pun terpental, tak mampu menembus tebalnya kulit Sang Naga. Flarion melihat Merry telah berhasil lari menjauh dan menghilang dalam kegelapan malam. Kini adalah pertarungan satu lawan satu antara manusia dan Naga. Tapi Flarion tidak memiliki senjata apapun. Kesempatan apa yang mungkin dimiliki seorang manusia melawan Naga dengan tangan kosong?
Mistyx melecutkan ekornya ke tanah, Flarion menghindar ke kiri dengan bergulingan namun sebelum Flarion kembali berdiri dengan benar, Mistyx telah kembali menyerang dengan pukulan sayapnya. Flarion terpental beberpa meter ke belakang. Mistyx segera mengarahkan cakarnya ke tubuh Flarion, siap mencabik – cabiknya hingga tak bersisa. Namun tiba – tiba sebuah jaring baja telah menjerat sang Naga dan puluhan panah api dilontarkan kepadanya. Para Peri! Karena sibuk bertarung dengan Flarion, Mistyx sama sekali lupa akan kehadiran Bangsa Peri yang tengah menyerang Perkemahan Pasukan Kegelapan.
Mistyx terperangkap dalam jaring baja. ‘Incar matanya!’ Perintah Seorang peri tinggi tegap, berpakaian jubah perang yang indah dan berkilat. Para pasukan peri pun mematuhi perintahnya. Namun di saat berbahaya itu, Mistyx menghembuskan kabut beracun. Bangsa Peri pun menghindar. Tempat di sekeliling Mistyx berubah menjadi gelap gulita, tak satu mata pun termasuk mata Peri yang mampu menembus Kabut tebal dan beracun itu. Flarion hanya mendengar sekilas kepak sayap Naga dan ketika kabut itu hilang, sang Naga telah berhasil melepaskan diri dan terbang ke langit. Mistyx berhasil meloloskan diri. Demikian juga dengan Maxira. Flarion tidak lagi melihat batang hidung wanita itu lagi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar