Selasa, 11 Maret 2008

The Chronicle of Flarion (61-65) By: Junaidi Halim

Bab 61. Enam Jenderal Bangsa Manusia Serigala

WolfHunt berlari kencang. Ia menyadari nyawanya berada dalam bahaya besar. Tidak ada seorang makhluk pun pada masa ini dapat luput dari kematian setelah mengkhianati Garanox dan Pasukan Kegelapan. Gnorr juga pasti akan mati cepat atau lambat atas pengkhianatannya itu. WolfHunt yang telah menceritakan semua informasi yang diketahuinya kepada Fleric dan Gnorr mengenai susunan Pasukan Kegelapan terutama Bangsa Manusia Serigala tentu juga akan dianggap berkhianat pula. Hukuman mati bahkan siksaan berat akan segera diterimanya. Walau saat itu Fleric tidak membunuhnya namun ia yakin Pasukan Kegelapan tidak akan pernah semurah hati seperti yang dilakukan Fleric.
Di bawah ancaman Kapak Gnorr yang besar, WolfHunt menceritakan bahwa Pasukan Kegelapan dibentuk dan disatukan oleh Garanox meliputi 4 Bangsa Terkutuk, yaitu Bangsa Manusia Serigala, Bangsa Goblin, Bangsa Tengkorak dan Bangsa Vampir yang tentunya dipimpin oleh Jenderal besarnya masing – masing. Bangsa Manusia Serigala memiliki 6 Jenderal Besar. Sementara WolfHunt tidak mengetahui jumlah jenderal Bangsa yang lainnya.
Pertama,WolfGod, The Master. Makhluk ini adalah pemimpin besar atau bisa disebut sebagai ketua dari seluruh Bangsa Manusia Serigala. Ia memiliki kemampuan untuk memanggil kekuatan bulan dan menjadikan tubuhnya dapat memantulkan sihir maupun senjata apapun. Kekuatannya menjadi ratusan kali lipat saat bulan purnama. Yang paling mengerikan dari Manusia Serigala ini adalah gigitannya yang beracun. Mangsa yang terkena racun itu akan berubah menjadi manusia serigala dalam waktu beberapa hari setelah racun itu mencapai jantung.
Kedua, WolfLady, The Mother. The Mother adalah julukan yang tepat diberikan karena Makhluk ini dapat mengeluarkan ribuan serigala dari dalam mulutnya. Jumlah serigala yang dapat dikeluarkan adalah sejumlah korban yang telah dibunuhnya. Oleh karena itu WolfLady akan semakin bertambah kuat setiap kali membunuh lawan.
Ketiga, WolfHowl, The Howler. Dinamakan WolfHowl karena semenjak kecil memiliki kelebihan pada lolongan nya yang mematikan. Lolongan The Howler mengandung kekuatan sihir yang menyebabkan kesakitan bahkan kematian bagi setiap lawannya.
Keempat, WolfHaunt, The Cerberus. Makhluk ini tewas dalam pertarungan melawan Flarion. Memiliki kemampuan membelah diri menjadi 3 dan tidak dapat mati kecuali ketiga dirinya dibunuh secara bersamaan.
Kelima, WolfHunt, The Triple Lycan. Makhluk ini dapat menyamar menjadi 3 manusia kembar dan jika dipersatukan akan menjadi serigala raksasa dengan 6 lengan, 6 kaki dan 3 kepala.
Keenam, WolfSpirit, The Ghost. Manusia Serigala ini konon dapat membuat ilusi yang mengacaukan serangan lawan bahkan dapat membuat lawannya meninggal dalam keadaan mimpi buruk. WolfSpirit sangat suka memakai jurusnya untuk memikat anak kecil dan menyantapnya untuk menambah kekuatan jurusnya.
Itulah ke-6 Jenderal yang memimpin Pasukan Bangsa Serigala sebagaimana yang diceritakan WolfHunt kepada Fleric. Ia juga menambahkan beberapa informasi tambahan mengenai beberapa Troll gunung yang berhasil dibujuk untuk menjadi Pasukan Kegelapan namun kebanyakan Troll adalah makhluk besar yang tidak berotak sehingga diragukan kesetiaannya. Mereka hanya dapat dijadikan pembawa beban dan senjata berat seperti layaknya seekor kuda.
Namun yang paling ditakuti adalah keberadaan Para Wizard yang dipimpin Zork. Wizard kini memang tidak lagi dianggap sebuah bangsa karena jumlahnya yang semakin sedikit tetapi ilmu hitamnya sangat kuat dan mematikan. Seorang Zork sudah cukup untuk mengacaukan seribu pasukan manusia dengan mantera sihirnya.
WolfHunt pun berhenti berlari. Ia menyembunyikan dirinya di balik semak – semak belukar hutan yang lebat. Ia bermaksud sembunyi dan beristirahat sejenak. Namun tak lama kemudian tubuh WolfHunt mulai gemetar dengan hebat. Ia merasakan arit Sang Dewa Kematian sudah ada di depan matanya. Suara desis mantera terdengar. Dari dalam kegelapan hutan muncul sebuah lambang ‘mata emas’ yang menghantam WolfHunt. Jeritan WolfHunt pun terdengar kencang. Kemudian kembali hening. WolfHunt tewas dengan tubuh tercabik – cabik dan semua tulangnya patah dengan tidak wajar. Itulah akhir dari WolfHunt, The Triple Lycan.

Bab 62. Serangan Balasan Bangsa Peri

Hujan turun dengan derasnya. Malam begitu gelap tanpa bulan. Hanya cahaya obor yang menerangi barisan tempur Prajurit Peri yang terus melangkah maju di bawah komando langsung Raja mereka, Fleric dengan pedang rembulannya yang bersinar dingin. Flarion berjalan di tepi kanan pasukan sementara Gnorr berjalan di tepi kiri pasukan. Mereka berencana akan melakukan serangan kilat sebelum pagi tiba karena Pasukan Serangga tidak dapat bertarung setelah matahari terbit. Gerakan barisan itu berhenti tiba – tiba. Camp Tempur Pasukan Kegelapan sudah dekat di depan mata mereka.
‘Semoga mereka tidak terlambat datang,’ bisik Fleric kepada Flarion yang mendekat dengan langkah ringan seperti angin, tanpa suara. Fleric menganggukkan kepalanya. Flarion dapat melihat kegelisahan di wajah Fleric karena pertempuran ini adalah pertempuran penentuan nasib Bangsa Peri. Ribuan Peri Hutan maupun Peri Langit berbaris di kegelapan malam untuk menyosong pertempuran besar. Jumlah inilah yang tersisa dari Pertempuran WhiteStone yang telah mengorbankan ribuan Peri yang gagah berani. Jika pertempuran malam ini mereka kembali kalah maka Bangsa Peri dapat dipastikan mendekati kemusnahan. Yang tersisa di persembunyian bawah tanah Bangsa Serangga hanyalah wanita dan anak – anak. Dalam zaman yang kejam ini, Bangsa yang tidak memiliki perlindungan akan mudah dihancurkan bangsa lain. Fleric sebagai Raja Peri mempertaruhkan kelangsungan hidup bangsanya dalam pertempuran ini. Kegentaran memenuhi hatinya.
Waktunya telah tiba. Fleric tidak dapat menunggu lagi. Menyerang sekarang atau tidak sama sekali. Maka aba – aba pun diayunkan oleh tangan Fleric. Ribuan Peri membalas aba – aba itu dengan meluncurkan ribuan panah api ke atas Camp Pasukan Kegelapan. Malam berubah menjadi terang benderang. Kesunyian telah pecah oleh teriakan amarah dan kematian. Pasukan Kegelapan yang tidak waspada menjadi kacau balau berusaha memadamkan api yang tiba – tiba saja menyelimuti mereka. Pasukan Peri tidak berhenti dengan satu serangan. Anak panah terus diluncurkan tanpa henti. Namun tak lama kemudian, Pasukan Kegelapan mulai menyusun formasi tempur dan Para Jenderalnya keluar untuk menghentikan kekacauan dalam barisan pertahanan mereka. Pasukan Kegelapan yang jumlahnya mencapai 3 kali lipat Pasukan Peri segera bersiap untuk membalas serangan.
Mistyx menyerang terlebih dahulu dengan menyemburkan kabut beracun sehingga menyulitkan Para Peri untuk menembakkan anak panah. Sementara dari balik kabut Pasukan Kegelapan membalas menembakkan anak panah ke arah Pasukan Peri. Pasukan Peri yang berada di depan barisan segera melindungi dengan perisai besar namun beberapa Peri tetap tewas oleh anak - anak panah yang berhasil melewati perisai. Lalu derap langkah Pasukan Kegelapan terdengar begitu keras semakin mendekat. Sepertinya mereka berusaha melakukan pertempuran jarak dekat yang lebih menguntungkan bagi mereka.
Pasukan Peri melangkah mundur dan terus mundur untuk membuat jarak tembak juga menghindari pertempuran jarak dekat. Para Peri lebih menguasai teknik memanah dibanding bangsa manapun di dunia. Oleh karena itu sebisa mungkin mereka bergantung pada kelebihan ini. Tapi Pasukan Kegelapan bergerak cepat dan maju dalam formasi rapat sementara Mistyx yang ditunggangi pemanah hitam Bangsa Goblin, Brakar terus menyebarkan teror dari atas. Mistyx berterbangan di langit kelam sambil menyemburkan kabut beracun sementara Brakar yang menungganginya memanahi Para Peri yang memakai perisai dari atas. Pasukan Peri menjadi sulit untuk dapat bertahan karena harus melindungi diri dari serangan dua arah, dari atas dan depan.
Gnorr segera mengambil tindakan dengan melemparkan Kapak Terbangnya ke arah Mistyx tetapi Sang Naga tersebut dengan mudah menghindar dengan terbang lebih tinggi lagi. Tapi sesosok tubuh berkelebat dari atas pohon, melompat dan menginjak Kapak terbang Gnorr. Flarion dengan kelincahan yang luar biasa menjadikan Kapak Gnorr sebagai pijakan untuk dapat menyamai ketinggian terbang Mistyx. ‘Iron Fist!’ Teriak Flarion sambil mengayunkan tinju dengan segenap kekuatannya. Mystix yang tidak mengira akan serangan kejutan itu tidak sempat menghindar. Wajahnya ditinju dengan telak oleh tinju cahaya Flarion dan seketika itu juga ia kehilangan keseimbangan kemudian melayang jatuh. Namun ekornya segera membelit Flarion dan membawanya ikut jatuh menuju sebuah jurang yang menganga. Brakar yang melihat situasi buruk segera melompat ke bawah dan jatuh di antara pepohonan. Fleric segera menuju ke arah Brakar untuk menghabisinya.
Brakar yang terluka berat di kakinya sama sekali tidak berdaya ketika melihat Fleric datang sambil menghunus Pedang Rembulannya. Fleric berjalan pelan dengan waspada sambil mengayunkan pedang untuk memenggal leher Brakar. Tetapi Brakar hanya berpura – pura pasrah dan lemah. Tanpa terduga ia mengambil sebilah pisau dan menusuk Fleric. Namun pisau itu hanya menembus udara kosong. Bayangan! Brakar menjadi begitu panik ketika mengetahui kelicikannya digagalkan oleh jurus bayangan Fleric. Ia segera mengambil busur dan anak panahnya. Dari balik sebuah pohon muncullah Fleric. Bukan hanya satu tetapi belasan Fleric yang berlari bersamaan ke arah Brakar. Brakar segera meluncurkan 5 anak panah sekaligus namun semuanya hanya menembus bayangan dan sebelum ia sempat menembak untuk kedua kalinya, pedang rembulan telah menembus tubuhnya.
Fleric segera menyarungkan pedangnya dan bergegas kembali ke arah pasukannya. Namun teriakan panik Pasukan Kegelapan membuat wajah Fleric ceria. ‘Mereka telah datang!’ Seru Fleric sambil tersenyum. Yang dimaksud Fleric tentu saja Pasukan Serangga. Ia melihat perangkap yang dipasangnya telah berhasil. Pasukan Peri terus mundur dan membawa Pasukan Kegelapan menuju padang rumput di dekat Pegunungan WhiteStone. Di padang rumput itulah Ribuan Pasukan Serangga bersembunyi di dalam tanah. Ketika Pasukan Kegelapan menginjak tanah tersebut maka Pasukan Serangga segera menyerang dengan menarik mereka ke dalam tanah. Siapa yang dapat mengalahkan Pasukan Serangga di liangnya sendiri? Maka tanpa usaha keras Pasukan Serangga dapat dengan mudah menghabisi seluruh Pasukan Kegelapan yang terjebak masuk ke dalam tanah. Sisa – sisa Pasukan Kegelapan hanya mencapai 5% yang berhasil menghindari jebakan namun nasib mereka pun tidak lebih baik. Pasukan Peri yang mengambil langkah mundur segera membentuk formasi melingkar dan mengurung mereka. Anak panah peri segera menghabisi nyawa mereka semua. Malam itu tak satu pun Pasukan Kegelapan yang dibiarkan hidup.

Bab 63. Bangkitnya Putera Sang Naga Langit

Sang Naga jatuh dengan bunyi dentuman keras seperti sebongkah meteor besar menghantam bumi. Namun ia masih dapat bangkit walau kulitnya yang sekeras baja itu penuh dengan luka. Mistyx memandang lawannya dengan mata penuh kebencian. Flarion yang dilindungi oleh Faith Armor tetap merasakan tubuhnya sakit luar biasa. Tanpa Faith Armor sudah pasti tubuh manusia manapun akan hancur berkeping – keping setelah jatuh seperti ini. Flarion berusaha untuk bangkit dengan tegak. Ia berusaha menyembunyikan rasa sakit dan takutnya di hadapan Mistyx, The Fog Terror.
Geraman besar pun memulai pertarungan hidup dan mati kedua makhluk ini. Mistyx menyerang lebih dahulu dahulu dengan menyemburkan kabut beracun ke wajah Flarion. Flarion segera merasa tercekik dan mengeluarkan Phoenix Flare dari tangan kanannya. Api sepanas neraka memaksa Mistyx untuk mundur dan menjauh. Flarion mengambil kesempatan untuk bernafas dan mengumpulkan kekuatan. Sedetik kemudian Flarion sudah melompati api dan menerjang Mistyx dengan tinjunya secara beruntun. Iron Fist menghajar dengan kecepatan cahaya ke sekujur tubuh Mistyx dan membuat Sang Naga terdorong keras menghantam dinding jurang. Batu – batu besar pun berjatuhan menimpa Sang Naga. Tapi belum sempat Flarion memulihkan tenaga, Mistyx sudah keluar dari timbunan batu dan balas menyerang Flarion dengan cakarnya yang tajam.
Kini Flarion yang terlempar ke udara dan jatuh menghantam batu – batu besar di belakangnya. Tubuhnya terasa perih terutama di bagian dada yang terkena serangan cakar Mistyx. Melihat lawannya tidak berdaya, Mistyx segera menyerang kembali. Namun saat Mistyx melayang ke angkasa, tiba – tiba tanah di bawahnya bergemuruh hebat dan seekor kelabang besar muncul dari dalamnya. Kelabang itu nampak sangat gusar akibat keributan yang ditimbulkan oleh pertarungan keduanya. Ia segera menyemburkan bisa beracun dari mulutnya ke arah Mistyx. Mistyx, The Fog Terror langsung roboh begitu terkena bisa kelabang yang ukurannya 3 kali lipat ukuran tubuhnya. Walau kulit naga keras bagai baja namun bisa kelabang itu sangat ganas dan mampu meresap masuk lewat pori – pori apalagi Mistyx telah terluka sebelumnya akibat jatuh saat bertarung melawan Flarion. Luka – luka di tubuhnya semakin memudahkan racun untuk masuk dan bereaksi.
Flarion terkejut setengah mati melihat makhluk mengerikan yang muncul di hadapannya. Jika dilihat dari ukurannya yang sungguh besar, maka dapat diperkirakan kelabang itu telah berumur ribuan atau mungkin jutaan tahun. Tentu saja, racun yang dihasilkan oleh makhluk ini juga sangat mematikan. Mistyx yang mempunyai kulit tebal saja langsung roboh dan tak berdaya. Mulut Mistyx mulai mengeluarkan busa tanda bahwa ia telah keracunan sangat hebat. Kelabang itu pun mulai mendekati Mistyx yang pingsan dan mulai menggulungnya. Seperti riwayat Mistyx akan segera berakhir.
‘Phoenix Flare!’ Flarion berseru dan api segera menyembur dari tangannya. Api yang panas mengejutkan kelabang itu dan memaksanya untuk menjauhi Mistyx. Sang Kelabang menjadi semakin marah dan kedua mata kecilnya memandang Flarion dengan tajam. Ia pun menyemburkan racun. Flarion segera mengayunkan tinju cahayanya dengan harapan dapat mengeliminasi serangan racun kelabang. Tetapi yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. Cahaya tidak dapat menghentikan laju racun untuk menyiram seluruh tubuh Flarion dengan telak. Untunglah Faith Armor dapat mengurangi efek racun itu sehingga Flarion tidak langsung meleleh seperti hal nya batu – batu besar di sekitarnya. Sebelum racun itu sempat masuk ke dalam pori – pori, Flarion segera membakar tubuhnya sendiri dengan Phoenix Flarenya. Memang Api dapat menghilangkan racun tetapi energi yang dikeluarkan juga sangat banyak. Flarion langsung merasa lelah yang luar biasa setelah melakukan hal itu.
Kelabang yang melihat mangsanya tidak berhasil dikalahkan dengan racun kembali menyerang dengan taring dan mulutnya. Karena ukuran tubuh Flarion yang jauh lebih kecil, Sang Kelabang bermaksud untuk langsung menelannya bulat – bulat. Tetapi ternyata itu adalah pilihan yang salah. Flarion segera melompat ke atas kepala Sang Kelabang dan segera berlari menyusuri tubuhnya dari kepala menuju ekornya. Flarion bergerak begitu lincah seperti halnya seekor semut berlari di tubuh seekor gajah. Hal ini membuat Sang Kelabang menjadi sulit untuk mengetahui keberadaan sang lawan yang kecil dan lincah apalagi untuk menyerangnya.
Flarion mengambil kesempatan baik itu untuk melompat ke sela – sela dinding dan bersembunyi di sana. Sang Kelabang pun kehilangan mangsanya yang kecil namun ia bergerak kembali menuju mangsanya yang lebih besar yaitu Mistyx yang masih tak bisa bergerak. Ia mulai mengarahkan sungutnya ke arah leher Sang Naga. Flarion melihat semua itu dengan gelisah walau ia tahu benar Mistyx adalah musuhnya namun jika melihatnya harus mati dengan cara seperti ini sungguh menyedihkan. Maka Flarion pun nekat untuk membela musuhnya itu. Ia maju dan langsung memeluk Mistyx. Secara otomatis Faith Armor langsung bersinar terang dan membentuk perisai yang membentengi mereka berdua. Sengatan Sang Kelabang seperti membentur dinding baja. Sengatan tidak berhasil maka racun pun kembali disemburkan. Faith Armor terus bertahan namun cahayanya mulai redup dan saat itulah Mistyx tersadar. Ia menyadari apa yang sedang terjadi dan hatinya hancur bukan main karena harus melihat musuhnya sedang mempertaruhkan nyawa untuk melindunginya. Suatu ingatan akan masa lampau membuat darahnya berdesir hebat.
Entah bagaimana, tiba – tiba Mistyx meraung hebat. Tubuhnya yang hitam dan mengerikan tiba – tiba merekah. Cahaya kuning keemasan memancar dari dalam tubuhnya. Cahaya yang bahkan jauh lebih kuat dari cahaya Faith Armor. Cahaya yang hanya pernah dilihat dan dirasakan oleh makhluk – makhluk di zaman – zaman kuno. Cahaya Sang Naga Langit. Mistyx yang merupakan anak kandung dari Agair, Sang Naga Langit sendiri memancarkan kekuatan sang ayah yang terpendam. Sang Kelabang langsung menciut ketika melihat mangsanya yang sudah hampir mati tiba –tiba bangkit menjadi seekor Naga yang legendaris dengan kekuatan mengerikan. Flarion yang kehabisan tenaga langsung roboh dan pingsan. Mistyx menggeser tubuh Flarion dengan hati – hati ke samping sebelum memandang kepada Kelabang yang gemetar ketakutan.
Mistyx segera membentangkan sayapnya dan mengayunkan kuat – kuat. Angin badai pun terjadi dan langsung mencabik – cabik tubuh Sang Kelabang. Sia – sia saja Sang Kelabang berusaha bertahan maka ia pun memberanikan diri untuk balas menyerang dengan taring dan racunnya. Tapi semuanya itu tidak lagi berguna di hadapan Mistyx yang ‘baru’ ini. Racun bahkan tidak dapat menyentuh kulitnya karena terhalang oleh cahaya yang tebal. Sengatan taring Kelabang pun patah dan hancur berkeping – keping seperti sedang menggigit baja berlapis emas seratus lapis tebalnya. Dan angin badai pun segera memotong – motong tubuh Sang Kelabang menjadi ribuan keping dan menerbangkannya ke mana – mana.
Mistyx terengah – engah setelah pertarungan itu. Cahaya di tubuhnya pun padam kembali. Ia kembali menjadi Mistyx yang hitam dan buruk rupa. Ia melihat ke arah Flarion sebentar sebelum akhirnya Mistyx, The Fog Terror pun roboh karena kehabisan tenaga.

Bab 64. Dosa dan Cinta Sang Ayah

Mistyx terbangun dan menemukan tubuhnya telah diobati seadanya. Ia melihat Flarion tengah sibuk membubuhkan obat di tubuhnya yang terluka. Ia menggeram ringan dan berusaha bergerak sedikit.
‘Jangan terlalu banyak bergerak!’ Seru Flarion,’ Beberapa tulang rusukmu retak akibat jatuh dan kau keracunan hebat. Jika kau banyak bergerak maka nyawamu akan segera berakhir.’
‘Mengapa kau melakukan ini kpada musuhmu, Flarion?’ Tanya Mistyx,’ Kenapa ada manusia yang berbeda sepertimu di dunia ini? Mengapa kau tidak langsung menghabisi aku dan setidaknya membiarkan aku dihabisi oleh binatang itu?’
‘Entahlah,’ Flarion menjawab sambil tersenyum kepada Mistyx,’ Aku juga tidak tahu. Tapi rasanya tidak benar jika aku membiarkan kau menjadi mangsa dan mati dengan begitu mengenaskan. Jika kau memang harus mati maka sudah selayaknya kau mati dalam pertarungan seperti seorang ksatria bukan sebagai makanan. Lagipula pada akhirnya kau yang menyelamatkan kita berdua, bukan? Syukurlah pada saat kita bertarung kau tidak berubah seperti tadi.’
Mistyx tertawa. ‘Namun ingat! Kita masih ada pertarungan yang harus diselesaikan. Setelah sembuh, aku akan mengalahkanmu dengan kekuatanku itu,’ Kata Mistyx sambil tersenyum. Hatinya terasa bahagia. Sesuatu yang sudah lama tidak dirasakan olehnya. Suatu perasaan bahwa ia dicintai, dihargai dan diperhatikan. Ia melihat Flarion dengan pandangan suram,’ Flarion, seperti apakah ayahmu?’
Flarion terkejut mendengar pertanyaan Mistyx. Ia menunduk sedih,’ Aku tidak pernah tahu siapa ayahku. Sejak kecil aku telah yatim piatu dan dibesarkan seorang pengemis. Hidup sebagai pencuri hingga nasib mempertemukan aku dengan seorang nyonya muda yang baik hati dan menunjukkan apa itu cinta. Itulah sebabnya mengapa saat ini aku berjuang mati – matian untuk melindungi setiap orang yang aku cintai dan dunia ini dengan melawan Pasukan Kegelapan.’
Mistyx pun menunduk sedih. ‘Nasibku juga sama. Ayahku adalah Agair, Sang Naga langit. Satu dari lima Naga Penguasa Unsur dan merupakan Naga yang paling kuat. Namun sungguh disayangkan aku terlahir cacat dan buruk rupa sehingga ayahku demi mempertahankan kehormatannya, membuang aku begitu saja. Demi membalas dendam atas sakit hati ini, aku bergabung dengan Lord of Darkness dan berhasil membunuh ayahku. Seandainya saja ayahku mencintai aku sedikit saja mungkin kami dapat hidup lebih bahagia.’
‘Mistyx, apakah kau benar – benar telah membunuh Sang Naga Langit? Bukankah Agair adalah Naga yang paling perkasa? Konon Kekuatannya sangat besar sehingga hanya Holy Light dan Lord of Darkness sendiri yang dapat mengalahkannya. Jika memang kau dapat mengalahkan dia maka kekuatanmu sungguh luar biasa,’ Kata Flarion tercengang.
Namun kata – kata Flarion bagai pedang yang menusuk hati Mistyx. Ia tidak pernah memikirkan peristiwa itu sebelumnya. Dendam yang terbalaskan tidak dapat menghilangkan benci di hatinya. Mistyx telah menutup hati nya terhadap peristiwa itu. Namun kata – kata Flarion kembali membuka semua ingatannya akan sebuah kebenaran. Kebenaran yang tidak pernah ia mau akui bahwa Agair, Sang ayah mencintai dirinya. Ingatan yang mengerikan menghunjam hati Mistyx.
Zaman Ancient War. Mistyx harus berhadapan dengan ayahnya sendiri dalam pertarungan hidup dan mati. Mistyx bersumpah pada hari itu, salah satu di antara mereka harus ada yang mati. Maka ia pun menyerang tanpa belas kasihan. Semburan kabut beracun, cakar dan taring Mistyx terus menghujam ke arah Agair, Sang Naga Langit. Tetapi kekuatan mereka yang tercipta memang berbeda jauh. Agair adalah Naga terkuat yang sempurna sementara Mistyx hanyalah naga muda yang cacat. Kemampuan Mistyx sama sekali jauh di bawah Agair. Jangan kan membunuh sang Naga Langit, mendekatinya saja Mistyx sama sekali tidak bisa. Hingga akhirnya ia sendiri kehabisan tenaga dan terluka berat akibat usahanya mendekati Sang naga Langit yang memiliki kepak sayap sekuat angin topan. Mistyx pun jatuh ke bawah.
Walau Agair sendiri yang telah membuang Mistyx karena rasa malu tetapi di dalam hati ia mencintai anaknya tersebut. Melihat Mistyx jatuh mebangkitkan rasa cintanya yang paling dalam. Maka ia pun mengejar sang anak dan memberikan energi kepadanya untuk segera pulih dan dapat kembali terbang. Mistyx pun bersinar terang dan segera pulih, tersadar dari pingsannya. Namun sungguh celaka. Tanpa menyadari bahwa Sang ayah tengah berusaha menyelamatkan dirinya, Mistyx malah menyangka dirinya tengah diserang. Ia pun memakai seluruh tenaga yang diberikan Sang Naga Langit untuk menyerang kembali. Sang Naga Langit pun terluka berat namun ia tetap mentransfer seluruh energi yang tersisa agar Mistyx dapat pulih dan tidak jatuh terhempas ke bawah.
Setelah menyerang berkali – kali dengan kekuatan ‘pinjaman’ dari sang ayah, barulah Mistyx menyadari apa yang sedang terjadi. Tapi semua sudah terlambat. Sang ayah telah tewas dan ia hidup hanya karena cinta ayahnya. Mistyx menyesal dan semakin benci kepada dunia ini. Sebenarnya ia membenci dirinya sendiri tetapi ia tidak sanggup menanggung penyesalan itu. Maka Ia pun mulai kembali memusatkan kebencian kepada sang ayah agar penyesalan itu hilang. Mistyx terus berusaha menutupi kebenaran bahwa ia pernah dicintai. Mystix terus setia membela Lord of Darkness agar ia semakin yakin dirinya tidak bersalah karena membunuh ayah yang mencintainya. Ia terus menyalahkan ayahnya agar ia merasa pantas membalaskan dendam dengan membunuh ayahnya. Tapi perkataan Flarion membangkitkan ingatan dan hati nuraninya bahwa sebenarnya ia telah bersalah. Diam – diam Mistyx menangis di dalam hatinya.
Agair, Sang Naga Langit melakukan kesalahan besar dengan membuang anaknya sendiri dan melahirkan sebuah dendam. Tapi ia mengakhiri hidupnya dengan sebuah tindakan kasih dan tanpa penyesalan walau harus mati untuk menebus kesalahannya. Mistyx memulai hidupnya dengan sebuah dendam dan menhabiskan seluruh hidupnya untuk melampiaskan benci demi menutup penyesalannya. Tapi sebuah cinta sederhana dari seorang musuh menyadarkan hatinya. Ia masih memiliki sebuah kesempatan agar tidak mati dalam penyesalan. Penyesalan bahwa sebenarnya ia hanya dipakai sebagai alat oleh Lord of Darkness untuk membunuh ayahnya sendiri.

Bab 65. Persahabatan Antara Dua Musuh

Flarion menggunakan teleport untuk membawa Mistyx dan dirinya sendiri ke atas, keluar dari jurang yang mengerikan itu. Mistyx yang sudah hampir pulih dengan segera membawa Flarion terbang di punggungnya menuju ke Allastar. Mereka harus bergegas ke sana karena pertempuran yang dashyat akan segera terjadi. Karena orb Kuning berada di tangan Raja Goran yang bijaksana, penguasa Kerajaan Allastar dan juga pemimpin besar Bangsa Manusia saat ini. Setelah Kehancuran Kerajaan Quarasia dan pecahnya Kerajaan Amroth di selatan, dapat dikatakan Allastar menjadi satu – satunya kerajaan besar umat manusia. Jika Kerajaan ini jatuh maka Bangsa manusia akan terpecah – pecah tanpa kesatuan dan musnah pada akhirnya seperti yang diharapkan oleh Pasukan Kegelapan. Itulah mengapa Puluhan ribu Pasukan Kegelapan yang terdiri dari Tengkorak, Kelalawar Vampir, dan Goblin sedang bersiap mengadakan penyerangan besar – besaran.
‘Mengapa kau mau membantuku menuju Allastar, Mistyx?’ Tanya Flarion sambil setengah berteriak karena suaranya terhalang deru angin yang menerpa keras akibat ia sedang berada di punggung Mistyx yang sedang melaju dengan kecepatan penuh.
‘Membantumu? Siapa bilang aku mau membantumu?’ Mistyx balas bertanya,’ Aku menuju Allastar untuk mencegah Pasukan Kegelapan mengambil Orb kuning yang adalah peninggalan ayahku. Aku tidak mau peninggalan ayahku satu – satunya dipakai untuk kebangkitan dari Lord of Darkness. Aku membantu diriku sendiri, Flarion bukan untuk siapapun.’
Flarion tersenyum. Ia tidak menyangka sebuah tindakan kasih bahkan kepada lawan sekalipun akan melahirkan sebuah persahabatan baru. Flarion berharap Fleric dan pasukan perinya juga Bangsa Serangga bergegas menyusul mereka ke Allastar. Dibutuhkan Persekutuan pasukan yang kuat untuk dapat menyelamatkan Kerajaan Allastar dari kehancuran. Hal yang paling ditakuti Flarion adalah konon Garanox sendiri berada di medan tempur untuk menghancurkan Allastar.
‘Hei, apa itu?’ Tanya Flarion keheranan ketika melihat seekor burung besar terbang mendekat,’ Tidak mungkin! Bukankah itu Rajawali milik Hawkins yang telah tewas dalam pertempuran mempertahankan WhiteStone? Aku melihat sendiri dengan jelas bahwa Gnorr yang membunuhnya ketika dia masih menjadi bagian dari Pasukan Kegelapan. Bagaimana mungkin dia masih hidup?’
‘Apa kau yakin itu adalah Rajawali Hawkins, Flarion?’ Tanya Mistyx ragu.
‘Tentu saja, sudah bertahun – tahun kami bersahabat. Bahkan setahun penuh, aku hidup bersama – sama dengan Hawkins dan Rajawalinya. Aku bahkan dapat mengenalinya dengan mata tertutup sekalipun. Tak kusangka dia masih hidup. Senang sekali bisa bertemu lagi dengan Rajawali,’ Kata Flarion dengan bahagia.
‘Tapi Flarion, masalahnya Rajawali kenalanmu itu mengambil aba – aba untuk menyerang kita,’ Kata Mistyx dengan cemas,’ Apa mungkin dia tidak melihatmu dan masih menganggap aku sebagai lawan?’
Dugaan Mistyx menjadi kenyataan. Rajawali menyerang dengan kecepatan dan kekuatan penuh. Paruhnya langsung mengincar mata Mistyx dan cakarnya berusaha merobek kepala Sang Naga. Mistyx menghindar dan tak bisa membalas serangan karena menyadari bahwa dia adalah teman dari Flarion. Flarion berseru dan berteriak kepada Rajawali untuk menghentikan serangan namun Rajawali tidak peduli bahkan dia juga berusaha membunuh Flarion juga. Namun yang paling mengejutkan entah darimana Hawkins sudah muncul di atas rajawali dengan sikap mengancam. Flarion tidak dapat mempercayai hal ini.

Tidak ada komentar: