Selasa, 11 Maret 2008

The Chronicle of Flarion (26-30) By: Junaidi Halim

Bab 26. Raja Istana WhiteStone

WhiteStone! Kota WhiteStone telah telihat. Suatu kota yang benar – benar luar biasa dan berkilau ditimpa cahaya mentari. Pintu gerbangnya terbuat dari campuran baja keras dan permata putih yang ditempa oleh peri – peri masa lampau. Menara – menaranya tinggi menjulang ke angkasa dan dibangun dari batu alam dan dihiasi permata – permata putih. Flarion dengan beberapa ratus rakyat peri hutan segera berlari menuju kota tersebut. Kurang lebih 600 – 700 rakyat peri yang masih mau mengikuti Flarion menuju Kota WhiteStone yang akan segera menghadapi peperangan, termasuk di antaranya adalah Fleric. Sebagian besar rakyat peri memutuskan untuk tetap tinggal di tempat mereka berteduh beberapa hari yang lalu. Sebagian lagi memutuskan untuk pergi mencari hutan lain untuk ditinggali.
Flarion dan rakyat peri hutan tiba di depan pintu gerbang. Flarion segera maju dan mengetuk pintu gerbang kota dengan keras. Tidak ada jawaban. Flarion mengetuk dengan lebih keras lagi namun tetap saja tidak ada jawaban. Ketakutan! Flarion dapat merasakan suasana ketakutan yang begitu luar biasa. Apakah peperangan telah terjadi?
‘Siapa di luar?’ Seru seorang prajurit peri dari atas menara,’ Cepat jawab atau kami akan menembakmu dengan anak panah!’
Flarion segera menjawab dengan lantang,’ Aku Flarion. Aku membawa rakyat peri dari hutan di selatan. Biarkan kami masuk!’
‘Mereka datang! Musuh sudah datang! Semua pasukan bersiap pada pos nya masing – masing!’ Seru prajurit tersebut.
Flarion terkejut. Ia tidak menyangka prajurit peri itu akan menganggap mereka sebagai musuh. Namun ketika ia membalikkan tubuhnya maka Flarion menyadari bahaya lain. Kepulan debu bergerak dengan cepat menuju ke arah mereka. Debu peperangan! Ribuan Goblin dan Pasukan Manusia Serigala bergerak dengan cepat, menyerang The WhiteStone. Namun yang paling parah adalah Flarion dan ratusan rakyat peri hutan yang tak bersenjata berada di luar benteng kota. Rakyat Peri Hutan mulai berlarian karena panik.
‘Biarkan semua peri ini masuk!’ Teriak Flarion kepada para Prajurit yang berada di atas pintu gerbang sementara Fleric berusaha menenangkan rakyat peri hutan. ‘Buka pintunya! Biarkan kami masuk ke dalam!’ Seru Flarion lagi namun tidak ada jawaban. Para prajurit peri lebih mementingkan untuk bersiap – siap menghadapi serangan daripada harus membuka gerbang dan menghadapi resiko masuknya Pasukan Kegelapan ke dalam Kota WhiteStone. Keadaan kini menjadi semakin gawat.
‘Biarkan kami masuk, prajurit bodoh!’ Seru Fleric yang pada saat itu juga memakai mahkota kerajaan WhiteStone. Yah, ternyata Fleric adalah seorang raja, Raja dari para Peri Langit. Ketika Mahkota telah terpasang di kepalanya maka keagungan, kebijaksanaan dan keperkasaan terpancar dari wajahnya. Prajurit Peri Langit seperti tidak percaya akan penglihatannya dan sebelum diperintah untuk kedua kalinya maka pintu gerbang pun dibukakan agar sang raja dapat masuk ke dalam.
‘Flarion,’ panggil Fleric, Raja Peri,’ Sebelum memulai perjalanan ke tempat ini kau pernah mengatakan jika kita semua harus mati, maka kita akan mati bersama di sini. Apakah kau yang seorang manusia benar – benar rela mati untuk Bangsa Peri?’
‘Jika hidupku bisa ditukar untuk keselamatan dan kemerdekaan hidup dari ribuan makhluk maka aku rela mati untuk bangsa manapun kecuali Pasukan Kegelapan keparat itu,’ jawab Flarion sambil tersenyum.
‘Kalau begitu mari kita bertempur bersama, saudaraku yang pemberani,’ sahut Raja Peri Langit sambil menggenggam tangan Flarion dengan erat. Maka inilah saatnya nasib Bangsa Peri dipertaruhkan seluruhnya dalam pertempuran hidup dan mati.

Bab 27. Pertempuran Hidup dan Mati

‘Luncurkan anak panah!’ Perintah Jenderal Peri kepada pasukannya yang telah bersiap di atas benteng WhiteStone dan menara – menaranya yang kokoh. Serangan pertama telah dimulai. Puluhan manusia serigala yang telah mendekati pintu gerbang berguguran dalam sekejap. Namun Manusia Serigala yang lain menjadi semakin marah dan meningkatkan kecepatan lari mereka. Serangan panah para peri tidak dapat menghalangi mereka. Kecepatan lari dan ‘animal sense’ yang luar biasa membuat Manusia Serigala sangat gesit dalam menghindari anak panah karena mereka dapat merasakan adanya bahaya yang mendekat dan secepat kilat dapat menghindarinya. Pasukan Manusia Serigala berhasil mencapai pintu gerbang dan mereka segera mencoba untuk mendobrak masuk. Namun sia – sia. Pintu Gerbang WhiteStone yang terkenal kokoh tidak dapat ditumbangkan begitu saja. Cakar dan pukulan serigala tidak cukup kuat untuk menembus Gerbang WhiteStone yang putih berkilau, berdiri dengan gagah bagai gunung batu. Flarion dan Fleric yang telah tiba di atas benteng dapat bernafas lega ketika mengetahui serangan Manusia serigala tidak berhasil. Manusia Serigala juga tidak dapat memanjat tembok, bukan? Jadi mereka aman untuk sementara.
Puluhan panah diluncurkan ke udara dan puluhan prajurit peri menjerit kemudian tumbang kehilangan nyawa. Pengalih perhatian! Serangan Serigala ternyata hanya mengalihkan perhatian dari serangan yang sebenarnya. Ketika semua prajurit peri sibuk untuk melontarkan anak panah kepada para Manusia Serigala, Pasukan pemanah Goblin mendekat dan langsung menembakkan anak – anak panahnya. Bukan itu saja, mereka juga membawa banyak tangga besar dari besi. Mereka hendak memanjat tembok kota!
‘Tembak si pembawa tangga! Tembak Goblin yang membawa tangga!’ Seru Flarion,’ Jangan biarkan mereka mendekat atau Pasukan Serigala akan naik atas benteng!’ Flarion tahu mereka semua dalam bahaya. Pasukan Manusia Serigala tidak dapat menggunakan pedang maupun busur dan anak panah tetapi mereka jauh lebih unggul dalam serangan jarak dekat karena kekuatan dan kecepatan fisik mereka jauh di atas manusia maupun peri. Jika mereka berhasil naik maka benteng akan segera jatuh.
Peri kembali meluncurkan panah – panahnya namun mereka semakin sulit membidik karena para goblin pun juga terus meluncurkan anak panah mereka. Prajurit dari kedua belah pihak terus berguguran. Goblin terus mendorong tangga – tangga besar itu ke arah benteng. Setiap kali ada goblin yang gugur saat membawa tangga maka akan ada goblin baru yang menggantikan posisinya. Jumlah mereka sangat banyak dan tak terhitung.
‘Kita harus turun dan mencegah tangga itu mendekat lagi!’ Seru Flarion kepada Fleric.
‘Apa kau gila? Para Serigala itu akan menghabisi siapa saja yang turun ke bawah!’ Jawab Fleric yang terus sibuk memanah.
‘Itu lebih baik daripada mereka naik ke atas Benteng dan menghabisi pemanah – pemanah kita. Kelemahan dari Pasukan Serigala adalah serangan jarak jauh. Jika kita kehabisan pemanah maka harapan kita akan semakin tipis. Apapun yang terjadi tangga itu tidak boleh mendekati benteng!’ Seru Flarion lagi,’ Aku akan menghancurkannya dengan taruhan nyawa jika perlu!’
Flarion, Fleric dan puluhan pasukan yang paling berani mengambil keputusan yang tidak pernah dibayangkan siapapun. Mereka turun dengan tali yang dijulurkan ke bawah dari atas benteng pintu gerbang WhiteStone. Manusia Serigala dapat memanjat tangga tetapi tidak memanjat tali. Maka Flarion dapat turun dengan mudah namun ratusan Manusia Serigala langsung menyerang begitu kaki mereka menginjak tanah. Flarion segera balas menyerang dan api sang Phoenix kembali bercahaya dari tangan kanannya, menghanguskan setiap manusia serigala yang berani mendekat. Para peri pemberani yang turun ke bawah segera membentuk lingkaran untuk bertahan dan bersiap – siap melakukan serangan serentak.
‘Majulah Flarion! Hancurkan tangga2 itu! Kami yang akan mengurus Pasukan Serigala ini agar tidak menghalangimu,’ Jerit Fleric yang saat itu juga langsung maju menyerang,’ Frost Explosion!’ Fleric merapal mantera dan mengangkat pedangnya. Ketika itu juga dari pedang Fleric mengeluarkan energi dingin yang sangat besar dan membekukan semua lawan yang berada beberapa meter dari tempatnya berpijak. Hal ini sudah cukup membuat celah bagi Flarion untuk menerobos keluar dari kepungan Pasukan Manusia Serigala. Flarion berlari secepat – cepatnya menuju ke arah Pasukan Goblin yang membawa tangga besar.

Bab 28. Wolfhaunt, The Cerberus

Flarion terus berlari tanpa halangan. Perhatian pasukan Manusia Serigala sedang tertuju dengan Fleric dan pasukannya yang bertempur di bawah benteng WhiteStone. Pasukan Serigala yang menyadari tujuan Flarion segera mengejar tetapi para pemanah dari atas benteng segera menghabisi mereka atau minimal memperlambat mereka dan memberi waktu Flarion untuk berlari menjauh. Namun rencana itu tidak sesempurna perkiraan Flarion dan Fleric. Masih tersisa satu Manusia Serigala yang tidak terhalang olah apapun. Manusia Serigala besar yang berwarna biru tua dengan kecepatan dan kekuatan superior, jauh di atas kemampun Manusia Serigala lainnya, Manusia Serigala yang disebut Wolfhaunt, The Cerberus.
Wolfhaunt mengejar Flarion dengan kecepatan luar biasa. Panah – panah yang dilontarkan kepadanya sama sekali tidak mengurangi kecepatannya. Ia mampu menghidar dengan lincah dan tiba – tiba saja ia sudah menyusul dan menghadang Flarion dari depan. Belum sempat Flarion pulih dari rasa terkejutnya, Wolfhaunt sudah maju menyerang dengan cakarnya. Serangan yang sangat cepat! Flarion yang tidak waspada terkena serangan cakar dengan telak. Flarion terdorong jatuh ke belakang. Cakar Wolfhaunt ternyata sangat beracun dan juga sangat kuat. Besi – baja pun akan meleleh karena serangan itu tetapi ‘The Faith Armor’ milik Flarion menyerap semua racun dan meredam sebagian besar kekuatan pukulan dari Wolfhaunt. Namun walau begitu Flarion tetap terluka dan kesakitan. Flarion segera dapat berdiri lagi dan mengambil posisi bertempur. Wolfhaunt tidak nampak terkejut sama sekali mengetahui kenyataan bahwa pukulannya hampir diredam seluruhnya oleh Armor yang dimiliki lawannya tersebut. ‘satu persen dari kekuatan cakarku sudah cukup untuk membunuhmu,’ Seru Wolfhaunt kembali menyerang.
‘Iron Fist!’ Seru Flarion balas menyerang. Terlambat. Wolfhaunt sudah melompat ke atas, menghindari pukulan Flarion. Wolfhaunt segera mengayunkan cakarnya ke arah Flarion dari atas. Flarion melompat mundur menghindar dan ‘Phoenix Flare!’ Seru Flarion. Api sang Phoenix menyembur dashyat dan berkobar melahap habis Wolfhaunt bahkan sebelum kaki Flarion menyentuh tanah kembali. Namun sebuah cakar kembali menghajar Flarion dari belakang. Flarion merintih kesakitan sambil berbalik dan melihat Wolfhaunt yang lain.
‘Tidak mungkin, aku baru saja membakarmu dengan Api Phoenix!’ seru Flarion terkejut,’ Dan tidak mungkin itu ilusi karena bayangan tidak dapat hangus terbakar!
Wolfhaunt, The Cerberus tertawa. ‘Aku mendapat julukan Cerberus bukan tanpa sebab, manusia bodoh. Cerberus adalah anjing berkepala tiga penjaga neraka. Apakah itu ada artinya bagimu?’ Jawab Wolfhaunt yang menyeringai ganas ketika tubuhnya tiba – tiba terbelah menjadi 3. Wolfhaunt, The Cerberus dapat menggandakan dirinya.
Flarion terbelalak. Cerberus tidak dapat mati kecuali ke-3 nya dibunuh secara bersamaan. Jika ada satu saja yang masih hidup maka ia akan kembali menggandakan dirinya menjadi 3. Sungguh celaka! Flarion kembali menghindar ketika 3 Wolfhaunt kini menyerang secara bersamaan. Namun Flarion tidak dapat terus menghindar. Jika menghadapi sepasang cakar berkecepatan tinggi sudah sangat sulit, namun kini ia menghadapi 3 pasang cakar. Tinju cahayanya dan api Phoenix pun tidak banyak membantu karena setiap 1 Wolfhaunt terbunuh maka akan muncul wolfhaunt yang lain. Flarion hanya dapat bertahan dengan ‘Faith Armor’ nya. Namun luka yang diterimanya semakin banyak dan ia semakin lemah. Flarion menyadari dirinya dalam bahaya besar.

Bab 29. Para Sahabat berkumpul kembali

‘Stone Cast!’ Seru seseorang dari atas dan sebuah cahaya menghajar 1 dari 3 Wolfhaunt. Cahaya itu segera mengubahnya menjadi batu dan jatuh ke tanah. Pertarungan Flarion dan Wolfhaunt seketika berhenti dan keduanya memandang ke atas. Seekor Rajawali! Hawkins dan Lyrian sedang menungganginya. Hati Flarion menjadi lebih lega dan bahagia. Teman – temannya telah datang. Dari kejauhan ia juga melihat Elrica, Merry dan seorang Peri kuno kecil bersayap yang belum pernah dilihatnya sebelum ini. Yang lebih menggembirakan Flarion, Elrica membawa juga rakyat peri hutannya. Rakyat peri hutan yang memilih untuk tidak mau mengikuti Flarion membantu peri langit dalam bertempur. Namun sepertinya Elrica berhasil membujuk rakyatnya untuk ikut berperang.
Flarion segera mengambil posisi bertarung kembali. Semangatnya kembali bangkit. Kini Wolfhaunt yang tampak panik. Dari 3 Wolfhaunt kini tersisa 2 karena 1 telah dilumpuhkan Lyrian menjadi batu, namun Wolfhaunt tidak bisa menggandakan dirinya lagi untuk kembali menjadi 3. Saat itulah Flarion menyadari kelemahan dari makhluk ini. Wolfhaunt, The Cerberus hanya dapat menggandakan diri kembali menjadi 3 ketika salah satu dari Wolfhaunt tewas tetapi tidak saat mereka dilumpuhkan menjadi batu namun masih tetap hidup. Jumlah Wolfhaunt saat ini tetap 3, walau salah satunya telah berubah menjadi batu.
‘Bagaimana Wolfhaunt? Tidak dapat menggandakan diri lagi? Bagaimana jika salah satu darimu dijadikan batu yang lain?’ Ejek Flarion kepada Wolfhaunt. Tanpa menunggu jawaban, Flarion segera berseru kepada Lyrian,’ Sihir dia, Lyrian! Sekarang!’
Lyrian segera menanggapi seruan Flarion. Ia segera mengucapkan mantera namun sebuah anak panah hitam melesat dan mengenai bahu Lyrian. Mantera Lyrian meleset dan ia pun jatuh dari punggung rajawali. Flarion bahkan tidak sempat terkejut karena 2 pasang cakar kembali menghajar tubuhnya. Flarion masih sempat melihat rajawali dengan sigap menangkap tubuh Lyrian dan membawanya mundur dari arena pertempuran. Flarion kini kembali harus menghadapi Wolfhaunt sendirian yang walau jumlahnya tinggal 2 namun tetap saja sulit untuk menghadapinya. Ketika yang satu terbakar atau dipukul maka yang lain akan kembali menggandakan dirinya menjadi 2 kembali. Sementara tidak mungkin bagi Flarion untuk dapat menghancurkan keduanya sekaligus. Mereka terlalu cepat dan selalu menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya.
‘Hanya ada satu cara!’ Seru Flarion. Flarion bergerak cepat ke arah salah satu Wolfhaunt. Flarion tidak menggunakan tinju maupun semburan api jarak jauh. Ia memutuskan untuk melakukan serangan dekat. Flarion menerjang Wolfhaunt tanpa mempedulikan berapa banyak cakar yang diterimanya. Flarion mencekik Wolfhaunt kuat – kuat dengan kedua tangannya. Saat itulah Wolfhaunt yang satu lagi merasa bebas menyerang Flarion dari belakang. Wolfhaunt tidak membuang – buang kesempatan segera melompat dan mengayunkan cakarnya.
‘Sekarang!’ Seru Flarion yang tiba – tiba melepaskan tangan kirinya dan mencekik Wolfhaunt yang menyerang. Berhasil! Kini Flarion berhasil mencekik kedua Wolfhaunt dengan kedua tangannya. Namun Flarion terus mendapat serangan cakar yang bertubi – tubi dan kedua tangannya gemetar kesakitan. Kedua Wolfhaunt meronta sekuat tenaga untuk membebaskan diri.
‘Konsentrasi, Flarion!’ Seru Flarion dalam hati menyemangati dirinya sendiri,’ Sekarang atau tidak akan ada kesempatan kedua!’ Tangan Flarion menegang. Tangan kirinya memancarkan cahaya, kekuatan tinju cahaya logam ‘Faith Armor’ terpusat di sana sementara tangan kanan nya memerah dan terbakar hebat memusatkan seluruh panas Api Sang Phoenix di telapak tangannya. ‘Musnahlah kalian!’ Teriak Flarion dan kekuatan dashyat segera meledak dari kedua tangannya. Wolfhaunt yang dicekik tangan kiri Flarion tewas dengan tercabik – cabik sementara yang satunya hangus terbakar menjadi debu oleh tangan kanan Flarion.
Flarion jatuh berlutut sambil mengatur nafasnya yang terengah – engah. Tak lama kemudian sambil menahan sakit, Flarion bangkit dan mendekati Wolfhaunt yang membatu. ‘Sekarang apa kau masih dapat menggandakan diri, serigala jelek?’ Ejek Flarion,’ Akan kubantu kau menggandakan diri menjadi banyak dan kecil – kecil!’ Flarion mengayunkan tinjunya dan menghancurkan Wolfhaunt yang membatu menjadi serpihan kecil – kecil.
Flarion memandang sekilas ke arah pasukan goblin. Tangga – tangga besar sudah mendekati benteng WhiteStone. Fleric dan pasukan kecilnya sudah terdesak mundur dan memutuskan untuk kembali ke atas benteng dengan memanjat menggunakan tali. Goblin – goblin mulai berusaha menyandarkan tangga – tangga tersebut ke dinding benteng sementara Para Peri Langit terus memanah tanpa henti. Flarion segera berlari menuju ke arah tangga – tangga tersebut. Mereka harus segera dihentikan.

Bab 30. Persatuan untuk Kemenangan

Elrica memandang pertempuran dari kejauhan. Ia telah selesai mengatur formasi bertempur rakyatnya yang sebagian besar tidak pandai dalam pertempuran. Elrica memandang Pasukan Goblin yang begitu banyak dengan hati yang ragu. Apakah mungkin kemenangan masih berpihak pada Bangsa Peri? Ia berpaling dan memandang kembali pasukan Peri Hutan nya. ‘Mereka ketakutan. Pasukanku tidak siap bertempur, apalagi untuk membela kehormatan Peri Langit,’ bisik hati kecilnya. Namun sebuah rintih kesakitan mengejutkan Elrica dan ia melihat Lyrian, Mage yang masih muda terbaring lemah. Sebuah anak panah beracun menancap di bahunya dan Flivia, The healer, Peri kuno yang sudah lama mengucilkan diri sedang berusaha menyembuhkannya. Hati Elrica bergetar hebat.
‘Kalian lihat!’ Seru Elrica kepada rakyatnya, Peri Hutan,’ Kalian lihat Mage muda yang terkapar itu!’ Semua mata rakyat peri hutan memandang Lyrian yang terkejut dan berusaha menahan sakit karena tahu dirinya menjadi pusat perhatian. ‘Dia bukan peri!’ Seru Elrica lagi,’ Tapi dia berani maju bertempur dan terluka. Untuk apa? Untuk kehormatan dan kelangsungan hidup bangsa kita, Bangsa Peri! Jadi bagaimana dengan kalian? Lihat Flarion! Lihat Merry! Lihat Hawkins! Lihat semua teman – teman kita yang maju ke medan perang! Apakah kalian semua hanya akan berdiam diri saat melihat bangsa lain berjuang untuk kehormatan Bangsa kita? Seorang sahabatku bersedia menjadi budak untuk membela kehormatanku sebagai raja maka hari ini aku akan maju bertempur sampai mati untuk membela kehormatan Bangsaku sendiri. Sudah terlalu lama kita membiarkan dendam dan perselisihan memecah belah bangsa kita’ Elrica pun mengangkat pedangnya, Pedang Rembulan, Pedang Mestika Albrick, Ksatria kuno Para Peri dan berlari maju ke medan tempur.
Ribuan rakyat Bangsa Peri Hutan berteriak keras dan mengikuti raja mereka maju ke medan perang. Hati mereka bergelora untuk membela kehormatan Bangsa Peri. Menyingkirkan dendam dan perselisihan untuk menghancurkan musuh yang sama. Hawkins dan Merry juga segera maju bersama rajawali, terbang ke angkasa. Mereka semua menyerang bagai badai besar, membelah pertahanan Goblin. Bangsa Peri Hutan terus maju agar dapat mengamankan Pintu Gerbang Benteng WhiteStone dari serbuan musuh. Hawkins, Merry dan rajawali yng pertama kali sampai ke depan Pintu Gerbang. Hawkins segera mengayunkan tombaknya dan menimbulkan angin keras yang menyapu Goblin di bawahnya. Merry juga meluncurkan anak – anak panah dengan cepat, membunuh banyak Goblin. Rajawali menghindari serangan anak panah balasan dari Bangsa Goblin di bawahnya dan kembali menukik ketika ada kesempatan. Rajawali berhasil mencengkram tangga yang telah bersandar ke benteng dan membawanya terbang lalu menjatuhkannya dari ketinggian. Tangga yang jatuh tersebut langsung hancur lebur bersama dengan Goblin maupun Manusia Serigala yang bergelantungan padanya.
‘Bagus, Rajawali!’ seru Flarion yang juga sedang sibuk menghancurkan tangga – tangga dengan tinjunya. Beberapa tangga sudah berhasil menempel pada dinding benteng dan pasukan Goblin maupun Manusia Serigala segera memanjat ke atas. Pertempuran di atas benteng pun terjadi. Para Peri telah berganti senjata dari busur dan anak panah menjadi pedang dan tombak. Para Peri Langit sudah kewalahan. Namun bantuan segera tiba. Para Peri Hutan yang dipimpin Elrica tiba di bawah Benteng WhiteStone dan menyapu Pasukan Goblin maupun serigala yang berniat naik ke atas. Elrica dan pasukannya juga berhasil menghancurkan tangga – tangga yang tersisa. Setelah semua pasukan musuh di atas benteng berhasil dihabisi, Peri Langit kembali menggunakan busur dan anak panah untuk menghabisi musuh di bawah benteng.
Pasukan Goblin dan Manusia Serigala kehilangan harapan. Mereka sudah kehabisan tangga dan itu berarti mereka kehilangan cara untuk dapat memasuki benteng Kota WhiteStone. Untuk mendobrak pintu gerbang sangat sulit dilakukan apalagi dengan adanya Bangsa Peri Hutan yang bertempur dengan berani di depan mereka. Sehingga dapat dikatakan mustahil bagi mereka untuk dapat merebut Kota WhiteStone hari ini. Seorang Goblin hitam besar membunyikan terompetnya. Suara mengerikan terdengar nyaring dan Pasukan Goblin maupun Manusia Serigala yang tersisa mengambil langkah mundur.
Flarion melihat ke arah Goblin besar yang membunyikan terompet itu. Ia melihat kebuasan dan kekuatan yang luar biasa di dalam tatapan mata sang Goblin. Flarion tahu dialah pemimpin serangan dari Bangsa Goblin ini. Panah Hitam! Mata Flarion melihat busur dan anak panah hitam yang terikat di bahu goblin tersebut. ‘Jadi Makhluk inilah yang telah melukai Lyrian tadi,’ bisik Flarion lirih.

Tidak ada komentar: