Bab 96. Pertempuran Terakhir (5)
Kekalahan dan kekalahan terus diderita oleh Pasukan Kegelapan. Namun pertarungan paling dashyat di medan perang ini belum terjadi yaitu ketika Flarion berhadapan muka dengan Garanox. Ksatria sejati berhadapan langsung dengan penyihir paling mengerikan di zamannya. Keduanya bertatapan muka dengan hati berdebar – debar. Garanox yang pada mulanya meremehkan Flarion mulai menyesali kesalahannya. Tangan kanannya terus menggenggam Tongkat sihir The Darkness Scepter yang dulunya adalah milik sang Master Kegelapan sendiri sementara tangan kirinya menggenggam The Blac Orb dengan erat. Sementara Flarion memegang pisau kecil dengan tangan kirinya dengan kaku karena memang ia belum terbiasa menggunakan tangan kiri sebagai tangan pemegang senjata sementara tangan kanannya yang tidak memiliki telapak tangan lagi diikatkan sebuah perisai. Namun yang paling mengerikan dari Flarion adalah tatapan matanya yang mencerminkan kebulatan tekad dan penyerahan diri yang begitu besarkepada Yang Maha Kuasa. Hal inilah yang mampu memanggil kekuatan tak terbatas dari langit dan membuat Pasukan Kegelapan kacau balau. Penyihir hitam Garanos pun mengetahui ada kekuatan besar yang melindungi Flarion sehingga hatinya tidak tenang dan mulai gentar.
‘Bocah cacat, aku takkan mau hidup jika hari ini harus kalah dari manusia lemah seperti dirimu!’ Seru Garanox sembari melancarkan serangan sihir. Sinar hijau yang menyakitkan mata segera menuju ke arah Flarion.
Dengan sigap Flarion mengangkat perisai untuk melindungi dirinya tetapi sinar itu terlalu kuat sehingga perisai nya hancur berkeping – keping tertembus cahaya tetapi tubuh Flarion sama sekali tidak mengalami cidera. Faith Armor bercahaya terang melindungi tuannya.
Garanox sadar akan kenyataan bahwa Flarion dilindungi Faith Armor yang hampir dapat menahan semua jenis kekuatan sihir. Oleh karena itu dia mengubah taktiknya. Garanox mengucap mantera dan tiba – tiba saja langit berubah menjadi gelap pekat. Bumi perlahan mulai bergetar dan retak, menyisakan celah – celah yang mengeluarkan lahar panas. Dari dalam bumi keluarlah beberapa makhluk yang membuat Flarion menggigit bibirnya menahan rasa pedih. Karena makhluk – makhluk itu adalah Fleric, Flivia, Gnorr, Elrica, Kong, bahkan sang Nyonya pemilik Toko Roti yang begitu dirindukan Flarion juga bangkit kembali dari kematian. Namun mereka semua menatap Flarion dengan mata penuh kebencian. ‘Hancurkan dia!’ Seru Garanox yang kelelahan karena terlalu banyak menggunakan mantera Dark Soul Magic.
Dalam waktu singkat Flarion telah dikepung rapat oleh mantan teman – temannya sendiri dan ia mencoba bertahan. Namun yang paling mengerikan bagi Flarion adalah bukan saat pukulan mereka menghajar tubuhnya tetapi pada saat pukulannya mendarat di tubuh orang – orang yang pernah disayanginya. Bagaimana mungkin ia bisa memukul nyonya yang sudah menyelamatkan hidupnya? Bagaimana mungkin ia memukul Fleric, Gnorr, atau Elrica, teman – teman seperjuangan dalam melawan Pasukan Kegelapan? Flarion kebal akan sihir dan serangan fisik tetapi tidak kebal terhadap serangan hati dan hal inilah yang dimanfaatkan dengan begitu cerdik oleh Garanox. Flarion tidak mampu bertarung lagi dan ia jatuh berlutut sambil menangis sementara lawan – lawan nya terus memukulnya tanpa belas kasihan.
Tangisan bayi. Menara. Hutan. Dua sahabat bertarung. Salah seorang dari mereka menggendong seorang bayi yang terus menangis. ‘Bayi itu adalah kau, Flarion,’ Suara lembut itu terdengar memberi suatu perasaan damai di hati Flarion.’ Ayahmu bertarung dengan sahabat baiknya sendiri karena keyakinannya akan sebuah harapan. Ia yakin kepada-Ku. Ia yakin kepadamu. Ia yakin kau yang dilahirkan terkutuk dapat dibebaskan dari kutuk bahkan menjadi seorang yang begitu diberkati. Lalu seberapa besar keyakinanmu, Flarion? Apakah kau pantas disebut putera dari Faith, Guardian terbesar di zamannya?’
Flarion seperti langsung tersadar dari mimpi dan memuncakkan kekuatannya. Faith Armor yang meredup langsung meledakkan cahaya yang luar biasa. Langit yang gelap menjadikan cahaya Faith Armor semakin berkilauan. Lawan – lawan Flarion langsung terdorong ke belakang dan terjatuh. Mereka tidak dapat bangkit lagi karena cahaya Faith Armor mulai mengikis habis roh – roh kegelapan yang berada di dalam tubuh teman – teman Flarion ayng telah tewas itu.
Flarion langsung berteriak marah,’ Rencana busukmu yang kejam itu tidak akan berhasil, Garanox. Walau seluruh teman – temanku berbalik melawanku. Walau seluruh dunia ini menentangku. Walau jagat raya ini mengutukku. Aku akan terus melawan kejahatan hingga tuntas karena aku punya keyakinan (Faith)! Kau tidak akan pernah menang!’
Garanox seperti kebakaran jenggot. Lawannya yang kelihatan sesaat sudah berhasil dilumpuhkan tiba – tiba saja bangkit dengan kekuatan mengerikan. Ia tidak lagi seperti Flarion yang masih muda dan cacat tetapi memiliki kuasa dan kebijaksanaan yang tinggi. Apa lagi yang bisa mengalahkan seseorang manusia yang kebal secara fisik maupun rohnya? Garanox sudah kehabisan akal dan hanya bisa menatap lawannya itu dengan kagum. ‘Ternyata itu memang kau. Akirnya aku tahu mengapa The Watcher begitu mewaspadai dirimu,’ desis Garanox.
Flarion mengerang hebat dan dari tangan kirinya mengeluarkan cahaya yang luar biasa hingga seluruh pertarungan berhenti sesaat untuk menyaksikan bagaimana kekuatan yang begitu dashyat dilepaskan. Seluruh nafas seakan berhenti dan dalam gerakan yang lambat semua makhluk yang hadir di sana menyaksikan bagaimana Tinju Cahaya Flarion meluncur keras ke arah Garanox. Garanox menciptakan perisai hitam di hadapannya namun tidak kuasa membendung cahaya yang terus meluncur bertubi – tubi hingga akirnya Sang Penyihir Hitam, Garanox The Dark Mage jatuh menggenaskan dengan luka parah di sekujur tubuhnya. Pasukan Kegelapan langsung lemas ketika melihat kejatuhan Garanox dan mereka menjatuhkan senjatanya tanpa berani bergerak lebih lanjut. Teriakan kemenangan pun terdengar. The Dark Scepter jatuh dan lenyap ditelan bumi tanpa diketahui keberadaannya kembali.
Flarion mendekati lawannya yang sekarat. Garanox yang begitu ditakuti kini hanya seorang wanita lemah yang bahkan tidak dapat menggerakkan ujung jarinya dengan wajah yang buruk dan hati yang penuh kebencian. ‘Bunuh aku, ksatria,’ rintih Garanox,’ Bunuh aku agar selesai sudah. Aku sudah menjual kecantikkanku untuk Sang Iblis demi kekuatan tapi sekarang lihat diriku. Setelah kekuatan itu lenyap, apa lagi yang aku miliki? Bunuhlah aku!’
‘Kau masih memiliki 2 hal Garanox yaitu nyawamu dan pengampunan. Tidakkah itu cukup berharga?’ Tanya Flarion.
‘Pengampunan?’ Garanox tertawa terbahak – bahak,’ Makhluk tolol mana yang mau mengampuni aku, si nenek sihir paling jahat di zaman ini?’
‘Aku mau! Dan aku yakin Yang Maha Kuasa juga akan mengampunimu jika kau mau minta maaf,’ Kata Flarion sambil mendekati Garanox dan memegang tangannya dengan lembut. Mata Flarion menunjukkan belas kasihan kepada Garanox dan kembali berkata,’ Jika dulu seorang pencuri bisa diampuni maka hari ini mengapa seorang penyihir hitam tidak dapat diampuni.’
‘Tidak! Aku tidak mau minta maaf! Lepaskan tangan kotormu itu! LEPASKAN!’ Raung Garanox penuh kemarahan. Caci maki dan kutukan terus terlontar dari mulut Garanox tetapi Flarion terus menggenggam tangan Garanox seperti seorang saudara dekat. Lama kelamaan Garanox tidak tahan dan mulai menangis. Jika ada sakit yang lebih menyakitkan daripada kematian maka sakit itu pastilah sebuah penyesalan yang amat sangat mendalam. Hari itu Garanox tidak dihukum oleh kematian tetapi dihukum oleh hati nuraninya sendiri.
Bab 97. Teman yang Disandera
Pertempuran besar telah berakhir dan The Black Orb milik Bangsa Serangga telah diamankan tetapi perang belum berakhir sampai di sini. Dari mulut Garanox diketahui informasi berharga bahwa pemimpin Pasukan Kegelapan sebenarnya adalah seorang wanita buta dengan nama The Watcher yang ternyata adalah Sang Peramal sendiri, putri dari Flinch. Konon Flinch, Ketua dari Bangsa Mage (penyihir) sangat membenci putrinya yang cacat ini karena dianggap membawa aib bagi nama besarnya meski The Watcher sangat terkenal pandai dalam membuat ramalan. Hingga suatu hari The Watcher bersekongkol dengan Master Kegelapan, The Lord of Darkness melalui perantaraan The Dark Scepter. Ia sengaja membuat sebuah ramalan kegelapan dengan memberi sebuah harapan palsu kepada Flinch akan hadirnya seorang Mage terkuat dan yang terpilih itu adalah Garanox. Flinch yang serakah akan kehormatan tentu tidak akan melewatkan kesempatan menjadikan Bangsa Mage sebagai pemimpin dunia. Maka Flinch tidak tanggung – tanggung mengajarkan semua ilmu sihir saktinya kepada Garanox sementara di sisi lain The Watcher juga mengajarkan sihir kegelapan kepada Garanox. Hingga puncaknya The Wathcer memerintahkan Garanox untuk memusnahkan seluruh Bangsa Penyihir termasuk Flinch sendiri. The Watcher sendiri berpura – pura tewas dalam serangan itu agar dunia tidak memfokuskan perhatian kepada dirinya melainkan kepada Garanox beserta ramalannya yang penuh kegelapan itu. The Watcher lupa memperhitungkan beberapa orang yang tidak terikat akan kekuatan ramalan namun lebih mempercayai harapan seperti Flarion dan kawan – kawannya itulah yang mampu membuat perubahan besar.
Namun The Watcher belum gagal sepenuhnya. Kekuatan gelap masih memiliki kuasa untuk bangkit kembali. Menurut perhitungan bintang, langit dan bumi, tiga hari lagi Sang Matahari akan tenggelam dalam kegelapan total. Pada saat itulah kekuatan terbesar dari Master Kegelapan dapat dilepaskan. The Watcher sudah memiliki banyak energi sihir untuk melepaskan Sang Master. Ia juga sudah memiliki ke-5 orb. Yang dibutuhkannya hanyalah tinggal The Black Orb yang telah gagal direbutnya. The Wathcer tidak mungkin menyerahkan puluhan tahun perjuangannya dengan begitu saja. Ia pasti akan berusaha mengambil The Black Orb apapun yang terjadi maka penjagaan terhadap Orb itu harus dilakukan secara maksimal.
Malam tiba dan para pasukan Manusia, Peri, Kurcaci dan Mermaid membuat kemah pertahanan di sekitar liang Bangsa Serangga untuk melindungi The Black Orb. Mereka hanya perlu bertahan selama 3 hari dan jika memang perkataan Garanox benar maka The Lord of Darkness harus menunggu ratusan tahun kembali untuk dapat dilepaskan jika The Black Orb tidak berhasil direbut.dalam waktu 3 hari ini. Tetapi The Watcher tidak bodoh, ia menggunakan senjata terakhirnya yaitu Merry. Merry yang disandera Garanox sebelumnya telah jatuh ke tangan The Watcher dan kini The Watcher mengancam akan membunuh Merry jika Flarion tidak membawa The Black Orb ke menara Zerithen. Hal ini sangat menyusahkan hati Flarion dan membuat kuatir yang lainnya.
Maka Flarion pun mengambil keputusan berani untuk pergi menyelamatkan Merry tanpa membawa The Black Orb. Flarion tidak mau mengorbankan Merry dan akan tetap berusaha membebaskannya walau apapun yang terjadi tanpa harus mengorbankan kepentingan orang banyak pula. Maka tanpa membuang waktu lagi berangkatlah Flarion dan Lyrian sambil menunggang Mistyx yang telah bertransformasi sehingga dapat terbang lebih cepat daripada sebelumnya menuju ke Menara Zerithen. Mereka terbang dengan kecepatan tinggi agar dapat tiba tepat waktu sebelum waktu kebangkitan The Lord of Darkness tiba karena sandera tidak akan berguna jika waktunya telah lewat. Merry pasti akan dibunuh jika mereka terlambat sedetik saja.
Bab 98. Kebenaran yang Menyakitkan
Menara Zerithen bergetar hebat ketika seorang ksatria, seorang penyiir dan seekor Naga menerobos masuk menara terkutuk itu. Tidak satu pun dari pasukan kegelapan yag berhasil menahan laju ketiga makhluk ini apalagi setelah kabar pertempuran yang luar biasa itu tersiar ke seluruh dunia, membuat ketiganya semakin terkenal dan ditakuti lawan. Hal ini juga yang membantu Flarion dan kawan – kawannya menerobos masuk ke menara Zerithen karena tidak ada Pasukan Kegelapan yang cukup berani untuk menghadang mereka, kecuali seorang penyihir yang disebut The Watcher. Penyihir itu berdiri tegap di atas menara Zerithen dengan memakai jubah kain panjang yang menutupi sekujur tubuhnya. Yang terlihat jelas hanyalah hidung dan mulutnya sementara matanya ditutupi oleh bayangan jubah yang menutupi kepalanya seperti kerudung. Ia tidak membawa tongkat atau senjata apapun sementara ke-5 Orb telah diatur mengelilinginya. Hanya satu tempat orb yang masih kosong yang tentunya seharusnya diisi oleh The Black Orb.
‘Mana Merry?’ Tanya Flarion,’ Cepat lepaskan dia atau akan kuhancurkan The Black Orb untuk selamanya!’
‘Menghancurkan The Black Orb?’ The Watcher balik bertanya dengan tersenyum,’ Tidak ada satu senjatapun di dunia ini yang dapat menghancurkan The Orb apalagi jika kau tidak membawanya. Bukan begitu Flarion?’
Flarion, Lyrian dan Mistyx langsung terkejut luar biasa mendengar pernyataan yang menusuk dari The Watcher. Bagaimana ia bisa tahu Flarion tidak membawa The Black Orb bersamanya? The watcher langsung memberi kode dan dari bayangan di belakang The watcher keluarlah Zork The Wizzard dan Merry.
‘Bebaskan dia, penjahat!’ Seru Lyrian ketika melihat Merry.
‘Tentu! Aku akan bebaskan dia segera karena apa yang aku inginkan sudah kudapatkan tetapi itu jika dia sendiri mau dibebaskan,’ Kata The watcher yang disusul dengan tawa yang mengerikan,’ Beberapa menit lagi waktunya akan tiba di mana Sang Master akan dibebaskan oleh tanganku sendiri lalu aku akan diangkat menjadi pewarisnya untuk menguasai dunia ini.’
‘Merry cepat kemari!’ Seru Lyrian.
The Watcher memberi kode agar Merry mendekati Flarion dan Lyrian yang tetap siaga akan datangnya jebakan. Merry berjalan mendekat dan meraih sebuah benda dari balik bajunya. Benda berwarna hitam itu muncul dan diletakkan di tempatnya seperti halnya kelima orb yang lain. Maka Lengkaplah seluruh Orb yang ada untuk dimulainya ritual kebangkitan Sang Master Kegelapan, Lord of Darkness.
‘Merry, apa yang aku lakukan?’ Flarion menyaksikan kejadian itu seakan tidak percaya kepada penglihatannya sendiri bahwa Merry telah mendapatkan Orb hitam dan menyerahkannya kepada The Watcher,’ Kau pasti bukan Merry tetapi sihir The Dark Soul. The Watcher telah membunuh Merry dan memakai tubuhnya dengan sihir!’
‘Maaf mengecewakanmu, Flarion tapi aku belum mati sehingga tidak perlu sihir untuk membuatku memihak kepada Pasukan Kegelapan. Hanya perlu sedikit kecemburuan, kebencian, dan kepahitan karena pengkhianatan kalian berdua!’ Seru Merry menatap Flarion dan Lyrian bergantian dengan berurai air mata,’ Kau tahu bagaimana perasaanku kepadamu, Flarion. Kau tahu bagaimana aku mencintaimu bahkan sejak saat kita masih menjadi The Forest Watcher. Tapi kau begitu kejam telah mencampakkan aku dengan memilih penyihir cacat itu! Di depan mataku kau memeluknya dan mencampakkan cintaku. Namun The Watcher menjanjikan bahwa ia dapat membunuhmu dan membangkitkanmu kembali dengan sihir lalu kita akan hidup bahagia selamanya.’ Merry kemudian tertawa kejam dengan penuh kebahagiaan.
‘Tidak! Merry, ini bukan kau. Sadarlah! Kami ini teman – temanmu!’ Seru Lyrian berusaha menyadarkan Merry,’ Kembalilah kepada kami, Merry. Kami membutuh tenagamu sekarang sebelum semuanya terlambat.’
‘Maaf, Lyrian. Semuanya sudah terlambat ketika kalian mengkhianati aku dan aku telah memotong tanganmu. Aku sudah tidak dapat kembali lagi. Jika aku tidak dapat menjadi ksatria kebenaran yang paling baik maka biarlah aku menjadi ksatria kejahatan yang paling jahat. Aku tidak mau setengah – setengah. Lagipula membela kejahatan tidak terlalu buruk selama aku mendapatkan cinta yang kuimpikan,’ Jawab Merry.
‘Ini tidak mungkin!’ Seru Flarion,’ Pasti ada tipuan. Orb itu dijaga dengan ketat, bagaimana mungkin bisa berada di sini?’
‘Kau memang bodoh, Flarion. Manusia memang sangat lemah dengan pengkhianatan. Aku hanya perlu berpura – pura lepas dari sandera The Watcher dan terluka parah di dekat Liang Serangga. Lalu pasukan bodoh itu membawaku masuk ke dalam perkemahan mereka untuk merawatku. Selagi mereka semua sibuk mencari cara untuk memberitahumu, aku dengan bantuan sihir Zork masuk ke dalam Liang serangga dan mencuri The Orb kemudian melakukan teleport. Mudah sekali, bukan?’ Jawab Merry dengan nada mengejek.
‘Flarion!’ Tegur Mistyx,’ Sampai kapan kau mau sibuk mengurusi temanmu yang gila itu? Lihat! Waktunya telah tiba dan Zork telah siap memulai ritualnya.’
‘Maka tidak ada cara lain lagi. Merry, kini kita bukan lagi berada di pihak yang sama. Bersiaplah, teman – teman! Kita bertarung atau kita semua akan mati!’ Seru Flarion.
Bab 99. Kebangkitan
Siang hari menjadi gelap gulita ketika sebuah bulatan hitam besar menutupi Sang Matahari dan ke-6 Orb memancarkan cahaya sendiri seperti bintang – bintang dengan warna yang berbeda sesuai dengan namanya masing – masing. Lalu Zork langsung memulai ritualnya untuk membebaskan Sang Master Kegelapan, The Lord of Darkness. Flarion, Lyrian dan Mistyx tahu waktu mereka tidak banyak tetapi Merry dan The Watcher sudah berdiri menghalangi jalan mereka untuk menyerang Zork.
Lyrian segera mengerahkan kekuatan sihir ‘Thunder Cast’ ke arah The Watcher namun di luar dugaan sihir itu langsung terserap ke tangan The Watcher dan terpantul 10 kali lipat ke arah Mistyx, Flarion dan bahkan Lyrian sendiri. Mistyx dan Lyrian langsung terdorong ke belakang dan menghantam tembok menara Zerithen. Sementara Flarion mampu mengeliminasi sihir karena Faith Armor melindunginya.
‘Dasar Penyihir Bodoh! Kau mau mengalahkan pewaris Kegelapan dengan sihir? Apa kau tidak mengetahui kebenaran bahwa semua sihir adalah berasal dari Sang Master Kegelapan? Bagaimana mungkin kau bisa mengalahkan kegelapan dengan sihir?’ The Watcher tertawa mengejek.
Merry langsung menyerang Lyrian dengan pedangnya. Untunglah Lyrian sempat menghindar ke samping sehingga tebasan pedang Merry hanya menghantam dinding batu. Secepat kilat Lyrian langsung memukul tangan Merry hingga pedangnya terjatuh dan keduanya terlibat dalam pergulatan yang seru. Kedua wanita itu saling bergulingan, saling pukul dan cakar. Mistyx tidak dapat membantu pertarungan Merry dan Lyrian karena keduanya saling menempel satu sama lain sehingga ia pun langsung memutuskan untuk membantu Flarion menyerang Zork. Flarion yang menerima pantulan sihir kilat Merry sempat terkejut namun sedetik kemudian ia sudah menyerang maju ke arah Zork dan The Watcher. Namun sihir lain sudah diluncurkan oleh The Watcher di mana tiba – tiba lantai menara di bawah Flarion amblas. Flarion kehilangan pijakan dan meluncur jatuh ke bawah tetapi di saat yang tepat Mistyx langsung menyambar tubuh kawannya itu dan membawanya terbang.
The Watcher yang melihat Mistyx menolong Flarion langsung mengeluarkan mantera unggulannya: The Eye of doom. Mistyx yang merasakan adanya bahaya mengancam segera melemparkan Flarion ke pijakan terdekat sebelum seluruh tubuhnya tiba – tiba mengejang. Sebuah simbol mata emas terbentuk di udara dan menghantam Mistyx. Sia – sia saja Mistyx memaksimalkan energinya hingga cahaya keemasan muncul seluruh tubuhnya. Jurus The Eye of Doom milik Lord of The Darkness yang diwariskan kepada The Watcher memang memiliki kekuatan yang dashyat. Mistyx langsung meraung kesakitan ketika tubuhnya tiba – tiba mengalami kejang – kejang dan tulang – tulangnya mulai dipatahkan satu per satu secara misterius. Mistyx pun langsung melayang jatuh ke bawah.
Flarion masih dalam keadaan bingung ketika terlempar dari cengkraman Mistx dan mendarat dengan tiba – tiba di pijakan yang sulit sehingga ia harus menjaga keseimbangan agar tidak jatuh kembali. Ia baru tersadar akan kejatuhan Mistyx setelah mendengar raungan Mistyx dan melihat temannya jatuh ke bawah hingga lenyap dari pandangan. ‘Tidak!’ Teriak Flarion dengan sedih dan putus asa lalu ia segera menatap The Watcher dengan marah dan berlari menyerangnya. The Eye of Doom kembali muncul di udara dan menghantam Flarion. Senyum kemenangan The Watcher berubah menjadi ketegangan ketika Flarion terus menerjang maju. Kekuatan Faith Armornya mampu mengeliminasi mantera Eye of Doom. ‘Tidak mungkin!’ Jerit The Watcher seraya menghindar dari serangan Flarion,’ Mantera Sang Master tidak mungkin dapat dieliminasi oleh manusia manapun juga!’
Namun The Watcher salah perkiraan karena ternyata Flarion tidak pernah bermaksud menyerangnya melainkan Zork lah yang menjadi sasaran dari Iron Fist nya tetapi di luar dugaan siapapun, tiba – tiba ledakan energi terjadi di tengah – tengah ritual itu. Ledakan energi itu memantulkan Iron Fist Flarion dan bahkan tubuh Flarion pun ikut terpukul mundur ke belakang. Tapi bukan hanya Flarion, The Watcher hingga Merry dan Lyrian pun ikut terpental akibat ledakan itu, hanya Zork yang tetap berdiri pada tempatnya dan tubuhnya bergetar seperti kerasukan sesuatu.
Flarion segera bangkit dan hendak memukul Zork hingga jatuh sebelum kebangkitan Lord of Darkness karena beberapa detik kemudian semuanya mungkin sudah akan terlambat. Pusaran Lubang Hitam sudah terbentuk di udara sebagai akibat ledakan energi itu dan suara raungan dashyat penuh kengerian muncul dari dalamnya. Namun belum sempat Flarion melancarkan pukulan, sebuah teriakan memaksa Flarion untuk berpaling ke belakang dan melihat Lyrian dan Merry berada dalam bahaya. Mereka terdorong keluar dari menara akibat ledakan energi dashyat itu dan kini sedang bergelantungan di tepi menara Zerithen. Gempa mulai terjadi dan membuat pegangan keduanya melemah dan akhirnya terlepas.
‘Tidak!’ Seru Flarion yang berlari dan ikut terjun mengejar kedua wanita itu. Flarion memposisikan jatuhnya dengan kepala di bawah sehingga kecepatan jatuhnya dapat mengejar Lyrian dan segera memeluk wanita itu dengan tangan kirinya. Lalu Flarion mengulurkan tangan kanannya ke arah Merry namun ia tidak dapat mencengkram Merry karena Flarion telah kehilangan telapak tangan kanannya. ‘Merry, pegang tanganku sekarang! Aku akan menggunakan Faith Armor untuk melindungi kita semua!’ Teriak Flarion mengalahkan suara deru angin yang kencang.
Merry hendak mengulurkan tangannya namun ketika melihat telapak tangan Flarion yang hilang, ia terkejut,’ Tanganmu! Kenapa dengan tanganmu?’ Merry yang diliputi kebencian tidak menyadari bahwa Flarion telah kehilangan telapak tangan kanannya sebelum ini. Namun Flarion tidak menjawab. Flarion hanya terus berusaha menggapai Merry. Dan Merry pun menangis,’ Maafkan aku, Flarion. Selamat tinggal, teman dan kekasihku.’ Lalu Merry pun menarik tangannya dari Flarion dan ikut memposisikan dirinya dengan kepala di bawah sehingga jatuh lebih cepat.
‘Tidak!’ Seru Flarion,’ Jangan lakukan itu, Merry! Merryyy!!!’ Teriak Flarion panjang ketika melihat Merry meluncur jatuh dengan kecepatan tinggi sementara ia harus menahan laju jatuh dirinya juga Lyrian agar tidak hancur berkeping keping. Sambil menggigit bibirnya karena sedih, Flarion bergumam,’ Faith Armor.’ Cahaya keemasan pun bersinar menyelimuti Flarion dan Lyrian. Flarion memejamkan matanya dan menyerahkan hidup mati mereka berdua ke tangan Yang Maha Kuasa. Bunyi benda jatuh pun terdengar begitu keras hingga ke atas menara Zerithen namun tidak menarik perhatian bagi The Watcher maupun Zork yang kelelahan karena di hadapan mereka berdua, roh dari Lord of The Darkness telah muncul, terbebaskan dari penjara dimensi waktu setelah ribuan tahun berlalu.
Bab 100. Sebuah Harapan
‘Akhirnya!’ Suara The Lord of Darkness menggelegar,’ Setelah beberapa ribu tahun, akhirnya aku terbebaskan!’
‘Tuanku! Aku ini hambamu yang setia yang telah membebaskanmu. Akulah pewarismu, tuanku,’ Seru The Watcher kegirangan karena tahu dirinya akan memperoleh kekuatan tanpa batas yang tak pernah diimpikan makhluk manapun di dunia ini.
‘Terima kasih atas pelayananmu, Watcher dan sekarang terimalah upahmu!’ Lord of Drakness mengulurkan tangannya dan telunjuknya bercahaya.
The Watcher berteriak kesakitan ketika seluruh energi di dalam tubuhnya seperti terhisap keluar dan ternyata The Lord of Darkness memang sedang menghisap habis energi The Watcher hingga dalam sekejap The Watcher berubah menjadi wanita tua yang keriput. The Watcher langsung jatuh lemas setelah energi dan masa mudanya habis diambil Lord of Darkness. Ia bahakn tidak sanggup untuk berdiri lagi.
‘Tuanku, kenapa? Mengapa kau lakukan ini setelah semua yang aku lakukan? Bukankah kau sudah berjanji menjadikan aku sebagai pewaris?’ Tanya The Watcher dengan lemah,’ Kau mengkhianati aku.’
‘Sama seperti kau mengkhianati Garanox dan Garanox mengkhianati seluruh anak buahnya, bukan?’ Tanya Zork,’ Seharusnya kau lebih mengenal siapa tuanmu sebelum kau memilih untuk mengabdi kepadanya, Watcher. Lord of The Darkness adalah dewa penipu, pengkhianat dan kejahatan ada padanya. Apa yang kau harapkan darinya? Sebuah kesetiaan?’ Zork tertawa dengan licik.
‘Kau sudah belajar banyak dariku, Watcher dan sungguh menyenangkan melihatmu menghancurkan banyak Bangsa dan merusak banyak jiwa. Namun kau bukan yang terpilih untuk jadi pewarisku. Kau tidak pantas jadi pewarisku,’ Jawab The Lord of Darkness.
‘Zork! Jadi kau pewaris sebenarnya. Kau menipuku, Zork!’ Maki The Watcher.
‘Seandainya begitu! Tapi aku juga bukan pewarisnya, bodoh!’ Balas Zork.
‘Lalu siapa?’ Tanya The Watcher heran. Namun keheranan itu langsung terjawab ketika sebuah tubuh terluka parah terbang ke hadapan mereka semua. ‘Flarion?’ Desis The Watcher penuh keterkejutan,’ Tidak mungkin! Tuanku, dia itu adalah manusia yang paling membencimu dan menentangmu habis – habisan. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi pewarismu? Dia adalah musuh!’ Protes The Watcher.
‘Dia adalah pengikut The One yang setia. Satu manusia ini dapat mengalahkan seluruh Pasukan Kegelapanku. Dapatkah kau bayangkan jika manusia yang satu ini menjadi pengikutku? Ditambah dengan kekuatanku maka tidak ada lagi yang dapat menghentikan dia! Pengikut musuhku yang paling kuat akan berubah menjadi pewarisku! Apakah itu tidak pantas?’ Lord of Darkness memandang Flarion yang perlahan mulai sadar dari pingsannya.
Flarion tidak dapat menggerakkan seujung jari pun. Ia tahu bahwa seluruh tulang – tulangnya remuk ketika jatuh dari atas Menara Zerithen bersama dengan Lyrian. Ia bahkan tidak tahu bagaiman keadaan dari Lyrian sendiri. Namun yang paling mengejutkan adalah ketika menyadari bahwa ia berada dalam genggaman The Lord of Darkness. Kengerian, teror, putus asa, kepedihan dan kesakitan menyebar dari dalam tubuh Sang Master Kegelapan ini. Flarion tidak berdaya.
‘Jangan memberontak, pewarisku! Kepadamu akan diwariskan kekuatan gelap yang tidak terbatas. Dunia ini cepat atau lambat akan menjadi milikmu,’ Kata The Lord of Darkness.
‘Siapa yang sudi menjadi pewarismu, makhluk jelek!’ Seru Flarion sambil meringis menahan sakit.
Namun The Lord of Darkness malaha tertawa dan balas berkata,’ Kau kira kau bisa menghindar dari nasibmu sebagai pewaris kegelapan? Apakah kau tahu dari sejak bayi kau sudah diserahkan kepadaku? Ibumu sendiri yang menyerahkan rohmu kepadaku, Flarion. Jika seandainya hari itu ayahmu tidak mati bagimu, tentu kau sudah menjadi pewarisku yang luar biasa. Tapi hari ini lihatlah dirimu! Kau tetap tak bisa lari dariku. Siapa yang membelamu sekarang? The One? Di mana pembelamu yang Maha Kuasa itu? Apa kau pikir Dia benar - benar peduli pada dirimu yang kecil itu? Kau pikir siapa dirimu, Flarion? Lalu di mana teman – temanmu? Semuanya mati dan pergi meninggalkanmu? Di mana Bangsa Manusia, Peri, Kurcaci, Mermaid bahkan Serangga yang paling jelek sekalipun? Apa mereka membelamu seperti kau membela mereka? Kau sendirian, Flarion! Sendirian!’ Lord of Darkness terus bertanya dan berkata – kata, berusaha menanamkan kegelapan putus asa di dalam hati Flarion.
Flarion pun menangis dan ia semakin tidak berdaya. Namun di saat kebenaran hampir kalah dan semua harapan lenyap, sebuah suara lirih terdengar sesaat di dalam hati Flarion. ‘Aku di sini, Flarion,’ Sang Maha Kuasa menjawab kesepian Flarion. Mata Flarion langsung berbinar akan sebuah harapan.
‘Jangan dengarkan dia, Flarion! Aku masih di sini!’ Teriak Lyrian yang terluka parah sambil ditopang beberapa Prajurit manusia, naik ke atas Menara Zerithen.
‘Aku juga masih di sini, Flarion!’ Sahut Mistyx yang sambil menahan sakit juga ikut merayap naik.
‘Kau tidak pernah sendirian karena kami semua juga di sini!’ Sahut sebuah suara yang ternyata adalah Agastya, Raja Allastar Bangsa Manusia. Di belakangnya Ferishia, Dewan Peri, Grobin si Raja Kurcaci dan Fernor, Raja Atlantis dari Bangsa Mermaid berdiri dengan sikap waspada. Di Belakang mereka juga bermunculan para prajurit Manusia, Kurcaci, Peri, Mermaid bahkan serangga berhamburan masuk dan memenuhi Menara Zerithen. Bahkan lebih banyak lagi sedang berbaris rapi di bawah menara Zerithen dengan posisi tempur.
Tak lama kemudian sebuah jaring langsung menarik Flarion lepas dari genggaman tangan Lord of Darkness yang masih terpaku karena hal ini dan Arachea, Ratu Bangsa Serangga langsung membawa Flarion menjauh ke tempat yang aman.
‘Tidak!’ Teriak Lord of Darkness penuh kemarahan,’ Kalian semua akan mati hari ini!’
‘Satu – satunya yang akan mati adalah kau, Penguasa Kegelapan! Aku membawa mereka semua ke sini dengan teleport bukan tanpa persiapan pengetahuan apa – apa, Sang Master,’ ejek sebuah suara yang tidak lain adalah Garanox sendiri. Ia berjalan tertatih – tatih mendekati Lord of Darkness tanpa rasa takut. ‘Mari kita mulai ritualnya, saudara – saudara!’
Maka Ferishia maju ke depan mewakili Bangsa Peri Langit dan berdiri di hadapan Orb Putih, disusul seorang Peri lain bernama Laveria mewakili Peri Hutan dan berdiri di hadapan Orb Hijau. Agastya mewakili Bangsa Manusia berdiri di hadapan Orb Kuning, Grobin perwakilan Bangsa Kurcaci di hadapan Orb Merah dan akhirnya Fernor mewakili Bangsa Mermaid di hadapan Orb Biru. Sedangkan Orb terkahir, Orb hitam diwakili oleh Ratu Serangga, Arachea. Keenamnya berpegangan tangan dan mulai berdoa. Sementara Garanox dengan gemetaran memakai semua energi yang tersisa padanya berusaha membangkitkan kembali esensi dasar keenam orb tersebut.
The Lord of Darkness yang menyadari keadaan tidak menguntungkan segera mengeluarkan sihir hitamnya ke arah keenam orang tersebut tetapi sebuah cahaya langsung mengeliminasi sihir itu. Flarion menggunakan Faith Armornya untuk melindungi para teman – temannya. Zork yang menyadari bahaya segera mengambil kesempatan di dalam keadaan yang menegangkan itu untuk melarikan diri ketika para pasukan tidak waspada. Hanya The Watcher yang malang tidak dapat berbuat apa – apa.
Cahaya warna – warni pun langusng memancar dari ke – 6 Orb itu dan bersatu menjadi warna putih yang luar biasa dashyat. Cahaya putih itu mengurung Lord of Darkness dan mulai mengikis kekuatan hitamnya. Tetapi kekuatan Lord of Darkness memang luar biasa. Meski dihajar dengan kekuatan yang luar biasa seperti itu namun ia dapat terus bertahan dan meraung ganas. Garanox mulai kehabisan tenaga dan darah menyembur dari mulutnya akibat luka yang terjadi karena memaksakan kekuatan sihirnya. Kekuatan sihir yang berasal dari kekuatan jahat itu mulai berbalik melawan dirinya sendiri. Ketika semuanya akan terlihat gagal, sebuah tangan menopang Garanox dan memberinya energi tambahan. Tangan itu adalah tangan Lyrian yang ikut mempertaruhkan nyawa di saat – saat terakhir. Namun energi sihir dari keduanya pun tidak bertahan lama karena Lord of Darkness terus saja bertahan. Sebuah tangan lagi datang untuk menopang keduanya, tangan The Watcher yang sekarat memberikan segalanya yang dia punya untuk dipertaruhkan dalam memusnahkan Lord of Darkness.
Lord of Darkness mulai terdesak. Ia menjadi semakin marah dan mulai mengguncang dunia. Gempa besar pun terjadi dan bumi merekah. Api dari dalam bumi mulai menyembur keluar dan bersamaan dengan itu makhluk – makhluk gelap dari dasar bumi pun mulai bermunculan menebarkan teror. Hal ini membuat hati lawan dari Lord of Darkness menjadi kehilangan nyali. Tak ada satu pun dari mereka yang berharap untuk dapat berada di sini ketika Sang Master kegelapan tengah menunjukkan kekuatan yang sebenarnya karena tidak ada satu Bangsa pun yang mampu bertahan menghadapinya kecuali Sang Satu yang Maha Kuasa, The One. Sebuah Ledakan pun terjadi. Menara Zerithen pun runtuh ke bawah. Flarion dan yang lainnya semua ikut jatuh bersama ambruknya menara tersebut.
Pasukan yang berada di bawah menara melihat dengan tidak percaya ketika dari balik reruntuhan, Flarion dan teman – temannya keluar dengan selamat. Walau semuanya terluka parah tetapi tidak satu prajurit pun yang meninggal setelah jatuh dari atas menara yang begitu tinggi. Pasukan di bawah menara tidak mengerti bagaimana sebuah cahaya dari Faith Armor bisa bersinar begitu terang hingga menyelimuti satu menara dan berhasil meredam jatuhnya ratusan makhluk dari atas Menara Zerithen yang ambruk. Namun bukan itu saja yang lebih mengherankan adalah Flarion yang menguasai Faith Armor sendiri telah terluka parah hingga pingsan seketika. Jadi siapa yang mengaktifkan Faith Armor hingga begitu dashyat atau mungkinkah Faith Armor mengaktifkan dirinya sendiri. Sementara dari balik reruntuhan pula keluarlah Lord of Darkness yang terluka parah. Orb telah gagal mengurung Lord of Darkness dan rencana Garanox telah gagal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar