Bab 71. Pertempuran di Gerbang Selatan
Tak ada seorang manusia pun di Allastar yang akan mengira bahwa Benteng Selatan, salah satu dari 4 Benteng terkokoh di dunia pada akhirnya jatuh, bukan karena serangan dari luar tetapi karena Jenderal besar Senestar yang berkhianat dengan membiarkan Pasukan Kegelapan untuk masuk ke dalam Istana Allastar. Tak ada satu manusia pun yang menyangka akan melihat Jenderal Penjaga Gerbang akan saling bertarung hingga mati. Pengkhianatan telah menghancurkn Allastar, bukan hanya karena tewasnya Sang Raja dan masuknya Pasukan Kegelapan dengan mudah tapi juga mulai menggerogoti keyakinan dan semangat tempur para prajurit. Banyak di antara mereka yang lari ketakutan dan meninggalkan pos – pos mereka di selatan. Jika keadaan seperti ini berlanjut maka kejatuhan Allastar telah dapat dipastikan.
‘Mengapa kau lakukan ini, Senestar!’ Jerit Haman ketika melihat Senestar berdiri di depan barisan musuh. Orb kuning yang berada di singgasana Raja telah hilang dan dipastikan Senestar telah mengambil dan menyerahkan kepada Pasukan Kegelapan. Haman menjadi sangat marah,’ Katakan padaku! Mengapa kau sampai begitu tega melakukan ini, Senestar?’
Senestar tertawa. Sungguh tidak disangka, Senestar yang terkenal paling ramah dan baik hati di antara Jenderal lainnya adalah seorang pengkhianat yang kejam. ‘Aku sudah lelah, Haman. Lelah untuk bersikap manis dan ramah. Apa yang aku dapat selama pengabdian puluhan tahun? Apa yang pernah diberikan Goran kepadaku sejak ia menduduki tahta?’ Tanya Senestar sinis,’ Aku tidak akan pernah mendapatkan apa yang aku mau jika raja bodoh itu tetap berada di tahtanya. Jadi apa salahnya aku berkhianat karena Pasukan Kegelapan menjanjikan kekuasaan dan posisi sebagai raja atas segala manusia? Aku akan memiliki kekayaan yang tidak terbatas.’
Haman langsung mencabut pedangnya dan menyerang Senestar. Tapi Senestar juga tidak lemah, ia segera mencabut pedangnya. Sebuah pedang panjang seperti anggar segera muncul dan memunculkan ratusan bayangan pedang. Bayangan itu membuat Haman tidak bisa bergerak maju tanpa tertebas oleh pedang Senestar yang telah berubah menjadi ratusan buah. ‘SwordWave!’ Seru Senestar dan ratusan pedang itu pun mengepung Haman dengan rapat. Haman yang menggunakan kekuatan ‘Giant Power’ memampukan tubuhnya menjadi sekuat baja sehingga tidak terluka oleh sayatan pedang. Namun tubuh sekeras baja pun lama kelamaan akan terluka jika ratusan sayatan berulang kali menggesek keras tubuhnya.
‘Giant Quake!’ Seru Haman sambil menghantam tanah dengan kekuatan penuh. Maka tanah pun merekah dan menelan Senestar maupun Pasukan Kegelapan yang berada di sekitar nya, Mereka yang kurang cepat bergerak sudah dapat dipastikan tewas karena terjepit oleh batu – batuan di tanah, namun tidak begitu dengan Senestar yang telah mengetahui semua jurus Haman. Ia dengan mudah dapat menghidar tepat pada waktunya dengan melompat ke udara. Dan pada saat itulah Long keluar dari dalam istana. Haman melihat suatu kesempatan baik.
‘Long cabut pedangmu dan bantu aku!’ Seru Haman sambil melompat maju. Ia langsung menyergap Senestar dari belakang dan memeluknya dengan erat. Haman memusatkan seluruh kekuatan ‘Giant Power’ ke tangannya untuk memeluk Senestar sehingga wanita itu tidak dapat lari. Sia – sia saja Senestar yang dengan panik berusaha melepaskan diri dengan berbagai cara bahkan dengan berusaha memotong tangan Haman dengan pedangnya. Tangan Haman sudah berubah menjadi baja yang puluhan kali lebih kuat dari biasanya karena semua kekuatannya terpusat di sana. ‘Long, apa lagi yang tunggu! Cepat habisi pengkhianat ini!’ Teriak Haman tidak sabar.
Long tampak berpikir keras lalu memusatkan energi pada pedangnya. Pedang Long pun terangkat dengan sendirinya dan bergetar lalu melesat ke arah Senestar dan Haman. Pedang itu pun menebas dan memenggal. Sebuah kepala jatuh ke tanah yang kemudian disusul dengan tubuhnya. Kepala Haman telah terpisah dari tubuhnya.
Tak jauh dari tempat itu, Lyrian tiba dan menutup mulutnya. Merry berjalan terpincang – pincang di belakangnya karena kakinya terluka akibat terjepit lantai saat bertempur melawan Haman. Kedua wanita cantik itu pun terkejut dengan apa yang mereka saksikan. Dugaan mereka salah. Pengkhianat di Allastar bukan hanya seorang tetapi 2 orang. Long ternyata juga adalah seorang pengkhianat.
Bab 72. Teruslah Bertahan, Allastar
Bertempur tanpa semangat adalah hal yang sia – sia. Allastar sudah dapat dikatakan kalah bahkan sebelum bertempur. Prajurit – prajurit nya langsung kocar – kacir tanpa adanya pemimpin. Sang Raja dan Jenderal yang setia telah tewas semuanya. Jenderal yang tersisa semuanya adalah pengkhianat. Harapan apa yang dimiliki oleh Prajurit Allastar. Mereka sudah menjadi anak ayam yang ditinggalkan induknya. Saling berlarian dan bersembunyi, membiarkan sepuluh ribu Pasukan Kegelapan masuk dengan bebasnya tanpa halangan.
‘Root Cast!’ Seru Lyrian dan sulur – sulur hijau muncul dari tanah dan menahan laju Pasukan Kegelapan untuk sementara. Merry segera meluncurkan anak panahnya dan langsung menghabisi beberapa Goblin. ‘Thunder Cast!’ Lyrian kembali berseru untuk mengeluarkan halilintar yang segera menghanguskan beberapa Vampir yang menyerang dari atas. Beberapa prajurit yang paling berani akhirnya membantu kedua pahlawan wanita ini dengan panah dan tombak panjang. Namun jumlah mereka sudah terlalu sedikit untuk dapat bertahan lama. Sebuah pedang tiba – tiba meluncur secepat kilat. Lyrian segera menyambar Merry untuk berlutut. Beberapa Prajurit yang terlambat untuk menghindar segera kehilangan kepalanya. Rupanya Long dan Senestar sudah siap untuk beraksi lagi. Merry dan Lyrian semakin sulit mempertahankan diri.
‘Flying Star!’ Seru Long, menyerang untuk kedua kalinya. Kali ini Pedang Long terbang bukan dalam garis lurus namun berkelok – kelok sambil berputar – putar di langit. Arah pedangnya sulit diduga. Maka teriakan kematian prajurit – prajurit di sekitarnya pun terdengar. ‘Thunder Cast!’ Seru Lyrian sambil melontarkan halilintar ke arah pedang tersebut. Namun pedang itu seperti memiliki mata dan dapat menghindar secepat kilat dan kembali mengarah ke arah Lyrian. Untunglah Merry dengan sigap menolong Lyrian dengan menangkis pedang itu dengan pedangnya sendiri. Arah pedang terbang Long pun meleset dari leher Lyrian. Namun bahaya lain telah mengintai. Senestar dengan gerakan sigap segera meluncurkan serangan ‘Sword Wave’ nya. Ribuan bayangan pedang langsung mengepung Lyrian dan Merry.
‘Stone Cast!’ Seru Lyrian dan seketika itu juga puluhan bayangan pedang berubah menjadi batu dan hancur dengan sendirinya menjadi debu. Hal ini membuat Merry dan Lyrian dapat menghindar sementara waktu. Lyrian kembali meluncurkan ‘Stone Cast’ ke arah Senestar secara langsung tetapi Senestar segera membentuk bayangan pedang yang menghalangi kutukan itu. Hanya bayangan pedangnya yang berubah menjadi batu namun dirinya tersembunyi dengan aman di balik bayangan tersebut. Serangan Sword Wave pun kembali dimulai. Kali ini ribuan bayangan pedang itu meluncur dengan gerakan menusuk ke depan. Lyrian dan Merry segera menjatuhkan diri. Merry berusaha menangkis sebanyak mungkin bayangan pedang Senestar tetapi belasan pedang berhasil menggores kulit Merry dan Lyrian sehingga terluka cukup parah. Belasan Prajurit yang tidak sempat menghindar ikut tertikam oleh bayangan pedang Senestar itu. Melihat lawannya telah terdesak maka Long pun ikut maju menyerang.
Merry dan Lyrian sudah tidak memiliki celah untuk menghindar. Bayangan pedang Senestar telah melukai mereka dengan cukup telak. Belum lagi mereka sempat menghindar, pedang Long sudah di depan mata dan meluncur dengan kecepatan penuh. Keduanya sudah dipastikan akan meninggal seketika dengan kepala terpenggal namun sebuah pedang lain menangkis pedang Long dengan keras sehingga terlontar jauh ke belakang. Lalu sebuah jubah lapuk disibakkan sehingga menutupi pandangan Senestar. Bayangan pedang Senestar menyerang secara membabi buta namun hanya menusuk udara kosong. Orang asing yang menangkis pedang Long dan menyibakkan jubah lapuknya telah membawa Merry dan Lyrian menghindar ke samping. Orang asing itu pun berdiri dengan gagah sambil mengayunkn pedangnya. ‘Sonic Blast!’ Serunya dan sambaran pedang berkekuatan dashyat menyerang Long maupun Senestar secara bersamaan, memaksa mereka untuk mundur dan menghindar.
Long dan Senestar hanya dapat melotot melihat manusia yang berdiri di hadapan mereka. ‘Jeff The WestSword!’ Seru mereka secara bersamaan,’ Bagaimana mungkin kau masih bisa hidup?’
Bab 73. Pedang Barat Betempur Kembali
Jeff tidak menjawab pertanyaan Senestar dan Long. Ia menatap keduanya dengan tenang dan agak heran. ‘Mengapa kalian membunuhi orang – orang ini?’ Tanya Jeff,’ Bukankah kita adalah sesama manusia? Mengapa kau membantu Pasukan mengerikan di belakangmu untuk menyerang manusia?’
Long dan Senestar menatap Jeff dengan heran. Jeff bersikap seakan – akan tidak mengenali mereka berdua. Namun sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mencari tahu perilaku dari Si Pedang Barat. Mereka harus segera merebut Kerajaan Allastar secepat mungkin agar rencana Garanox dapat dijalankan dengan sempurna.
‘Lihat Seranganku, Jeff! Matilah kau! Sword Wave!’ Senestar berseru dan menyerang Jeff dengan ganas. Bayangan pedang bermunculan di mana – mana dan siap memotong seluruh tubuh Jeff menjadi kecil – kecil. Namun Jeff tampak begitu tenang dan berwibawa. Ia segera meluncurkan serangan Sonic Blast ke beberapa arah sekaligus dan membuka ruang kosong untuk dapat dilaluinya. Lalu ia pun bergerak dan melompat dengan gesit menghindari seluruh bayangan dengan kecepatan ‘sonic’ nya. Senestar terkejut melihat kecepatan Jeff yang telah meningkat jauh, puluhan kali semenjak mereka terakhir kali berlatih bersama. Senestar sama sekali tidak pernah mengira ada manusia yang bisa menghindari serangan jurus pedangnya seperti ini.
‘Terima ini, Jeff!’ Long pun berseru,’ Flying Star!’ Pedang Long pun melesat terbang lurus ke arah Jeff. Pedang Barat di tangan Jeff kembali menangkis serangan Long dan melontarkannya kembali. Sebelum Long sempat mengendalikan pedang terbangnya kembali, Jeff segera memperkecil jaraknya dengan Senestar dan langsung menebaskan pedangnya dengan ‘Sonic Blast’. Senestar dapat menangkis serangan Jeff namun Sonic Blast diarahkan dari 8 penjuru mata angin sekaligus ke arah Senestar sehingga walaupun dapat ditangkis bayangan pedang, Senestar tetap saja terlontar jauh ke belakang dan menghantam dinding. Pasukan Kegelapan yang tepat berada di belakang dan samping Senestar langsung tercabik – cabik Sonic Blast dari Jeff.
Melihat temannya dilontarkan begitu saja, Long langsung mengamuk. Ia kembali memfokuskan diri pada pedangnya. Pedang Long melayang dengan sendirinya di udara dengan gerakan tak beraturan namun secepat kilat. Tak ada yang dapat membaca arah gerakan pedang Long sehingga menjadikan pedang itu sangat berbahaya untuk dihadapi secara langsung. Walaupun Jeff memiliki kecepatan ‘sonic’ yang memampukan ia dapat bergerak sepuluh kali kecepatan manusia biasa namun pedang Long terus dapat memburunya seperti seekor singa yang mengejar mangsa. Jeff pun berlari menuju ke arah Long. Pasukan Kegelapan yang berusaha menghalangi Jeff langsung tertebas oleh Sonic Blast tanpa ampun. Long menjadi gentar juga menghadapi kedashyatan Jeff, The WestSword.
Pedang Long terbang dari belakang dan mengincar leher Jeff. Jeff pun memutar lehernya sedikit dan pedang itu hanya dapat menyerempet lehernya. Pedang itu berbalik namun Jeff dapat menangkis dan mendorongnya sejauh mungkin. Pedang itu terlontar jauh ke atas namun kembali menyerang. Jeff menghindar namun pedang Long akhirnya berhasil menggores kaki Jeff hingga berdarah. Namun luka itu sama sekali tidak mengurangi laju Jeff menuju ke arah Long berada. Jarak mereka berdua semakin lama semakin dekat. Long semakin gemetar dan langsung memusatkan konsentrasi pada pedangnya untuk menusuk dari belakang Jeff dengan kecepatan penuh. Jeff masih berada 10 meter di depan Long, sementara Pedang Long sudah meluncur mendekati punggung Jeff. Jeff mengayunkan pedangnya dan menggunakan Sonic Blast tapi semua orang tahu jarak nya masih terlalu jauh sehingga Sonic Blast tidak mungkin dapat mencapai Long. Namun sungguh di luar perkiraan, Jeff menggunakan Sonic Blast bukan ke arah Long tetapi ke tanah dan menjadikannya energi tolakan untuk melompat ke atas secepat kilat. Pedang Long yang pada mulanya mengincar punggung Jeff, kini meluncur secepat kilat ke arah dada Long sendiri. Long terkejut dan tidak sempat menghentikan laju pedangnya. Darah pun tersembur dan Long berteriak kesakitan. Ia tertusuk oleh pedang terbangnya sendiri hingga tewas.
Jeff melihat Senestar yang perlahan mulai bangkit kembali dengan tatapan ngeri melihat bagaimana Long tewas oleh pedangnya sendiri. Jeff hanya tersenyum tanpa rasa takut sedikit pun menyaksikan sepuluh ribu Pasukan Kegelapan menggeram marah dan mulai beranjak maju. Jeff berteriak,’ Ayo, maju saudara – saudaraku!’ dan semua mata menatap tak percaya apa yang terjadi setelah itu.
Bab 74. Bangsa Manusia Kerdil yang Terlupakan
Di dunia ini segala sesuatu yang kecil dan lemah selalu dianggap tidak berarti, yang pada akhirnya ada untuk selalu dilupakan. Tetapi tidak ada satu pun makhluk yang diciptakan tanpa memiliki makna. Demikian juga Bangsa Manusia Kerdil yang tingginya hanya selutut manusia biasa. Begitu Jeff berteriak maka dari balik awan turunlah ribuan Pasukan Manusia Kerdil yang melayang menggunakan kain yang dibentangkan seperti parasut. Menggunakan kelebihan tubuh mereka yang ringan dan kecil, Para Manusia Kerdil ini dapat menunggangi angin dan mengendalikan parasutnya dengan baik sambil memanahi Pasukan Kegelapan. Panah yang dimaksudkan di sini adalah sebuah jarum panjang berukuran 10 -15 centimeter namun akan menjadi sangat berbahaya jika ujungnya diolesi racun khas Manusia Kerdil. Panah Manusia Kerdil ini menjadi semakin mematikan karena ukurannya yang kecil dan tipis sehingga sulit ditangkis oleh pedang dan dapat menembus sela – sela baju baja. Pasukan Kegelapan menjadi kalang kabut seperti seekor beruang yang menghadapi sekerumunan lebah.
Begitu Bangsa Manusia Kerdil menjejakkan kakinya ke tanah, mereka mengganti senjatanya dengan tombak panjang yang berukuran 30 – 40 centimeter. Panjangnya cukup untuk menusuk perut dan jantung dari manusia biasa. Walau jumlah manusia kerdil lebih sedikit namun karena ukuran tubuh mereka yang kecil, mereka dapat bergerak lincah. Pasukan Kegelapan seperti berhadapan dengan hantu kecil yang berkeliaran di sela – sela kaki mereka. Pasukan Kegelapan tidak dapat melihat musuhnya dengan jelas di antara debu – debu tanah yang mengepul apalagi melancarkan serangan. Manusia Kerdil sangat pandai beradaptasi dengan alam. Mereka sengaja menjejakkan kaki kuat – kuat sehingga debu tanah di sekitar mereka terangkat dan menghalangi penglihatan musuh. Satu – persatu Para Goblin dan Tengkorak roboh tak berdaya. Hanya Bangsa Vampir yang masih aman karena mereka dapat terbang ke angkasa.
Senestar mendelik marah. Tubuhnya gemetar dan rasa takutnya timbul. Pasukan Kegelapan yang berada di atas angin kini mulai jatuh. Bukan oleh kekuatan manusia yang perkasa namun oleh bangsa yang tidak pernah diperhitungkan sebagai suatu bangsa sebelumnya oleh dunia, yaitu Bangsa Manusia Kerdil. Puncaknya adalah saat prajurit – prajurit Bangsa Manusia yang wajahnya memerah karena malu melihat Bangsanya dibela oleh manusia kerdil yang hanya seukuran lutut mereka. Maka ribuan prajurit yang pada mulanya melarikan diri kini berbalik menyerang Pasukan Kegelapan. Prajurit Manusia memfokuskan diri dengan menyerang Bangsa Vampir dengan anak – anak panah. Jeff pun tidak mau ketinggalan. Ia segera ikut terjun dengan melakukan serangan jarak dekat kepada Pasukan Goblin dan Tengkorak yang kebingungan. Merry dan Lyrian juga tidak tinggal diam dan bersatu dengan Pasukan Manusia untuk menyerang Bangsa Vampir yang berterbangan di angkasa. Semangat mereka berhasil dipulihkan dan kemenangan telah di depan mata. Bangsa yang kecil telah membawa perubahan besar dalam peperangan ini.
Senestar telah kehilangan akal. Ia bermaksud membantu Pasukan Kegelapan dengan ‘Sword Wave’ nya tetapi melihat lawannya adalah manusia berukuran kecil yang tengah bertarung di sela – sela kaki Pasukan Kegelapan sendiri maka mustahil baginya dapat menggunakan serangan massal seperti ‘Sword Wave’. Jika Sword Wave digunakan maka perbandingan tewasnya Pasukan Kegelapan dibanding Manusia Kerdil adalah 10: 1. Hal ini berarti Senestar akan lebih banyak membunuh pasukannya sendiri dibanding manusia kerdil itu. Tapi jika ia melakukan serangan jarak dekat tanpa ‘Sword Wave’, ia akan berhadapan dengan Jeff. Mustahil Senestar menang dari Si Pedang Barat tanpa jurus andalannya sementara Sonic Blast Jeff paling tepat digunakan untuk serangan jarak dekat. Senestar tidak tahu pilihan mana yang harus diambil. Ia pada akhirnya memilih untuk melarikan diri. Senestar berkhianat untuk dirinya sendiri maka tidak heran jika ia memilih untuk menyelamatkan dirinya sendiri saat keadaan mulai berbalik. Seorang pengkhianat tidak memiliki kehormatan dan kesetiaan untuk bertarung.
Merry dan Lyrian yang melihat Senestar berencana melarikan diri, tidak membiarkan hal itu. Kedua wanita itu pun mengejar Senestar. Lyrian berlari lebih cepat daripada Merry karena luka di kaki Merry belum sembuh. Lama – kelamaan jarak di antara mereka berdua terpisah semakin jauh. Senestar sengaja berlari lebih jauh lagi karena dia mempunyai rencana untuk menghadapi kedua wanita itu. Sebuah rencana licik. Menghadapi satu orang pasti jauh lebih mudah daripada menghadapi dua orang sekaligus. Senestar bermaksud menghadapi Lyrian terlebih dahulu baru kemudian membunuh Merry. Perbedaan jarak di antara kedua gadis ini sangat menguntungkan Senestar.
‘Sword Wave!’ Seru Senestar yang tiba – tiba berbalik. Lyrian yang terkejut segera menjatuhkan diri ke samping tetapi bahunya terkena sabetan bayangan pedang dengan cukup parah. ‘Thunder Cast!’ Lyrian membalas secepat mungkin tapi meleset. Serangan Lyrian yang dilakukan terburu – buru dapat dihindari dengan mudah oleh lawannya. Senestar dalam sekejap sudah di berada depan Lyrian dan nyawa sang gadis penyihir telah di ujung tanduk karena Sword Wave sudah siap dilakukan untuk kedua kalinya. Kali ini tidak ada waktu bagi Lyrian untuk menghindar lagi.
Bab 75. Matinya Sang Pengkhianat
Lyrian memejamkan mata dan menunggu nyawanya melayang. Tetapi ketika ia membuka matanya, Lyrian sudah berada di dalam pelukan seorang pria di mana tubuh mereka berdua bersinar terang oleh Faith Armor. Flarion telah memeluknya dan menyelamatkan Lyrian dari jurus mematikan Senestar. Faith Armor melindungi mereka berdua sehingga bayangan pedang dari ‘Sword Wave’ sama sekali tidak dapat menyentuh Flarion dan Lyrian. Hal ini sungguh di luar dugaan dari Senestar. Ia pun segera berbalik dan kembali berlari.
Mata Senestar berbinar – binar melihat Mystix di hadapannya. Ia berpikir nyawanya masih dapat diselamatkan dengan bantuan Mistyx. Senestar segera berteriak memohon pertolongan kepada Mistyx. Mistyx memandangnya sekilas dan bertanya,’ The Yellow Orb! Serahkan The Yellow Orb kepadaku!’ Seru Mistyx.
Senestar pun menjawab,’ Apa maksudmu, Naga bodoh! Orb itu sudah kuserahkan kepada Garanox! Sekarang, ayo kita pergi dari sini!’ Mistyx pun menggeram marah dan menyemburkan kabut racun ke hadapan Senestar. Sungguh sial bagi Senestar. Ia tidak pernah menyangka ia akan terbunuh oleh Naga yang dianggapnya sebagai teman. Pengkhianat tewas oleh pengkhianatan. Mistyx pun segera menghabisi Senestar yang tidak berdaya dengan cakar Naganya.
Lyrian segera menatap Flarion dengan tatapan curiga. Ia mencoba untuk menjauh namun Flarion yang menduga ada sesuatu yang tidak beres segera menangkap lengannya dan berkata,’ Ada Apa, Lyrian? Tak biasanya kau menghindar dariku seperti ini?’
Lyrian menjadi bimbang. Jika Flarion benar – benar pengkhianat dengan membunuh Hawkins dan rajawalinya lalu mengapa ia menyelamatkan dirinya. Namun misteri kebangkitan Rajawali juga sebuah misteri sama halnya kebangkitan Jeff dari kematian. Lalu kenapa Flarion bisa bersama dengan Naga menyeramkan Mistyx, The Fog Terror? Mata Lyrian melirik ke arah Mistyx yang diam dengan tenang dan Flarion tersenyum melihat lirikan mata Lyrian. Flarion pun mulai menceritakan kisah kematian Hawkins dan persahabatan barunya dengan Mistyx.
Mistyx pun membuka suaranya. ‘Kau pasti seorang penyihir, Seorang Mage yang muda dan menarik,’ Kata Mistyx kepada Lyrian,’Jika benar maka Dark Soul Magic pasti tidak asing bagimu, bukan?’ Lyrian terkejut mendengar ilmu sihir itu. ‘Yah, Sihir tingkat tinggi yang hanya dapat dikuasai oleh Penguasa Kegelapan. Banyak yang menyangka sihir itu telah musnah bersama jatuhnya Lord of Darkness namun siapa yang menyangka Garanox dapat menguasainya, sihir yang mampu mengendalikan tubuh lawan yang telah mati. Ia sekarang sudah jauh lebih dashyat dari penyihir manapun yang pernah tercatat dalam sejarah dunia. Kekuatannya sudah semakin sempurna.’
‘Jadi Hawkins dan Rajawali telah dimanterai dengan jurus ini?’ Tanya Lyrian.
‘Sepertinya begitu,’ Jawab Mistyx,’ Karena mereka meyerang kami terlebih dahulu dan kurasa Flarion mengambil langkah yang tepat untuk membunuh mereka.’
‘Mereka bukan Hawkins, Lyrian. Hanya iblis yang menguasai tubuh Hawkins. Hawkins yang asli telah mati dan tidak mungkin hidup kembali. Tidak ada satu pun orang mati yang dapat bangkit kembali kecuali jika dia adalah Yang Maha Kuasa dengan kekuatan tak terbatas,’ Kata Flarion.
‘Tapi tadi aku bertemu dengan Jeff, The WestSword. Demikianlah mereka semua menyebut nama pahlawan yang menyelamatkan kami semua dalam pertempuran di gerbang selatan Allastar. Tapi bukankah kau bilang ayah angkatmu itu telah mati karena terbawa Topan Api?’ Tanya Lyrian heran.
Mendengar itu, Flarion juga tak kalah herannya. Maka ia segera menarik Lyrian untuk menuju Gerbang Selatan. Flarion tidak sabar bertemu dan melihat Jeff dengan mata kepalanya sendiri. Namun Lyrian menariknya sedikit dan memeluknya tiba – tiba sambil berbisik mesra,’ Flarion, aku rindu padamu.’ Wajah Flarion langsung merah membara seperti sedang mengeluarkan energi Phoenix.
Sebuah langkah kaki terdengar lemah dan berhenti. Sebuah busur direnggangkan dengan anak panah yang siap ditembakkan. Merry dengan tatapan mata penuh amarah, kecemburuan dan dendam menatap Flarion dan Lyrian. ‘Matilah kalian semua, Pengkhianat!’ Jerit Merry.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar