Selasa, 11 Maret 2008

The Chronicle of Flarion (6-10) by: Junaidi Halim

Bab 6. The Forest Watcher

Flarion pingsan karena kelelahan dan kesedihan yang mendalam. Tubuhnya terasa kaku ketika ia tersadar dari pingsannya. Samar – samar ia merasakan ada sesuatu yang jahat mendekati, terdengar geraman mengancam. Flarion merasakan tubuhnya menjadi dingin dan ketakutan yang besar menghantui memenuhi dadanya. ‘Makhluk apa ini, nafasnya seakan menyebarkan teror yang begitu mengerikan,’ pikir Flarion. Dengan pelan, Flarion berusaha menggerakan jari – jarinya, meraba pisau kecil di pinggang nya dan siap beradu nyawa dengan makhluk apapun itu. Ketika dirasa hembusan nafas itu sudah dekat dan berada dalam jangkauan pisau nya maka dengan satu gerakan cepat, Flarion bangkit dan mengayunkan pisaunya tepat menusuk leher makhluk itu. Raungan panjang dan darah yang menyembur keluar membuat Flarion menahan nafasnya, terkejut melihat makhluk yang baru saja dihabisi nyawanya.
Manusia serigala, The Werewolf. Jumlahnya tidak satu, tapi puluhan, karena memang pada dasarnya makhluk ini hidup berkelompok dan membentuk bangsa sendiri, bangsa yang terkutuk di dunia. Serangan kilat Flarion berhasil menjatuhkan satu, namun memancing perhatian puluhan lainnya yang sebelumnya sedang sibuk memangsa mayat – mayat manusia yang tidak terkubur. Mereka segera mengepung Flarion rapat, tanpa celah, menggeram dalam kemarahan. Flarion segera menggenggam erat – erat pisaunya tanpa harapan untuk menang. ‘Satu lagi! Jika memang harus mati dimangsa makhluk jahanam ini, setidak aku akan membunuh satu lagi!’ desis Flarion di antara rasa takut dan semangat juangnya.
Manusia Serigala pertama menyerang dari arah kanan, Flarion segera menusuk nya tepat pada lehernya, yang merupakan kelemahan dari Werewolf. Makhluk itu pun langsung tewas, namun serangan itu kuat sekali sehingga Flarion jatuh ke belakang. Dan dalam persekian detik, Werewolf kedua melompat ke atasnya. Flarion belum sempat mencabut pisaunya apalagi untuk kembali berdiri. Flarion melihat kuku itu berkilat dalam terang cahaya bulan menuju wajahnya. Flarion memejamkan matanya. Terdengar suara mendesing. Serangan itu meleset. Werewolf itu jatuh ke samping, mati terpanah. Flarion membuka matanya kembali dalam keadaan hidup.
Kelompok Werewolf teralih perhatiannya oleh si pemanah gelap. 2-3 anak panah kembali melesat, menghujam ke tubuh Wereeolf lainnya, mereka meraung dan berlari dalam kelompok yang kacau balau, berusaha menemukan asal panah – panah itu. Flarion segera mengambil kesempatan untuk menghindar dan berlari. Werewolf yang sadar mangsanya berusaha melarikan diri, mengejar dari belakang. Flarion tahu kecepatan larinya kalah jauh dibanding Werewolf maka ia pun berbalik, siap untuk bertarung kembali. Namun belum sempat pertarungan tidak seimbang itu terjadi kembali, Suara pekikan keras terdengar dari belakang Flarion, dan sesosok makhluk lain sudah mencengkeram erat kedua bahunya dan mengangkatnya ke atas... terbang ke langit. Ia dibawa terbang oleh seekor rajawali raksasa. Bahu Flarion terasa nyeri dicengkeram begitu keras oleh cakar rajawali tetapi ia juga tidak bisa berteriak karena angin keras yang menerpa wajahnya. Terbang bukan lah perjalanan favoritnya.
Flarion dibawa ke sebuah rumah pohon di tepi danau. Rajawali itu menukik dengan kecepatan tinggi ke bawah. Flarion segera bersiap untuk mendarat tetapi sungguh di luar dugaan, rajawali melepaskan cengkeraman nya tiba – tiba, dan Flarion pun jatuh di atas danau. Dengan basah kuyup, Flarion tiba di tepi danau, terengah – engah setelah berenang. ‘Apa maksud semua ini?’ Flarion bertanya dengan geram.
‘Untuk menghilangkan bau badanmu!’ Seorang wanita muda muncul di belakangnya dengan busur dan anak panah di bahunya,’ Penciuman manusia serigala sangat tajam, oleh karena itu, kami harus menghilangkan bau mu terlebih dahulu agar mereka tidak melacak hingga ke sini... Selamat datang di markas The Forest Watcher.’

Bab 7. Dua Saudari di Tengah Hutan

‘Namaku Merry, keturunan terakhir dari Bangsa Manusia Klan The Forest Watcher, lalu siapa namamu?’ tanya wanita itu.
‘Flarion, namaku Flarion, aku Bangsa Manusia tapi bukan dari klan manapun. Aku hanya seorang manusia pekerja di toko roti Venetta, tidak punya kelebihan apapun,’ Flarion menjawab dengan perasaan rendah diri sambil terus menatap mata Merry. Mata yang indah dan membius penuh kehangatan. Kulitnya yang putih kemerahan, penuh kelembutan tetapi juga penuh kekuatan. Senyumnya ramah dan sangat mempesona. ‘Begitu cantik,’ desis Flarion pelan.
‘Hentikan itu, dasar pemuda tidak tahu diri!’ terdengar suara yang kasar dari wanita lain, berasal dari belakang Flarion. Flarion berbalik dan melihat seorang wanita turun dari punggung rajawali yang telah menerbangkan dirinya beberapa waktu lalu. Wanita itu terkesan galak dan sama sekali tidak anggun seperti wanita pertama. ‘Tidak sopan menatap wanita seperti itu! Kau kira adikku itu wanita jalang yang bisa kau permainkan dan kau bawa tidur seenakmu? Sekali lagi kau menatapnya dengan tidak sopan akan kucungkil kedua matamu!’ Maki wanita itu dengan kasar.
‘Sudahlah, kakak,’ seru Merry kepada kakak wanitanya, sambil tersipu malu. Lalu ia pun menggandeng tangan kakaknya untuk masuk ke dalam sebuah rumah pohon sambil mengerling pada Flarion sambil berbisik,’ Jangan dimasukkan ke hati, ayo masuklah.’ Flarion pun beranjak masuk ke dalam rumah pohon di tengah hutan, rumah milik para penjaga hutan ‘The Forest Watcher’.
Kakak perempuan Merry bernama Hawkins, the Hawk Rider. Rajawali yang menyelamatkan Flarion adalah peliharaannya sejak kecil. Watak dari Hawkins sangat berbeda dengan adiknya, Merry yang penuh senyum dan lembut. Hawkins seorang yang tegas, galak dan gagah perkasa, namun di balik semuanya itu ada hati yang baik dan mulia. Sikapnya yang tegas dan gagah terbentuk dari kehidupan masa kecilnya yang keras sebagai calon pewaris pemimpin Klan Penjaga Hutan dan semenjak kedua orang tuanya meninggal ia juga harus menjaga adik wanitanya. Orang tua Hawkins dan Merry adalah Kepala Klan Penjaga Hutan. Mereka sangat mengharapkan anak laki – laki untuk meneruskan kepemimpinan sebagai Kepala Klan. Tetapi kedua anak mereka adalah perempuan. Oleh karena itu Hawkins dilatih begitu rupa oleh sang ayah untuk menjadi kuat menyamai pria agar dapat menggantikan kedudukannya suatu saat nanti. Namun 5 tahun yang lalu seluruh Klan Penjaga Hutan kalah dalam pertempuran melawan Pasukan Kegelapan di bawah pimpinan The Dark Mage, Garanox pada tahun 130GD. Hawkins dan Merry melarikan diri dan tetap hidup bersembunyi di dalam hutan.
Setahun berlalu, tahun 136GD, Flarion terus tinggal bersama kedua Saudari Penjaga Hutan ini. Bahkan Flarion dan Merry semakin akrab. Hawkins juga mengajarkan Flarion bagaimana caranya bertarung, berburu dan berkomunikasi dengan binatang – binatang tertentu. Dan sungguh di luar dugaan, ternyata Flarion adalah seseorang yang sangat berbakat dalam semuanya itu. Flarion sangat ahli dalam melacak jejak dan mengejar mangsa. Dalam pertarungan seperti apapun, Flarion dapat menyerang dengan cepat dan gesit. Hal ini mungkin tidak lepas dari hasil latihan masa kecilnya sebagai seorang pencuri. Flarion kini sudah memiliki keluarga baru dan hidup bahagia.

Bab 8. Armada Sang Pedang Barat

‘Sonic Blast!’ dan Pedang sang ksatria pun bersinar dan bergerak dengan sangat cepat. 18 goresan pedang dan 5 tusukan telak berhasil membunuh Manusia Serigala terbesar dari antara kelompok terkutuk itu. Pemimpin kelompok Werewolf telah binasa maka selanjutnya tidak sulit untuk menghabisi sisa pasukan serigala ini. Tak lama kemudian pertempuran pun berakhir sudah.
‘Sir Jeff, kita kehilangan 27 prajurit dalam pertempuran ini. Pasukan yang tersisa hanya tinggal 43 prajurit. Apakah kita harus melanjutkan terus melanjutkan perjalanan?’ Seorang prajurit bertanya kepada Sang Ksatria yang ketika itu sedang membersihkan pedangnya dari darah Werewolf yang dibunuhnya. Ksatria yang bernama Jeff The Westsword itu tidak langsung menjawab, ia terus menatap pedangnya yang mengkilap tajam.
‘Pedang ini pemberian dari Raja Allastar dan disebut Pedang dari Barat. Dengan pedang ini aku bersumpah untuk menghabisi seluruh Serigala terkutuk yang telah mencemari dunia manusia. Maka bagiku tidak ada lagi jalan untuk mundur’, Jeff menatap prajuritnya dan berkata kembali,’ Jika kau takut, pergi dan kembalilah ke Allastar. Aku akan terus bertarung hingga semua ini benar – benar berakhir.’ Prajurit itu segera menundukkan kepala karena malu dan menyesal karena telah mengajukan pertanyaan seorang pengecut.
‘Kami akan ikut kemana pun tuan pergi!’ Seru prajurit itu,’Kami akan bertempur demi kejayaan...’ Prajurit itu tidak lagi melanjutkan kata – katanya. Jeff memberi kode kepadanya dan kepada seluruh pasukan untuk segera diam. Mereka sedang diawasi...
‘Seseorang sedang mengawasi kita, kemungkinan besar mata – mata Pasukan Kegelapan,’ bisik Jeff The Westsword dengan hati – hati. Jeff segera menajamkan indera pendengarannya, memegang pedangnya lebih erat dengan tangan kanannya, ototnya menegang dan dengan secepat kilat ‘Sonic Blast!’ Jeff Berseru sambil menyabetkan pedangnya ke arah sebuah pohon besar. Pohon itu tumbang terbelah dua namun makhluk yang bersembunyi di baliknya berhasil meloloskan diri. Jeff segera mengejarnya. ‘Makhluk yang dapat lolos dari tebasan pedangku pasti bukan makhluk sembarangan. Ia pasti salah satu dari anak buah Garanox, sangat berbahaya jika ia sampai memberitahukan posisi armadaku kepadanya,’ Jeff berkata dalam hati. Jeff tahu ia bukan tandingan dari Garanox dan pasukan kegelapannya, maka ia harus segera membunuh mata – mata itu.
Pengejaran ini sama sekali tidak mudah. Makhluk apapun itu, ia mampu berlari sama cepatnya dengan seekor kuda dan melompat begitu lincah seperti seekor kijang jantan. Jeff yang memiliki kekuatan ‘Sonic’, di mana Ia mampu menambah kecepatan gerak dan indera – indera tubuhnya tetap saja kesulitan untuk mengejar makhluk ini. Jeff pun hampir tidak percaya akan hal ini.
Jeff berhasil memperkecil jarak dan tanpa membuang kesempatan ‘Sonic Blast!’ seru Jeff dan cahaya pedangnya mengarah langsung ke tubuh makhluk yang diburunya itu. Makhluk itu menyadari datangnya bahaya segera menghindar dengan gesit. Jeff yang masih terkejut karena serangannya berhasil dipatahkan menjadi tidak waspada terhadap serangan balik. Sosok makhluk itu melompat ke atasnya. Jeff mengayunkan pedang ke atas dan menebasnya. Tipuan! Jeff hanya menebas jubah berbulu yang dikenakan makhluk itu dan tanpa disadarinya sebuah pisau kecil sudah menempel di tenggorokannya.
‘Jangan bergerak atau lehermu akan kusembelih seperti hewan ternak!’ Bisik makhluk itu yang ternyata adalah seorang manusia yang masih sangat muda.’ Siapa kau? Mengapa menyerangku?’ Tanya pemuda itu lagi kepada Jeff.
‘Jeff Westsword, aku adalah ksatria Kerajaan Allastar di daerah barat. Kami dalam perjalanan menghancurkan Pasukan Manusia Serigala, The werewolf yang telah banyak menghancurkan kota manusia di daerah ini,’ Jawab Jeff.
‘Setahun... sudah setahun lebih sejak Bangsa terkutuk itu, The werewolf membunuh dan menyerang. Sudah hampir 10 kota telah jatuh dan ratusan manusia jadi korban. Kalian baru datang sekarang? Kalian sudah terlambat, ‘pahlawan’ Jeff,’ Kata pemuda itu dengan nada menyindir.
‘Hei! Pada zaman seperti ini, apa kau pikir hanya daerah ini yang diserang makhluk kegelapan? Seluruh wilayah manusia sedang dalam pertempuran dan kami harus melindungi semuanya. Maka hanya ini yang bisa kami lakukan. Maaf jika kami terlambat datang tetapi membunuhku sama sekali tidak ada gunanya, kan?
Pemuda itu mulai mengendurkan pisau kecilnya dari leher Jeff. Dan melihat peluang yang baik, Jeff segera menggunakan kekuatan ‘Sonic’nya dan berbalik menyerang. Ia segera memukul wajah pemuda itu hingga terjatuh dan mengarahkan pedangnya ke dada sang pemuda. ‘Sekarang katakan siapa namamu, anak muda!’ Seru Jeff.
‘Namanya adalah Flarion!’ Dan itu akan jadi nama terakhir yang kau dengar jika kau tidak segera menjatuhkan pedangmu!’ Seorang wanita tiba – tiba muncul dari balik pohon dan telah siap meluncurkan anak panah dari busurnya yang mengarah pada Jeff.
‘The Forest watcher...,’ Desis Jeff.

Bab 9. Pengintaian

Flarion berulang kali meringis kesakitan ketika Merry mengobati luka memar di wajahnya. Jeff yang terduduk di pojok rumah pohon tempat kediaman The Forest watcher, tersenyum melihat keduanya. Flarion memandang Jeff dengan sebal atas semua kesalah – pahaman ini. Hawkins, kakak wanita Merry sedang pergi mengembara bersama rajawali.
‘Sudah puluhan tahun kami, Klan Forest Watcher menjaga hutan ini. Bahkan ketika Garanox bangkit dengan Pasukan Kegelapannya, kami bertempur melawan mereka dan akhirnya klan kami kalah dan musnah. Kemudian Manusia Serigala menguasai daerah ini dan menyerang kota – kota manusia. Setelah semua kejadian ini, tidak pernah ada kabar sedikit pun bahwa pihak kerajaan peduli atas nasib kami dan penduduk di daerah ini. Lalu angin apa yang membawa Armada sang Pedang Barat tiba di sini dan mau membantu memusnahkan Manusia Serigala?’ sindir Merry sambil terus mengobati Flarion, tanpa memandang Jeff sedikit pun.
Jeff terdiam lama dan berkata perlahan ‘Raja peduli, hanya saja, semua ini berlalu begitu cepat. Sejak Garanox muncul sebagai pengkhianat bangsanya sendiri, Bangsa Mage yang dimusnahkan oleh tangan terkutuknya dan Pasukan Kegelapan dibangkitkan, dunia ini sudah tidak sama lagi seperti dulu. Di mana – mana perang dan kematian terjadi. Para Ksatria harus berusaha mengamankan Kerajaan dan daerah sekitarnya terlebih dahulu. Walau kami menyesal atas apa yang terjadi dengan kalian tetapi sungguh pihak kerajaan sudah melakukan yang terbaik dan....’
‘Tidak cukup baik, kan? Potong Flarion,’ Tidak cukup baik untuk membuat teman – teman ku tetap hidup dan nyonya juga... Flarion terdiam, tidak dapat melanjutkan kata - katanya dan mulai meneteskan air - mata. ‘Sudahlah, semua yang sudah terjadi tidak dapat diubah. Tidak perlu dibicarakan lagi,’ lanjut Flarion,’ Sekarang apa yang bisa kami bantu untuk memusnahkan Bangsa terkutuk itu?’
‘Maaf, aku sungguh ikut berduka atas Klan kalian yang musnah, juga turut berduka cita atas kematian nyonyamu,’ Jeff menjawab dengan lirih,’ Nyonyamu seorang yang baik dan beliau ..’
‘Jangan bicara seperti kau mengenal Nyonyaku!’ Bentak Flarion, ‘Kau sama sekali tidak mengenalnya! Sudahlah, sekarang katakan saja apa yang harus kami lakukan!’
Jeff tersenyum kecil. ‘Kenalilah musuhmu jika kau ingin mengalahkannya,’ Jeff berkata,’ Kita akan mulai dengan pengintaian ke markas musuh. Kalian mau ikut?’
Bulan muncul di langit. Dari balik semak 2 manusia mengendap – endap tanpa suara. Hutan yang sunyi senyap pun tidak mengetahui kehadiran 2 manusia ini, Jeff dan Flarion berjalan dengan langkah ringan beriringan menuju tempat kediaman sekelompok Bangsa Manusia Serigala. Mereka berjalan menentang angin agar bau mereka tidak tercium oleh makhluk terkutuk itu karena penciuman mereka terkenal sangat tajam menyamai kebuasan dan kecepatan nya dalam menyerang. Kesalahan kecil adalah hal yang fatal bagi mereka berdua. Raungan serigala terdengar semakin jelas dari dalam gua – gua yang berada dalam sebuah bukit batu, sarang Bangsa Manusia Serigala. Flarion hanya melihat beberapa Manusia Serigala yang berjaga di luar sarangnya. Itu berarti mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti jumlah musuh yang harus dihadapi dalam peperangan. Namun sepertinya Jeff punya rencana lain.
‘Siapkan busurmu, Flarion dan panahlah salah satu Manusia Serigala itu!’ Bisik Jeff sepelan mungkin.
‘Apa kau gila? Mereka akan segera mengetahui jika kita berada di sini!’ Balas Flarion juga dalam bisikan namun penuh nada kekesalan.
‘Lakukan saja!’ Balas Jeff,’ Cepatlah, waktu kita tidak banyak, selagi bulan masih terhalang oleh awan gelap!’
Flarion menyiapkan busur dan anak panahnya, membidik dan sebuah anak panah pun melesat. Sesosok Manusia Serigala meraung hebat dan jatuh tersungkur. Raungan itu menjadi semacam alarm bagi seluruh kelompok untuk segera keluar dalam keadaan mengamuk. Flarion pun tercengang, antara tak percaya dan rasa takut yang dashyat atas penglihatannya sendiri. Ratusan hingga ribuan Manusia Serigala keluar dari sarang, meraung dan berusaha melacak jejak si penyerang. Namun sebuah tangan segera menarik jubah Flarion dan membawanya pergi. Jeff terus menarik Flarion menghindar dari penciuman Bangsa Manusia Serigala itu.
Flarion memandang Jeff yang tersenyum dan berkata,’ kini kita tahu jumlah musuh yang harus kita hadapi.’ Mereka terus berlari dan bulan pucat kembali muncul dari balik awan kelabu.

Bab 10. Doa Ksatria untuk Sang Nyonya

Pagi – pagi benar Flarion terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya dan dengan masih dalam keadaan gemetar ia bangkit lalu duduk di pembaringannya. Mimpi buruk! Siapa yang tidak akan bermimpi buruk jika ia dan Merry yang hanya dengan 50 prajurit dan seorang Ksatria harus bertempur melawan ribuan Manusia Serigala. Ini pertempuran gila dan tidak masuk akal. Ini Bodoh! Tapi Jeff setelah mengadakan ritual aneh semalaman berkeras untuk tetap pergi bertempur. Flarion sudah berusaha mengatakan bahwa mustahil mereka bisa tetap hidup melawan Pasukan Serigala yang begitu banyak, namun Jeff berkata ia akan tetap pergi walaupun tanpa aku dan Merry. Flarion sangat kesal memikirkan kegilaan Ksatria itu namun Flarion dan Merry telah memutuskan untuk tetap bertempur karena dendam Klan dan sang Nyonya harus dibalaskan.
Flarion membawa beberapa tangkai bunga segar. Ia ingin mengunjungi makam nyonya, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Namun Flarion terkejut mendapati Jeff sedang melakukan ritual anehnya di depan makam nyonya, ritual yang dulu Nyonya pun sering melakukan nya ketika sedang sendirian di kamarnya menjelang malam. Jeff sedang berlutut, mata terpejam dan mengatupkan kedua tangan nya sementara mulutnya berkomat – kamit tidak jelas. Flarion tidak berani mendekat dan hanya memandang dari jauh seperti hal nya dulu ia juga tidak berani mengganggu nyonya ketika sedang melakukan ritual ini. Tak lama kemudia Jeff pun selesai dan berdiri.
‘Apa yang kau lakukan di sini dan bagaimana kau tahu makam nyonyaku?’ Tanya Flarion penuh keheranan.
‘Florence... di batu nisan tertulis nama nyonyamu dan makam yang lain pasti adalah makam teman – teman mu. Aku tahu karena hanya kau yang berasal dari Venetta dan masih hidup sehingga bisa mendirikan makam bagi mereka yang kau sayangi,’ Jawab Jeff.
‘Lalu apa yang sedang kau lakukan di makam Nyonya!’ Seru Flarion.
‘Berdoa! Aku sedang berdoa untuk Nyonyamu,’ balas Jeff.
‘Berdoa...,’ Bisik Flarion lirih. Jadi ritual yang dilakukan nyonya disebut berdoa. Jeff terdiam sejenak dan bertanya dengan perlahan,’ Apakah dengan berdoa nyonya bisa mendengarku?’
‘Aku tidak tahu,’ Jeff menoleh pada Flarion dan tersenyum,’ Tapi yang aku tahu pasti Sang Maha Kuasa yang aku sembah dapat mendengarku dan aku meminta-Nya untuk menjaga Florence dengan baik.’
Flarion terkejut mendengar Jeff menyebut nama kecil Nyonya dengan akrabnya, tanpa panggilan Nyonya atau sejenisnya, seakan – akan Jeff sudah mengenal nyonya begitu dekat. Flarion pun berlutut dan mulai berdoa seperti yang Jeff lakukan untuk Nyonya,’ Yang Maha Kuasa, siapa pun Engkau, kumohon jaga Nyonya dengan baik...Terima kasih.’ Dan kedamaian pun meliputi hati Flarion, kedamaian yang begitu indah, sama seperti yang dirasakannya ketika mendapat kasih dan pengampunan dari Sang Nyonya, lebih indah daripada surga. Ketika Flarion membuka mata dan melihat Jeff sedang mengusap air matanya.

Tidak ada komentar: