Selasa, 11 Maret 2008

The Chronicle of Flarion (46-50) By: Junaidi Halim

Bab 46. Kong, Manusia dari Timur

Gnorr masih terus memanggul Flarion di pundaknya yang besar. Ia mengayunkan kapaknya yang besar dan berusaha menghancurkan batu besar di hadapannya sementara manusia yang sekujur tubuhnya dibalut kain hitam terus melemparkan bola – bola seukuran kepalan tangan. Dari bola – bola itu keluar asap tebal dengan bau tidak sedap yang sangat dibenci serangga, termasuk di dalamnya Pasukan Laba – Laba yang mengejar mereka. Fleric berulang kali menciptakan lapisan es dari Pedang Rembulannya untuk menghambat pasukan pengejar semakin mendekati mereka.
Pada akhirnya batu di hadapan Gnorr pun hancur dan seketika itu juga cahaya matahari meluncur masuk ke dalam lubang. Para Laba - Laba memekik ketakutan dan mengambil langkah mundur. Fleric berteriak kegirangan. Cahaya matahari yang masuk menandakan mereka akan segera keluar dari lubang yang mengerikan itu.
‘Akhirnya kita selamat juga!’ Seru Gnorr yang segera berlutut kelelahan begitu keluar dari terowongan penuh dengan Laba – Laba tersebut. Flarion masih belum sadar. Luka yang dideritanya dari pukulan Golem belum sembuh benar bahkan semakin diperparah karena memaksakan diri mengeluarkan jurus. Fleric dan Gnorr mengamati keadaan Flarion dengan rasa penuh kuatir.
‘Kita harus mengobati temanmu itu jika ingin nyawanya selamat. Kemah kami tepat berada di balik Pegunungan Putih ini. Jaraknya jauh lebih dekat daripada kalian kembali ke Kota WhiteStone,’ Kata orang asing berpakaian hitam itu yang perlahan – lahan mulai melepaskan penutup wajahnya,’ Perkenalkan namaku Kong. Aku dan rakyatku berasal dari Negeri Timur yang jauh, kira – kira 100 malam perjalanan menggunakan kapal besar dan jika angin berhembus kencang.’
Kong berkulit coklat kehitaman, tidak putih seperti kebanyakan manusia yang pernah dilihat Fleric maupun Gnorr. Sudah jelas Kong adalah sekelompok pendatang asing dari timur. Para pendatang biasanya berayar dari negeri yang jauh untuk mencari kehidupan baru di tanah – tanah asing. Mereka berlayar dalam kelompok – kelompok besar dari satu negeri ke negeri lain dan akhirnya membangun sebuah desa di perhentian terakhirnya. Tak lama lagi Fleric, Gnorr dan Flarion akan tiba di desa sebuah Bangsa asing.
Flarion sadar tak lama ketika mereka memulai perjalanan menuju tempat kediaman Kong namun tubuh Flarion masih sangat lemah dan kehabisan tenaga. Mereka berjalan dengan hati – hati karena tidak mau berhadapan dengan Golem maupun terperosok ke liang serangga untuk kedua kalinya. Fleric kemudian bertanya kepada Kong,’ Apa yang kau lakukan di terowongan serangga, Kong? Itu bukan tempat yang nyaman bagi manusia manapun apalagi orang asing sepertimu.’
Kong tersenyum dan menjawab,’ Untuk mencari sebuah bola hitam. Sebuah Bangsa jelek yang menamakan dirinya Goblin mengatakan kepada kami bahwa mereka bersedia membayar mahal untuk bola berwarna hitam yang berada di dalam Pegunungan Putih. Sebuah Bayaran yang mampu menghidupi seluruh desa selama sepuluh tahun tentu tidak dapat aku tolak. Kira – kira 7 hari yang lalu aku berhasil mencuri sebuah bola hitam di dalam liang serangga dan menyerahkannya kepada saudaraku untuk dibawa ke desa sementara aku tetap diam di liang serangga mencari bola yang lainnya. Kami semua akan kaya raya sebentar lagi.’ Kong pun tertawa gembira.
Flarion mendelik terkejut. Fleric menganga tidak percaya sementara Gnorr juga mengepalkan kedua tangannya. ‘Apa yang kau lakukan!’ Seru Fleric,’ Kau akan menyerahkan benda yang sangat berbahaya itu kepada Bangsa terkutuk seperti Bangsa Goblin?’ Kau akan menghancukan dunia ini!’
‘Kita harus bergegas, teman – teman!’ Seru Flarion,’ Desa Kong berada dalam bahaya besar. Bangsa Goblin tidak pernah dapat dipercaya!’ Maka ke empatnya segera tergesa –gesa menuju desa Kong. Selama perjalanan Fleric menjelaskan segala sesuatu mengenai Pasukan Kegelapan, Bangsa Goblin maupun perihal orb kepada orb dengan sedikit terengah – engah sementara Flarion menahan sakit agar tidak menjadi hambatan bagi teman – temannya yang diburu waktu. ‘Semoga masih ada waktu untuk mencegah The Black Orb jatuh ke tangan musuh. Semoga masih ada waktu sebelum desa itu dihancurkan,’ batin Flarion.
Asap hitam tipis mengepul dari kejauhan. Firasat Flarion mengatakan hal yang buruk namun ia tetap diam karena dilihatnya Kong sudah amat sangat gelisah. Ia berlari lebih cepat lagi dan maju ke depan sendirian. Fleric dan Gnorr mencabut senjatanya untuk berjaga – jaga. Tak lama kemudian suara jeritan terdengar. Jeritan Kong. Flarion, Fleric dan Gnorr tiba di desa Kong dan melihat tidak satu pun yang tersisa. Semuanya telah habis terbakar. Mayat – mayat bergelimpangan di mana – mana dalam keadaan tercabik – cabik dan mulai membusuk. Kong berlutut dan tertunduk sambil menangis. Flarion juga ikut menangis. Flarion teringat kembali akan Venetta.

Bab 47. Istana Dalam Danau

Unicorn berlari lebih cepat daripada tiupan sang angin dan sapuan sang badai. Lyrian memegang erat leher kuda yang berwarna putih bersih itu sementara Merry memeluk pinggang Lyrian. Mereka berdua tidak dapat melihat jelas akan dibawa kemana karena semuanya terlihat samar – samar akibat begitu cepatnya sang Unicorn berlalu. Akhirnya Sang Unicorn berhenti dan tiba di tepi danau, jauh dari hutan maupun dari jembatan yang menuju Kota Allastar. ‘Oh, Tidak, dimana kita berada?’ Tanya Lyrian yang ketakutan dan kebingungan. Belum sempat pertanyaan itu terjawab, sang unicorn telah meringkik keras dan tanduknya berkilauan terang. Tiba – tiba saja air danau di hadapan mereka terbelah ke kiri dan ke kanan, membuka jalan menuju sebuah istana yang semula tertutup oleh air. Lyrian dan Merry tercengang menyaksikan hal itu sementara unicorn bergerak masuk ke dalam istana tersebut. Lyrian dan Merry mengikutinya sementara air mulai kembali ke posisi semula, menutupi istana tersebut. Namun sungguh ajaib, air danau itu sama sekali tidak dapat masuk ke dalam istana. Seakan – akan ada sihir yang begitu kuat menahan air untuk membanjiri dalam istana.
Istana itu begitu sunyi. Tidak ada suara yang menandakan adanya kehidupan. Lumut dan rumput laut menempel di dinding dan memenuhi lantai. Pintu – pintu istana terbuka lebar dan terlihat kusam. Lyrian dan Merry ikut masuk ke dalam istana dan unicorn membawa mereka masuk hingga ke aula utama. Di sanalah terlihat Raja dan ratu sedang duduk di singgasana nya yang terbuat dari emas yang telah pudar warnanya. Di sekelilingnya terlihat 20 ksatria berpakaian perang memegang senjatanya masing – masing. Para Ksatria itu sedang dalam posisi berusaha melindungi raja dan ratu. Namun satu hal yang sungguh mengejutkan adalah mereka semua telah berubah menjadi batu kristal berwarna biru. Jika dilihat dari lumut dan ganggang yang menempel di sekujur tubuh mereka maka kutukan ini telah menimpa seluruh istana selama beratus – ratus tahun.
Unicorn terus membawa mereka ke dalam istana dan semakin banyak mereka menemukan manusia – manusia yang telah dikutuk menjadi batu kristal biru. Para pelayan, koki istana, prajurit – prajurit hingga anak – anak kecil. Semuanya telah berubah menjadi kristal. Hingga mereka tiba di sebuah kamar yang besar dan terdengar suara,’ Sayangku, apakah itu engkau?’ Seorang wanita cantik tampak di hadapan mereka dengan tubuh bagian pinggang ke bawah telah berubah menjadi kristal namun bagian pinggang ke atas tetap dalam rupa manusia normal. Dalam keadaan seperti itu tentu saja ia tidak dapat bergerak.
‘Oh! Siapa kalian?’ Tanya wanita cantik itu terkejut ketika melihat Lyrian dan Merry,’ Apakah kalian adalah para ksatria yang ingin mencoba membebaskan kutukan yang telah berumur ratusan tahun ini?’ Wanita itu mulai menangis sedih dan unicorn itu pun mendekatinya sambil mengusap – usapkan kepalanya ke wajah wanita itu. Sang wanita kemudian membalasnya dengan membelai – belai kepala unicorn. Wanita itu berkata,’ Yah, untunglah aku masih memilikimu, kekasihku tersayang. Aku tidak bisa membayangkan melalui satu hari tanpa kehadiranmu di sisiku.’
‘Maaf, nona, tapi sungguh kami tidak tahu apa yang sedang terjadi di sini. Bahkan sejujurnya kami tidak sengaja ikut ke tempat ini. Namun kerena kami telah diselamatkan oleh unicorn mu maka mungkin sudah kehendak Yang Kuasa untuk mempertemukan kita semua di sini. Ceritakan pada kami yang telah terjadi dan mungkin kami bisa membantu,’ Kata Merry.
‘Terima kasih. Kalian memang orang yang baik. Perkenalkan namaku adalah Puteri Uriel dan unicorn ini sebenarnya adalah kekasihku, Asthar. Istana ini telah dikutuk oleh penyihir kuno yang iri oleh kecantikkan ku ratusan tahun yang lalu. Seisi istana ini berubah menjadi patung batu Kristal dan hanya aku yang tersisa dengan keadaan seperti ini.’
Lyrian kemudian bertanya,’ Mengapa hanya kau yang berubah setengah saja? Lalu bagaimana dengan Asthar? Bagaimana ia bisa berubah menjadi seekor unicorn?’
Uriel menghela nafas,’ Sebaiknya aku menceritakan semua kisah ini dari awalnya.’

Bab 48. Kisah Puteri dan Unicorn

Kerajaan Quarasia. Sebuah Kerajaan ini berdiri pada zaman lampau ketika Para Bangsa masih berada dalam satu bendera sebagai Pasukan Guardian. Saat itu Bangsa Manusia dan Peri berada dalam masa keemasaannya. Manusia memiliki 3 kerajaan yang berbeda. Kerajaan Allastar di sebelah barat, Quarasia berada tepat di sebelah timur kerajaan Allastar dan Amroth di sebelah selatan. Sementara Bangsa Peri hidup damai di sebuah Kerajaan besar di sekeliling Pegunungan Putih.
Raja Quarasia berada di puncak keemasan di bawah pimpinan Raja Alqar yang memiliki seorang putri yang teramat cantik bernama Uriel. Kecantikan Uriel membuat Alqar semakin bangga melebihi kebanggannya akan kemashyuran kerajaan nya yang besar. Uriel menjadi legenda hidup dan harta yang tak ternilai bagi Kerajaan Quarasia. Kecantikkan Uriel selain menuai pujian juga mengundang iri hati dari berbagai kalangan, termasuk di antaranya Sang Dewi Penyihir, penguasa Menara Zerithen yang menjadi pemimpin dari Bangsa Penyihir.
Bencana yang menimpa Kerajaan Quarasia bermula dari seorang Ksatria Legendaris dari Kerajaan Amroth di selatan bernama Asthar. Asthar adalah ksatria terhebat di zaman nya dan sangat tampan. Dari begitu banyak ksatria maupun pangeran yang telah datang dan pergi ke negeri Quarasia untuk memikat hati Uriel, hanya Asthar yang berhasil. Cinta bersemi di kedua insan ini. Namun bencana telah mengintai perjalanan cinta dari keduanya karena ternyata Dewi Penyihir juga mencintai Asthar secara sembunyi - sembunyi. Cemburu dan iri hati membuat akal sehat melayang dan kebencian menyergap jiwanya yang malang. Dewi Penyihir menyatakan perang antara Bangsa Penyihir dengan Kerajaan Quarasia.
Tidak semua penyihir menyetujui tindakan sang Dewi. Sebagian dari mereka menolak untuk bertempur demi kepentingan yang tidak benar ini namun Sang Dewi yang telah diliputi kebencian begitu mendalam tidak lagi dapat bertindak bijaksana. Ia menyebut penyihir yang tak mau bertempur itu sebagai pengkhianat dan memburu mereka bagai binatang. Maka penyihir yang terbuang dari kelompoknya ini memilih melarikan diri dan bersembunyi ke dalam hutan. Kelak mereka mendirikan sebuah kelompok sendiri yang dikenal dengan Bangsa Mage.
Pertempuran tidak dapat dielakkan lagi antara Bangsa Penyihir dengan Kerajaan Quarasia. Para Penyihir menyerang dengan kekuatan penuh dan Kerajaan Quarasia hanya memiliki kesempatan kecil untuk menang. Namun untungnya, Kerajaan Allastar dan terlebih lagi Kerajaan Amroth beserta Ksatrianya yang paling perkasa, Asthar memberikan bantuan. 15.000 Pasukan berpedang datang dari Allastar dan 25.000 Pasukan tombak dan pemanah menuju Quarasia dari Amroth. Sementara di Quarasia sendiri telah siaga 40.000 pasukan yang siap bertempur. Namun yang paling melegakan bagi Raja Alqar, pemimpin Kerajaan Quarasia adalah hasil pertemuan Dewan Guardian yang menyatakan akan mendukung mereka melawan Bangsa Penyihir jika Bangsa tersebut tidak berhenti melakukan serangan kepada Quarasia.
Di Pihak lain, Sang Dewi penyihir mendapat tekanan yang sangat besar dalam perang ini. Kemenangan yang telah dipastikan di awal peperangan menjadi bumerang pada akhirnya. Bangsa Manusia yang bersatu dalam satu bendera mempersulitnya langkahnya menghancurkan Quarasia dan kini Para Guardian yang merupakan dewan perwakilan Bangsa – Bangsa dunia juga menentangnya. Ini berarti Bangsa Penyihir harus bertempur melawan seluruh Bangsa lainnya. Kebencian, merasa diperlakukan tidak adil, dan terdesak begitu hebat membuat Sang Dewi Penyihir melakukan tindakan bodoh dan begitu keji yang pernah dilakukan oleh siapapun. Sang Dewi Penyihir mengumpulkan kelima orb yang dipercayakan kepada Bangsa Penyihir untuk dijaga dan dipelajari. Kemudian ia mengorbankan 54 penyihir pria, 36 penyihir wanita dan 27 anak – anak dalam sebuah ritual kegelapan, menggunakan darah mereka untuk memanggil esensi kegelapan dari semesta melalui perantaraan kelima orb tersebut. Dan saat itulah merupakan kelahiran bagi orb keenam, The Black Orb. Black Orb yang berisi esensi kegelapan mampu mengubah esensi kelima orb lainnya menjadi kegelapan juga dan memakai semua energinya untuk membuka Pintu Dimensi Waktu yang memenjarakan Sang Penguasa Kegelapan, The Lord of Darkness. Namun pada saat itu energi yang terkumpul tidak cukup untuk membuka seluruh Gerbang Dimensi sang Waktu. Sang Dewi hanya dapat meminjam kekuatan Sang Master Kegelapan untuk sementara waktu dan dengan bayaran yang sangat mahal.
Sang Dewi melakukan kutukan dashyat yang dalam sekejap memusnahkan seluruh Kerajaan Quarasia. Seluruh wilayah Kerajaan Quarasia amblas ke dalam tanah dan berubah menjadi danau sementara seluruh rakyatnya berubah menjadi patung Kristal untuk selamanya. Namun Energi Kegelapan yang harus dikeluarkan Sang Dewi Penyihir begitu besar dan hal ini menjadi bumerang bagi seluruh Bangsanya sendiri. Seluruh Bangsa Penyihir yang berperang bersamanya berubah menjadi makhluk yang mengerikan dengan kulit hitam, keriput dan berlendir akibat menyerap energi kegelapan terlalu banyak. Mereka berubah menjadi Bangsa terkutuk yang disebut dengan The Wizard. Para Guardian tidak dapat melakukan apa – apa selain menjatuhkan hukuman dengan membasmi seluruh Wizard yang tersisa agar kegelapan tidak meracuni dunia ini. Sang Dewi Penyihir yang juga telah berubah menjadi Wizard melarikan diri bersama dengan beberapa wizard lainnya. Mereka bersembunyi untuk waktu yang lama entah dimana. Menara Zerithen berubah menjadi Menara yang begitu mengerikan dan merupakan markas utama bagi Para Wizard.
Asthar, Ksatria dari Amroth yang terlambat datang untuk menyelamatkan kekasihnya, Uriel, puteri cantik dari Quarasia menjadi sangat berduka. Asthar memutuskan untuk berhenti menjadi Ksatria dan hidup sederhana di dekat Danau Quarasia. Hal ini dilakukannya agar dapat dekat dengan kekasinya yang telah berubah menjadi patung Kristal di dalam istana Quarasia, tenggelam di dasar danau. Namun hati Asthar tetap sedih luar biasa karena tidak dapat berjumpa maupun berbicara dengan kekasihnya. Hingga akhirnya ia memberanikan diri pergi ke istana Bangsa Mermaid di Lautan Utara untuk meminta Pusaka ‘Unicorn Horn’ (tanduk Unicorn) milik Bangsa Mermaid. Ia berhasil menjumpai Raja Bangsa Mermaid setelah berlutut 3 hari 3 malam di tepi pantai dan mengajukan keinginan hatinya.
Bangsa Mermaid adalah Bangsa yang unik karena mereka hidup di dalam air dan lautan. Mereka dapat merayap di darat seperti ular namun tidak untuk waktu yang lama. Mereka membutuhkan air yang sangat banyak untuk dapat bertahan di darat. Oleh karena itu Raja Bangsa Mermaid mengajukan syarat agar Asthar menggali tanah dan membuat sebuah sungai yang panjang dimana dapat menghubungkan Lautan Utara dengan Lautan di selatan, membelah daratan. Dengan demikian Bangsa Mermaid dapat bepergian dari utara ke selatan maupun sebaliknya melalui sungai buatan ini. Ini adalah syarat yang mustahil bagi seorang manusia mana pun juga. Membutuhkan waktu bertahun – tahun dan ribuan orang untuk dapat membuat sebuah sungai besar yang menghubungkan lautan utara dan selatan. Namun kata mustahil tidak berarti di hadapan cinta. Asthar menerima persyaratan itu.
43 Tahun berlalu. Asthar membuka mata seluruh makhluk akan kedashyatan cinta. Dengan air mata dan cinta yang mendalam ia membuat sebuah sungai besar yang menghubungkan Lautan utara dan selatan, menembus danau Quarasia. Sungai ini kemudian dinamakan Sungai air mata, River of Tears. Akhirnya Asthar mendapatkan benda pusaka Bangsa Mermaid, Unicorn Horn. Di dalam tanduk Unicorn terdapat cairan gaib yang sangat kuat. Dapat digunakan untuk memberi kehidupan dan membebaskan kutukan. Namun jika bagian luar tanduk tersebut tersentuh oleh kulit secara langsung maka cairan itu akan terserap dan hilang, menjadikan makhluk yang menyerapnya menjadi seekor Unicorn. Ini adalah fenomena gaib agar setiap pembunuh unicorn membayar dengan menjadi unicorn pula seumur hidupnya sampai akhirnya mereka juga dibunuh oleh orang yang menginginkan tanduknya. Tanduk Unicorn menjadi sangat berharga karena kekuatan gaibnya dan juga dapat menjadi kutukan bagi pemakainya.
Asthar bergegas menuju Kerajaan Quarasia yang berada di dasar Danau. Ia menemukan Patung Kristal kekasihnya dan dengan perlahan mengeluarkan tanduk Unicorn yang dibalut kain. Dengan dilapisi kain, Asthar mengeluarkan cairan mistik dari dalam tanduk dan mulai mengolesi setiap bagian dari patung kekasihnya mulai dari kepala. Ajaibnya, cairan gaib membuat air tidak dapat masuk ke dalam istana Quarasia karena seluruh istana diliputi energi sihir yang luar biasa. Namun sungguh malang, ketika Asthar mengolesi patung Kristal Uriel sampai ke bagian pinggang, sebuah kilat sihir menyambarnya dari belakang. Ia terjatuh namun tangannya dengan sigap menangkap tanduk unicorn dan mencegah cairannya tumpah.
Uriel yang telah kembali menjadi manusia dari kepala sampai pinggang menyaksikan kekasihnya memegang tanduk unicorn dengan tangan telanjang karena kainnya terlepas saat terlempar ke udara. Uriel menitikkan air mata ketika melihat secara perlahan tanduk beserta cairan itu meleleh dan meresap ke dalam tubuh Asthar dan mengubahnya menjadi seekor unicorn. Asthar meringkik marah dan memandang orang yang menyerangnya. Di hadapan Asthar berdiri Wizard wanita yang dulunya adalah Sang Dewi Penyihir. Unicorn Asthar menyerangnya. Sang Dewi berusaha meluncurkan sihir mematikan namun tanduk unicorn mampu menangkal sihir tersebut. Akhirnya Sang Dewi Penyihir pun mati di ujung tanduk Unicorn Asthar.
Sebagai Unicorn, Asthar terus menemani Uriel di istananya. Kekuatan mistik tanduknya menjaga agar air danau tidak masuk ke dalam istana. Lama kelamaan air danau pun tersentuh akan cinta mereka berdua dan bersumpah tidak pernah membanjiri Istana Quarasia. Bahkan Air danau selalu memberi jalan bagi Sang Unicorn jika ia mau keluar ke darat mencari makanan bagi kekasihnya. Sejak itu danau itu disebut dengan The Unicorn Lake.

Bab 49. Serangan Dalam Gelap

Perjalanan selama 7 hari membuat Flarion, Fleric bahkan Gnorr yang perkasa pun menjadi lelah. Setelah membantu menguburkan keluarga dan sahabat – sahabat Kong yang menjadi korban pembantaian Bangsa Goblin, Flarion meneruskan perjalanan menuju Ancient Temple. Sementara Kong memutuskan untuk melacak jejak pembantai keluarganya. Kong sudah berjanji untuk tidak melakukan tindakan gegabah dengan menantang Pasukan Goblin yang jumlahnya jauh lebih besar. Kong hanya ingin agar tidak kehilangan jejak pembunuh kerabatnya dan jika ada kesempatan mengambil kembali The Black Orb yang jatuh ke tangan Bangsa Goblin. Flarion juga segera bergegas menuju ke Ancient Temple untuk mencari tahu rahasia apa yang tersimpan dalam orb – orb pembawa bencana itu. ‘Apa ang membuatnya menjadi begitu berharga sehingga layak untuk diperebutkan?’ Pikir Flarion di dalam hatinya.
‘Astaga! Kita sudah berjalan sejauh ini tanpa istirahat tapi tetap saja belum menemukan The Ancient Temple seperti yang dikatakan Dewan Peri. Hal ini membuatku lelah dan menjadi lapar,’ Gerutu Gnorr yang kelelahan.
‘Bukan hanya kau yang merasakan begitu, Gnorr. Aku juga merasakan lelah dan lapar. Namun kita harus terus berusaha mencari tahu rahasia di balik Orb – Orb itu sebelum pihak lawan merebutnya. Setidaknya jika benda – benda itu begitu berbahaya, kita harus mencari cara untuk memusnahkannya,’ Balas Fleric yang juga sudah begitu letih.
‘Ada baiknya kita beristirahat terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan. Tak ada gunanya mencari sesuatu yang tersembunyi selama ratusan tahun dalam keadaan lelah. Mari kita mencari tempat yang aman untuk beristirahat sejenak,’ Ajak Flarion kepada teman – temannya.
Sebuah Pohon besar di dalam hutan menjadi pilihan tiga sekawan ini untuk beristirahat di bawahnya. Gnorr mendengkur pelan menandakan ia telah tertidur pulas setelah memakan sedikit roti yang tersedia. Flarion juga terlelap sementara Fleric mengambil giliran berjaga. Malam pun semakin larut.
Flarion terjaga dari tidurnya. Tubuhnya basah oleh keringat. Ia baru saja bermimpi buruk disergap oleh Pasukan Kegelapan. Malam masih begitu gelap namun Flarion merasa ia telah tertidur terlalu lama dari seharusnya. Sudah saatnya untuk mengambil giliran jaga dan membiarkan Fleric beristirahat. Namun betapa terkejutnya Flarion yang tidak melihat Fleric di tempatnya semula. Flarion segera berdiri dan mengambil senjatanya dengan panik. Temannya telah menghilang tanpa jejak. Flarion membuka mulutnya untuk membangunkan Gnorr tetapi tiba – tiba cahaya menghantam belakang tubuhnya dengan keras.
Flarion terjatuh ke depan dengan berlutut. Cahaya itu telah melumpuhkannya. Ia tidak dapat menggerakkan tubuhnya ataupun berbicara apalagi bangkit berdiri. Flarion merasa tubuhnya seperti sedang dipenggangi oleh puluhan orang, mulutnya dibungkam dan kedua tangannya terikat dengan kuat. Seseorang tiba – tiba saja muncul tanpa suara dan mengendap – endap mendekati Gnorr yang masih tertidur pulas. Flarion tidak dapat melihatnya dengan jelas karena ia begitu mahir bersembunyi dalam bayang – bayang. Ia memandang sekilas kepada Flarion dan kemudian bergerak lagi semakin dekat dengan Gnorr. Flarion berusaha berkonsentrasi mengerahkan kekuatan dari Faith Armor nya namun tidak ada yang terjadi. Entah kenapa Faith Armor tidak bereaksi terhadap sihir yang satu ini tidak seperti sihir lainnya yang selama ini dihadapi Flarion. Orang yang tidak dikenal itu membaca mantera dan tongkat emas di tangan kananya mulai bersinar redup. Tampaknya ia akan segera melontarkan sihir kepada Gnorr yang masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Flarion tidak dapat melakukan apa – apa.
Sebuah anak panah meluncur dan tepat menancap di tangan kanan orang yang tak dikenal itu. Ia menjerit pelan dan sihirnya pudar begitu saja. Flarion segera bisa menggerakkan tubuhnya lagi. Tanpa membuang waktu, Flarion dengan sigap menyergap orang asing itu tetapi ia hanya menangkap bayangannya saja. ‘Jurus Bayangan,’ Desis Flarion. Ia pernah menghadapi jurus ini sebelumnya ketika berhadapan dengan Elrica ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya. Orang asing itu menghilang sama cepatnya ketika ia datang. Flarion mendengar langkah kaki yang lainnya. Ia segera menajamkan kewaspadaannya dan mengandalkan pendengarannya. Namun Gnorr yang telah terbangun menimbulkan suara berisik yang membuyarkan semuanya. Tiba – tiba muncul 3 orang lainnya di belakang Flarion. Gnorr yang melihat itu segera melemparkan kapak raksasanya. Flarion segera menunduk namun kapak itu tidak berhasil mengenai siapa pun. Orang – orang itu bergerak dengan sangat cepat berasil menghindari serangan Gnorr.
‘Hentikan!’ Seru salah seorang asing itu,’ Kami tidak bermaksud jahat.’ Flarion dan Gnorr pun menahan serangan. 3 Orang itu pun muncul kembali sambil memegang busur di tangannya. Melihat itu Flarion baru sadar bahwa orang – orang inilah yang memanah dan menyelamatkan Gnorr dari serangan sihir. Pada saat itu juga Fleric keluar dari semak – semak sambil berjalan terhuyung – huyung. Sepertinya ia juga baru saja terkena sihir dari orang misterius itu. Namun Flarion tidak habis pikir mengapa orang itu menyerang mereka. Apakah dia adalah utusan Pasukan Kegelapan? Jika ya, mengapa ia tidak langsung membunuh Fleric dan dirinya ketika ada kesempatan? Mengapa hanya menggunakan sihir melumpuhkan bukan mematikan?

Bab 50. The Triplycan

Ketiga orang kembar itu menyebut diri mereka sebagai Triplycan. Flarion tidak mengerti mengapa mereka mengambil nama itu. Namun ia juga tidak berhak untuk memprotes nama orang lain bukan? Apalagi namanya juga bukan sebuah nama yang indah. Flarion yang terdiri dari unsur Api (Flare) dan Besi (Iron). Flarion tidak pernah mengetahui asal usul namanya tersebut. Namun nama itulah yang diberikan kepadanya dan kemungkinan juga dengan nama ke-3 Tryplican itu adalah pemberian yang tidak dapat ditolak. Yang paling besar bernama Tryplycan ke-1, sedangkan adiknya bernama Tryplican ke-2 dan ke-3. Seperti halnya anak kembar yang lain mereka begitu mirip satu sama lain sehingga menyulitkan bagi Flarion untuk membedakan mereka bertiga. Untuk mudahnya, Flarion hanya menyebut mereka semua dengan Triplycan.
The Triplycan berasal dari perkampungan manusia di dekat hutan itu. Menurut pengakuan mereka, akhir – kahir ini sering muncul seorang pembunuh yang meneror desa. Untuk mengakhiri teror ini, The Triplycan diutus oleh Kepala Desa untuk mencari The Ancient Temple dan menemukan sebuah senjata rahasia yang mampu mengusir iblis pembunuh ini. Mereka percaya di dalam Ancient Temple tersimpan senjata warisan Para Guardian yang dapat mengembalikan kedamaian di desa mereka. Mengingat Triplycan juga memiliki tujuan yang sama yaitu menemukan The Ancient Temple maka Flarion tidak berkeberatan The Triplycan bergabung dengan mereka. Apalagi setelah apa yang dilakukan mereka semalam dengan menyelamatkan Gnorr dari serangan makhluk misterius yang kemungkinan besar adalah pembunuh yang meneror desa Triplycan.
Flarion mengendus – endus tanah di sekitarnya untuk melacak jejak orang misterius yang menyerang mereka semalam. Dari tetesan darah orang tersebut akibat luka yang ditimbulkan oleh anak panah salah seorang Triplycan menimbulkan jejak yang mampu dilacak oleh Forest Watcher seperti dirinya. Tak sia – sia Flarion berlatih dan tinggal selama setahun sebagai Forest Watcher bersama Merry dan Hawkins. Triplycan beranggapan sosok misterius itu juga sedang menuju Ancient Temple untuk merebut senjata warisan Para Guardian untuk menjadikan dirinya semakin kuat. Oleh karena itu dengan mengikuti jejaknya akan menuntun mereka langsung ke Ancient Temple.
Seminggu lamanya Flarion dan teman – teman seperjalanannya melacak jejak. Semakin hari hal ini semakin sulit dilakukan karena darahnya semakin sedikit yang jatuh ke tanah menandakan bahwa lukanya sudah mulai sembuh. Dan pencarian jejak itu pun berakhir di sebuah bukit batu yang besar, tidak jauh dari pantai Lautan Utara. Sebuah jalan buntu.
‘Jejak nya menghilang di sini,’ Gumam Flarion,’ Tapi bagaimana mungkin? Ini jalan buntu. Apakah ia menghilang begitu saja dengan menggunakan teleport?’
‘Tidak mungkin dengan teleport,’ Jawab Fleric,’ Jika ia dapat menggunakan teleport pasti sudah dilakukan sebelumnya. Mengapa ia harus menempuh perjalanan jauh hingga ke sini?’
‘Jalan Rahasia. Kita harus menemukan Jalan Rahasia untuk menuju Ancient Temple,’ Kata seorang dari 3 Triplycan sambil memandang Flarion.

Tidak ada komentar: