Selasa, 11 Maret 2008

The Chronicle of Flarion (81-85) BY: Junaidi Halim

Bab 81. Pertarungan di Tepi Pantai

‘Panah!’ Seru Fleric dan panah – panah peri pun berhamburan ke arah Pasukan Kegelapan yang baru saja keluar dari dalam air. Pasukan Kegelapan tidak sempat mempersenjatai diri mereka dengan perisai ataupun panah karena sebelumnya di dalam pertempuran dalam air anak panah tidak berguna dan perisai menjadi beban yang berat.jika dipergunakan di dalam air. Pasukan Kegelapan sama sekali tidak menyangka mereka akan dipaksa untuk bertarung melawan Bangsa Peri di darat. Namun semangat Pasukan Kegelapan untuk membantai Para Peri sama sekali tidak berkurang karena mareka dipimpin oleh Dua Jenderal Tengkorak yang sangat kuat, Kullnor The Hellstar dan Madon The Ice Bone.
Darah Fleric berdesir kencang melihat kehadiran The Hellstar karena setiap peri pasti tahu reputasi kekuatan dari makhluk yang satu ini, yang salah satunya adalah membunuh Albrick, Sang Pahlawan Guardian Bangsa Peri. Tubuh Fleric gemetar antara takut dan marah melihat musuh besar Bangsa Peri muncul di hadapannya. Maka tanpa ragu Fleric segera mencabut Pedang Rembulannya dan menyerang maju ke arah Kullnor The Hellstar. Melihat sahabatnya maju maka Gnorr pun tidak tinggal diam, ia segera melontarkan Kapak Terbangnya ke arah Madon The Ice Bone.
Seperti biasa, Fleric menggunakan jurus Ice Crashernya dan berusaha membekukan Kullnor namun Fleric menjadi terkejut sendiri ketika melihat ledakan es yang seharusnya membekukan Kullnor sama sekali tidak berguna. Tubuh Kullnor sepanas api neraka sehingga jurus es Fleric dapat dengan mudah dihadapi. Gnorr pun mengalami kesulitan yang sama, Kapak Terbangnya tiba – tiba saja melambat di udara dan dapat dengan mudah dihindari oleh Madon bahkan dengan cepat Madon mampu melancarkan serangan balik dengan melemparkan es dari tulang – tulangnya yang menonjol. Gerakan Gnorr menjadi semakin lambat dan tubuhnya menggigil serasa membeku ketika berada di dekat Madon. Gnorr pun sudah kehabisan akal karena kekuatan fisiknya tidak berguna jika tidak dapat menghantam lawan dengan tepat. Di sisi lain, Fleric pun mati – matian menghindar serangan pedang Kullnor yang panas luar biasa sementara aura dingin Pedang Rembulan yang mampu memperlambat gerakan lawan tidak berdaya di hadapan api neraka Kullnor.
Tubuh Fleric sudah penuh dengan luka bakar sementara tubuh Kullnor tidak terluka sama sekali karena aura es pedang Rembulan dapat dihindari oleh tubuhnya yang selalu mengeluarkan api yang panas. Fleric mulai berkeringat dingin. Kesempatan untuk menang bagi Raja Peri sudah tertutup. Kullnor pun tersenyum dan tiba – tiba menghilang. Fleric terkejut dan segera bertindak cepat dengan membuat bayangan dirinya. Sepersekian detik kemudian bayangan itu sudah pun lenyap ditusuk oleh pedang api dari belakang oleh Kullnor yang tidak terlihat oleh mata. Fleric menyadari bahaya yang tidak terlihat oleh karena itu ia segera memperbanyak bayangannya sebanyak mungkin dengan harapan dapat membingungkan Kullnor. Sepertinya itu adalah strategi yang bagus untuk membuat penyerang yang tidak terlihat menjadi frustasi karena tidak tahu siapa yang harus diserang di antara begitu banyak bayangan. Namun Kullnor berbeda. Melihat lawannya jadi begitu banyak Kullnor menampakkan diri dan menggunakan jurus ledakan apinya. Dalam waktu singkat api menyembur dashyat dan membakar Fleric beserta semua bayangannya seketika itu juga. Fleric setengah mati berusaha memadamkan api di sekujur tubuhnya. Kullnor segera maju menyerang dan hendak memenggal kepala Fleric namun untunglah Fleric segera menyadari bahaya dan menangkis dengan pedangnya. Fleric terdorong mundur hingga menabrak Gnorr yang sudah hampir mati membeku hingga ke tulang – tulangnya. Mereka berdua tahu bahwa kekalahan sudah ada di depan mata.

Bab 82. Bertukar Posisi

Kullnor segera maju dan menyemburkan apinya ke arah mereka berdua. Tanpa disangka Gnorr langsung maju dan menghalangi api itu dengan tubuhnya. ‘Gnorr! Tidak!’ Fleric berteriak panik melihat tubuh temannya dibakar hidup – hidup. Tapi sungguh ajaib! Gnorr bukannya kesakitan dan hangus melainkan malah terbebas dari kebekuan yang menyelimutinya dan mampu melemparkan kapaknya secara bebas ke arah Kullnor. Kullnor yang tidak menyangka akan mendapat serangan balik tidak dapat menghindar. Ia terluka telak di dadanya oleh pukulan Kapak yang luar biasa kuat dari Gnorr. Melihat temannya terluka, Madon pun tidak tinggal diam. Ia segera membantu dengan serangan es dari tulang – tulangnya. Kali ini giliran Fleric yang maju dengan jurus Ice Crasher. Es beradu dengan es dan kedua jurus itu pun saling menghancurkan di udara. Akhirnya Fleric dan Gnorr masih memiliki harapan untuk menang jika mereka bertukar posisi tempur.
Kullnor merasakan tulang dada tengkoraknya retak. Api sepanas neraka di tubuhnya tidak berpengaruh terhadap Gnorr yang masih kedinginan karena tulang – tulangnya membeku akibat jurus Madon, bahkan sepertinya Gnorr semakin cepat pulih ketika berada di dekat Kullnor. Maka pilihan satu – satunya Kullnor menggunakan jurus menghilang dan menyerang dari belakang. Tetapi Gnorr yang sudah mengetahui jurus yang satu ini tidak tinggal diam. Gnorr tahu Kullnor berada di dekatnya dalam keadaan tidak terlihat tapi bukan berarti tidak dapat dijatuhkan. Gnorr segera menghantam tanah dengan kapaknya dan menimbulkan getaran keras seperti gempa bumi. Kullnor yang tidak sempat menjaga keseimbangan terjatuh dan sebelum ia sempat bangkit, Gnorr sudah menghantam tubuhnya untuk yang kedua kalinya. Gnorr menginjak kepala Kullnor dengan kakinya dan mengarahkan kapak ke leher Kullnor. Kali ini walaupun Kullnor dapat menghilang tetapi tebasan kapak Gnorr tidak akan meleset.
Madon berteriak histeris menyaksikan kepala Kullnor terlepas dari tubuhnya dan ia juga menjadi semakin panik menyaksikan lawannya membelah diri menjadi belasan Fleric. Tanpa bantuan Kullnor, hilang sudah harapan Madon untuk dapat menyerang Fleric yang sesungguhnya dan bukan bayangan. Apalagi Gnorr yang sudah hampir pulih dari jurus pembeku tulangnya kini mulai berjalan mendekati dirinya. Madon pun menjatuhkan diri menyerah. Pasukan Kegelapan yang melihat pemimpinnya menyerah segera ikut menjatuhkan diri dan kehilangan harapan untuk bertempur lebih jauh. Para Peri pun bersoran penuh kemenangan.
Di saat kemenangan ada di depan mata, pada saat itulah bahaya yang sebenarnya mengancam. Madon yang sedang berlutut tiba – tiba melompat ke arah punggung Gnorr dan menggunakan jurus rahasianya, Jurus Penguasa Tulang. Madon bermaksud menguasai tubuh Gnorr dengan mengendalikan tulang – tulangnya. Perlahan – lahan Tulang Madon yang kebiruan menyusup masuk ke dalam tubuh Gnorr dan menjadi satu dengan tulang – tulang Gnorr. Fleric berteriak panik dan ketakutan tanpa dapat berbuat apa – apa. Ia tidak menyerang musuh yang sedang menempel erat dengan temannya itu karena Fleric tidak mau melukai Gnorr.
Gnorr hampir berhasil dikuasai oleh Madon. Tiba – tiba saja tangan kanan Gnorr bergerak di luar kemauan tubuhnya sendiri dan melemparkan kapak terbang ke arah Fleric. Fleric segera menghindari serangan tersebut tetapi Gnorr yang kakinya juga telah berhasil dikuasai berlari mendekati Fleric dan menghantamkan tinjunya ke dada Fleric. Fleric langsung terjatuh dan memuntahkan darah. ‘Tusuk aku, Fleric! Ayo bangun dan tusuk aku!’ Teriak Gnorr. Fleric segera menghindar ketika kaki Gnorr bermaksud menginjaknya. Ia ragu dan memegang pedang Rembulannya erat – erat. Gnorr mengayunkan kapaknya dan Fleric segera menangkis serangan itu sekuat tenaga sambil berseru,’ Ice Crasher!’ Gnorr beserta Madon pun membeku untuk sementara.
Saat Madon masih belum pulih dari kebekuannya, Gnorr segera mengambil alih kesadaran organ tubuhnya dan menghancurkan es di sekelilingnya. Lalu ia menarik ujung Pedang Rembulan yang masih dipegang Fleric dan menusukkannya sendiri ke dadanya. Pedang Fleric menusuk tembus ke belakang dan juga menusuk Madon yang bergantungan di punggung Gnorr. Madon terkejut dan berteriak kesakitan. Ia berusaha melepaskan diri dari Gnorr tetapi Gnorr dengan sisa – sisa kekuatannya yang ada, menggerakkan kapaknya dan berulangkali menghantamkan ke belakang tubuhnya sendiri. Darah Madon dan Gnorr sama – sama menyembur keluar dan mereka berdua roboh.
Tak lama kemudian Flivia dan Trexien mendekati kedua temannya itu. Fleric jatuh berlutut dan terlihat masih ‘shock’ karena melihat Gnorr bertindak nekat dengan menusuk dirinya sendiri dengan Pedang Rembulan miliknya. Sementara Gnorr tidak jelas keadaannya antara hidup dan mati. Madon tergeletak kehilangan nyawa setelah tubuhnya tercabik – cabik kapak Gnorr. Flivia segera menghampiri Gnorr dan memeriksa keadaannya. ‘Bagaimana dia?’ Tanya Fleric lirih kepada Flivia menanyakan keadaan Gnorr. Flivia menggeleng lemah,’ Kesempatan hidupnya tipis, jika dapat hidup pun, ia akan menjadi cacat total karena tulang punggungnya telah patah dan rusak total.’ Fleric pun meneteskan air mata dan mulai menangis terisak.

Bab 83. Pertarungan Final Bangsa Peri

Kemenangan Bangsa Peri di tepi pantai Atlantis hanya bersifat sementara. Prajurit Bangsa Peri yang jumlahnya hanya tersisa sedikit setelah melewati begitu banyak pertempuran dashyat kini harus berhadapan dengan seluruh Pasukan Manusia Serigala yang dikerahkan oleh WolfGod sendiri. 4 Jenderal Manusia Serigala yang tersisa dari 6 Jenderal: WolfGod The Master; WolfLady The Mother; WolfHowl The Howler; WolfSpirit The Ghost. Ribuan Manusia Serigala sudah siap melakukan serangan penghabisan. WolfGod tersenyum puas menyaksikan ketakutan Bangsa Peri yang terdesak. Fleric kini harus bertarung seorang diri karena Gnorr pingsan sementara Flivia dan Trexien bukan Ksatria petarung.
Manusia Serigala bergerak maju dengan kecepatan tinggi dan diiringi oleh Jurus Raungan WolfHowl The Howler. Bangsa Peri terpaksa menutup telinganya karena tidak tahan terhadap raungan tersebut sehingga mereka tidak dapat memanah dengan baik. Fleric yang melihat situasi berbahaya segera melepaskan Jurus Ice Crasher nya dan membekukan barisan Manusia Serigala terdepan sekaligus menjadikan benteng es untuk menghalangi Manusia Serigala di belakangnya menyerang dari arah depan. Karena terhalang tembok es buatan Fleric, Manusia Serigala mengambil arah memutar dan menyerang dari arah kanan dan kiri Pasukan Peri. Pasukan Peri masih dapat bertahan dari kepungan dua arah ini tetapi tidak bertahan lama karena WolfGod The Master meninju tembok es Fleric hingga hancur berkeping – keping. Kekuatannya sungguh luar biasa.
Fleric pun membuat bayangan dirinya sebanyak mungkin untuk membingungkan serangan Pasukan Manusia Serigala tetapi WolfLady The Mother menciptakan ribuan serigala jadi – jadian yang mengejar bayangan Fleric. Walau Fleric dapat menciptakan belasan bayangan tetapi tetap saja tak dapat bertahan menghadapi ribuan serigala yang selalu menerkam setiap kali melihat dirinya muncul baik berupa bayangan maupun dirinya yang asli. Fleric terdesak hebat.
WolfSpirit segera menerkam Flivia yang sedang berusaha mengobati Gnorr dan WolfHowl juga menerkam Trexien. Flivia dan Trexien tidak memiliki kekuatan untuk bertarung dan sepertinya mereka akan mati sia – sia. Tubuh indah Flivia sudah tercabik – cabik namun ia masih sempat meminum suatu ramuan sebelum akhirnya meninggal karena darahnya diminum habis oleh WolfSpirit. Sementara Trexien menjerit kesakitan saat berusaha dimangsa oleh WolfHowl tetapi di saat kritis itulah Gnorr tiba – tiba bangkit dan mencekik leher WolfHowl. Sungguh sial bagi WolfHowl yang tidak waspada. Dalam keadaan tercekik WolfHowl sama sekali tidak dapat mengeluarkan Jurus Raungan Serigalanya dan ia mulai lemas kehabisan udara.
WolfSpirit melihat temannya dalam bahaya segera membantu dengan mengeluarkan jurus ilusinya. Namun pada saat itulah ia terbatuk dan mengeluarkan darah. Perutnya terasa melilit dan tubuhnya mulai membiru. WolfSpirit The Ghost keracunan. Ia menjadi panik dan bergulingan dalam keadaan bingung sampai ia melihat sisa tubuh Flivia yang tercabik – cabik. WolfSpirit baru menyadari bahwa sebelum meninggal Flivia telah meminum racun untuk dapat meracuni dirinya. Flivia adalah seorang Peri ahli ramuan. Racun yang dibuatnya tentu bukan sembarang racun. WolfSpirit pun mati konyol oleh seorang wanita peri yang lemah dalam kekuatan fisik namun memiliki keberanian selayaknya seorang ksatria besar.
Gnorr pun kembali muntah darah akibat terlalu banyak mengeluarkan tenaga setelah berhasil mencekik mati WolfHowl The Howler dengan tangan kosong. Itu adalah hal yang luar biasa bagi manusia manapun namun daya tahan Gnorr hanya sampai di sini. Sebelum wafat ia memberikan kapak terbangnya kepada Trexien yang juga luka parah dan berkata,’ Kekuatan tidak terletak pada tubuh yang besar dan kuat tetapi terletak pada hati yang murni dan berani. Pakailah kapak ini dengan berani, saudara Trex dan jadilah seorang pahlawan dengan kelebihanmu sendiri!’ Gnorr pun menghembuskan nafasnya yang terakhir. Trexien menangis kencang.
Menghadapi dua Jenderal Manusia Serigala yang kuat membuat Fleric kehilangan harapan untuk menang apalagi langit mulai gelap dan malam pun tiba. Sinar bulan bersinar cerah dan Fleric harapan untuk menang sudah musnah. WolfGod The Master adalah Manusia Serigala yang sempurna dan ia menyerap kekuatan bulan. Ketika bulan muncul di langit walaupun belum bulan purnama namun sudah cukup memberi kekuatan puluhan hingga ratusan kali lipat kepada WolfGod. Saat bulan muncul kekuatan WolfGod menjadi setingkat dewa. WolfGod pun menjadi semakin ganas ketika bulan muncul dan kekuatannya sama sekali tidak dapat dipercaya. IceCrasher Fleric dianggap seperti hantaman salju yang lembut dan tidak berpengaruh apa – apa. Ia langsung menyergap maju dan mencabik Fleric. Untuk yang terakhir kalinya Fleric menebaskan Pedang Rembulannya dan pedang tersebut patah ketika beradu dengan taring serigala WolfGod. Fleric terjatuh sambil memandang patahan pedangnya dengan tidak percaya. Pedang warisan Guardian Albrick akhirnya jatuh bersama Fleric dalam pertempuran di tepi Pantai Atlantis.
‘Tunggu! Jangan bunuh dia!’ Seru WolfLady kepada WolfGod,’ Aku butuh jiwanya untuk menambah kekuatanku!’ WolfLady tersenyum licik karena ia tahu Flerick tanpa Pedang Rembulan tidak akan bisa menggunakan jurus apapun juga. Fleric sudah terlalu lemah untuk bertarung lagi. ‘Aku punya satu permintaan terakhir!’ Seru Flerick terengah – engah,’ Aku ingin mati bersama dengan dia!’ Tangan Flerick mengacung kepada Trexien yang sedang membungkuk.
Saat itulah WolfGod meraung keras dan mengerikan. Ia baru menyadari bahwa kedua jenderalnya WolfHowl dan WolfSpirit telah mati. Dan ia memandang Flerick dengan marah,’ Apa gunanya aku mengabulkan keinginan seorang musuh?’
Flerick menjawab,’ WolfLady dapat mengambil jiwa kami berdua!’
WolfLady yang serakah segera menjawab,’ Izinkan dia mati bersama! Lagipula apa ruginya bagi kita?’
Flerick segera berjalan menuju Trexien yang gementar menahan sakit dan memeluknya lembut. WolfLady melangkah di belakang Flerick dan siap menghisap jiwa keduanya. Trexien pun roboh dan meninggal karena kehilangan banyak darah namun pada saat ia jatuh di balik bajunya muncul kapak terbang Gnorr. Rupanya Trexien berusaha mempertahankan nyawanya dengan berlutut untuk menyembunyikan Kapak Terbang Gnorr. Fleric segera meraih kapak itu dan berbalik lalu langsung memenggal kepala WolfLady dengan sekali tebas. Malang bagi WolfLady, kerakusannya menyebabkan ia tidak waspada akan jebakan lawan. Saat itu ribuan jiwa melayang terbebaskan dari jerat WolfLady The Mother. WolfLady pun tewas seketika. WolfGod mengamuk dan mencabik tubuh Fleric. WolfGod meraung kuat dan mencari Garanox yang tidak berbuat apa – apa untuk membantu Pasukan Manusia Serigala namun Garanox tidak kelihatan di mana pun.

Bab 84. Empat Melawan Satu

Pertempuran di Atlantis masih berlanjut. Pasukan Kegelapan yang telah kehilangan ke-3 Jenderalnya memang terdesak hebat. Namun gelombang kengerian berikutnya baru akan dimulai ketika sebuah teleport hitam terbuka dan suara tawa mengerikan terdengar, menciutkan semua hati lawannya. Seorang penyihir dengan wajah buruk dan mengerikan keluar dari dalam portal teleport. Ia memegang Tongkat Sang Master Kegelapan, The Darkness Scepter yang menunjukkan posisinya sebagai pewaris kuasa gelap. Ia adalah Garanox dan di dunia ini belum ada satu makhluk pun yang sanggup berhadapan dengannya. Tetapi Kong, Agarach, Redtail dan Arachea memberanikan diri untuk menghentikan langkah Sang Penyihir Hitam, Garanox. Empat melawan satu.
‘Wah, lihat siapa yang berani menentang kekuatanku sekarang? 3 ekor serangga dan seorang manusia hina? Kesempatan apa yang kalian miliki untuk melawan kekuatan dari Lord of Darkness?’ Ejek Garanox memandang remeh kepada lawan – lawannya.
‘Kau memang penyihir yang kuat, Garanox, mungkin yang terkuat di zaman ini tetapi kami berempat dan kau hanya sendiri. Mari kita lihat, sebenarnya seberapa kuat kau!’ Seru Arachea, sang Ratu Laba – Laba Bangsa Serangga sambil maju menyerang. Di keenam lengan Arachea memegang pedang panjang dan ia bergerak lincah dari satu jaring ke jaring yang lain. Memanfaatkan tubuhnya yang setengah laba – laba dan setengah manusia Arachea dapat menyerang dengan cepat dan dari arah mana pun melalui jaring laba – laba yang telah disebar sebelumnya.
Namun Garanox memang bukan penyihir sembarangan. Tongkatnya bersinar dan dalam sekejap jaring Arachea berubah menjadi abu. Arachea yang terkejut akan perubahan ini terjatuh dan sebelum ia sempat bangkit, Garanox sudah meluncurkan sinar hijau ke arahnya. Untunglah Red Tail langsung menggunakan ekornya untuk menarik Sang Ratu menghindar dari bahaya. Cahaya hijau itu menghantam tanah dan menyebabkan ledakan dashyat. Serangan Garanox memang tidak main – main. Kali ini dia mengetukkan tanah lima kali sambil membaca mantera dan tanah pun bergetar dashyat. Entah dari mana lima Golem muncul dari dalam tanah dan langsung menyerang ke arah Arachea, Red Tail, Agarach dan Kong. Kekuatan Golem tanah buatan ini memang jauh di bawah Golem yang sesungguhnya namun sudah cukup untuk membuat keempatnya kewalahan dan berada dalam bahaya.
Agarach menyerang terlebih dahulu dengan serangan ribuan jarum beracunnya tetapi karena kondisi yang lelah dan terluka, serangannya tidak lagi mematikan seperti semula. Golem – Golem yang terkena serangan, terus bergerak maju. Red Tail menggunakan ekornya sebagai senjata dan menyerang telak ke arah salah satu Golem dan berhasil menjatuhkannya namun Golem yang lain memukulnya hingga terbanting jauh ke belakang. Golem yang jatuh dengan segera dapat kembali bangkit dan bergerak maju. Kong pun maju dengan rantai baja dan mengikatkan peledak di ujungnya. Lalu ia memutar- mutarkan rantai itu di atas kepalanya sambil membidik. Dengan gerakan cepat ia melemparkan rantai itu dan mengikat kaki salah satu Golem dan meledakkannya. Golem yang kehilangan kakinya segera jatuh dan hancur berkeping – keping.
‘Serang kakinya!’ Seru Kong yang telah mendapati kelemahan dari Golem yang terbuat dari tanah itu,’ Jangan biarkan kaki mereka menginjak tanah! Tanah adalah kekuatan mereka!’ Arachea yang mendengar Instruksi Kong segera membuat jaring besar di atas Para Golem dan menjerat leher salah satunya dengan jaring. Dengan kekuatan penuh ia menariknya ke atas dan memintalnya seperti laba – laba memintal lalat. Golem yang tidak menginjak tanah sama sekali kehilangan kekuatannya dan tidak berdaya. Redtail yang telah bangkit segera menghancurkan seekor Golem dengan menyerang kakinya dan demikian juga Kong yang sudah menghancurkan sebuah Golem lagi. Golem terakhir dihancurkan oleh Agarach dengan meluncurkan ratusan jarum beracun dan menabrak kaki Golem itu hingga hancur. Mereka mengakhiri pertarungan itu dengan kelelahan namun Garanox telah menghilang.
‘The Blue Orb!’ Desis Kong. Garanox pasti tengah mengincar Orb biru milik Bangsa Mermaid.

Bab 85. Antara Cinta dan Benci

Cephril dengan gemetaran memegang Trisulanya yang mengarah kepada Leinor sementara Knaurk bersandar di tepi balairung istana. Leinor memegang tombaknya erat – erat. Kedua mata Mermaid yang saling mencintai ini begitu hampa antara cinta dan benci yang saling beradu di dalm hati mereka masing – masing.
‘Mengapa kau tidak mau ikut denganku, Leinor?’ Tanya Cephril mulai terisak,’ Kau tahu betapa aku mencintai dirimu namun kenapa kau malah memilih tahta Kerajaan Mermaid? Apakah semua itu memang lebih berharga daripada diriku dan cinta kita?’
‘Cephril, mengapa tidak kau yang mau bersabar sedikit saja? Jika kita lari bagaimana dengan tanggung jawabku kepada Kerajaan Mermaid? Bagaimana dengan ayahku yang sudah tua dan begitu mengharapkan aku sebagai pewaris? Bagaimana kita bisa hidup damai sebagai pelarian terus menerus sepanjang sisa hidup kita? Aku hanya memintamu menunggu sedikit lagi sampai aku naik tahta dan menjadi seorang raja setelah itu aku akan menikahimu. Kau akan menjadi seorang ratu dan tidak akan ada yang berani menyakitimu lagi,’ Leinor berusaha memberi penjelasan,’ Tetapi mengapa kau begitu bodoh menjadi Jenderal Pasukan Kegelapan dan kini dengan tanganmu sendiri kau telah membunuh ayahku. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, Cephril.’
‘Menunggu! Aku sudah menunggu puluhan hingga ratusan tahun untuk dapat hidup damai sebagaimana Mermaid lainnya dan kau meminta aku menunggu lagi hingga kau naik tahta? Aku tidak bisa menunggu lagi, Leinor! Ayahmulah yang menyebabkan kita seperti ini! Hanya karena aku berdarah campuran dan aku mencintaimu, ia tega memisahkan kita dan memburuku seperti binatang! Apa aku tidak berhak membunuh raja bodoh itu!’ Teriak Cephril dengan penuh emosi.
‘Jangan hina ayahku!’ Teriak Leinor dengan penuh kemarahan.
‘Kalau begitu ikuti saja dia ke neraka!’ Balas Cephril sambil menusukkan Trisulanya ke arah Leinor.
Pertarungan keduanya pun dimulai. Leinor mengangkat tombaknya dan menangkis serangan Cephril. Serangan demi serangan fisik pun berlalu dengan sengit. Cephril yang sebelumnya telah terluka menjadi semakin lemah dan terdesak. Akhirnya ia pun menggunakan kekuatan sihirnya. Trisulanya bergetar hebat dan semburan ombak yang dashyat pun keluar dan menghantam Leinor hingga membentur dinding Balairung istana. Leinor tidak cedera berat karena sempat menahan pusat serangan itu dengan tombaknya dan seketika itu juga ia membalas serangan dengan jurus yang sama karena memang mereka berdua berlatih bersama ketika kecil. Serangan Leinor mengenai Cephril dengan telak dan langsung membuatnya roboh. Leinor langsung menghentikan serangan ketika melihat kekasihnya jatuh. Perlahan air mata pun mengalir di pipinya.
Leinor menggenggam erat tombak di tangan kanannya sementara tangan kirinya mengambil sesuatu dari balik jubah tempurnya. Ia mendekati Cephril yang masih berlutut berusaha untuk bangkit kembali. Leinor sudah sampai di depan Cephril dan mulai mengarahkan tangan kirinya. Namun Knaurk yang melihat Leinor sudah berada begitu dekat dengan Cephril menjadi salah paham dan berseru,’ Cephril! Awas serangan!’
Seketika itu juga Cephril langsung menghujamkan Trisulanya ke depan dan menikam perut Leinor. Sebuah bulatan biru, The Blue Orb terjatuh dari balik baju Leinor namun sebuah benda kecil yang jatuh dari telapak tangan kiri Leinorlah yang membuat Cephril terbelalak dan ikut mencucurkan air mata. Benda kecil yang terbuat dari emas dan berhiaskan permata, sebuah cincin pernikahan.
Leinor memuntahkan darah dan langsung jatuh ke pangkuan Cephril tetapi tangannya terus berusaha meraih cincin yang dijatuhkannya. Cephril meraih cincin itu dan menaruhnya di telapak tangan Leinor sambil terus menangis. Leinor dengan gerakan lambat memasangkan cincin itu di jari manis Cephril sambil berbisik,’ Maukah kau menikahiku, Cephril sayang? Ingatkah kau, aku pernah berjanji akan menikahimu setelah aku menjadi raja dan kini aku seorang raja. Cephril, aku mau kau menjadi ratuku.’ Cephril menangis semakin keras dan sebelum ia menjawab, Leinor sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir.
‘Aku mau! Aku mau!’ teriak Cephril namun Leinor sudah tidak bergeming lagi,’ Tidak! Jangan tinggalkan aku! Cephril terus berseru dan suaranya bergema di balairung istana Mermaid. Leinor, kekasihnya telah mati di tangannya sendiri.

Tidak ada komentar: