Selasa, 11 Maret 2008

The Chronicle of Flarion (91-95) By: Junaidi Halim

Bab 91. Rapat Akbar Bangsa - Bangsa

Rapat Akbar Bangsa – bangsa pun dimulai. Raja Allastar yang baru, Agastya mewakili Bangsa manusia. Raja Mermaid, Fernor sepupu dari Leinor. Raja Kurcaci, Grobin yang baru saja kalah perang dari Pasukan Kegelapan dan kehilangan The Red Orb bersama dengan 2/3 pasukannya. Ferishia, pemimpin Dewan Bangsa Peri yang tersisa. Mereka semua mengadakan pertemuan dan Flarion hadir di tengah – tengah mereka. Telah seminggu lamanya ia tidak sadarkan diri sejak Mistyx membawanya menemui Pasukan Bangsa Manusia yang sedang menuju Atlantis. Telah banyak peritiwa yang terjadi seperti hancurnya Kota Bangsa Kurcaci dan direbutnya The Red Orb. Dan kini Pasukan Kegelapan sedang menuju ke dalam Pegunungan Putih untuk menghancurkan Bangsa Serangga dan merebut kembali The Black Orb. Rapat ini diadakan untuk mencapai kesepakatan untuk maju bertempur bersama atau mundur dan membiarkan Bangsa Serangga menanggung kehancurannya sendiri.
‘Kami tidak dapat bertempur lagi!’ Seru Ferishia, Dewan Bangsa Peri memberikan pernyataan,’ Kami sudah kehilangan Raja dan seluruh prajurit kami. Dalam perang ini, Bangsa Peri yang paling banyak dirugikan. Yang tersisa dari kami hanyalah rakyat peri yang tidak dapat berperang.’
‘Apa kalian pikir hanya kalian yang menderita?’ Tanya Fernor, Raja Bangsa Mermaid,’ Atlantis kami rusak berat. Raja dan Pangeran kami terbunuh serta kehilangan begitu banyak Pasukan. Lalu sekarang kami harus menuju Pegunungan Putih untuk bertempur sementara kalian semua bersantai? Kami ini Bangsa Mermaid dan tidak dapat bertempur di darat untuk waktu yang lama.’
Raja Agastya pun berdiri dan berseru,’ Bukan hanya kalian yang kehilangan Raja. Allastar juga dihancurkan dan kami kehilangan semua Jenderal yang pernah kami miliki. Jika Bangsa lain tidak mau bertempur maka untuk apa kami bertempur untuk serangga – serangga itu?’
‘Cukup! Aku sudah banyak membuang – buang waktu untuk pertemuan bodoh ini! Bangsa Kurcaci juga tidak akan bertempur untuk semua omong kosong ini. Kami bahkan belum sempat menyusun pasukan yang baru saja dihancurkan Garanox dan Pasukan Kegelapannya dan kalian sudah membuka mulut besar untuk memulai perang baru. Kalian semua bodoh!’ Teriak Grobin.
Kekacauan pun terjadi. Saling maki dan saling cerca keluar dari mulut yang satu dan dibalas oleh yang lain. Hingga Flarion pun berdiri dan berseru,’ Aku akan bertempur dengan atau tanpa kalian! Kalian tahu mengapa aku mau bertempur? Awalnya aku selalu berkata mau bertempur untuk orang – orang yang aku cintai dan untuk kebenaran tapi kenyataannya aku salah. Aku bertempur untuk diriku sendiri agar aku dicintai, dihormati dan diagungkan. Itulah sebabnya, aku selalu memenangkan pertempuran dengan kekuatanku sendiri hingga aku lupa seharusnya aku mengandalkan Dia yang memberi aku kekuatan, Dia yang memberi kita semua kehidupan. Aku baru sadar semuanya itu ketika aku dikalahkan dan berjumpa dengan Nya semalam.’
Para Raja pun saling berpandangan dengan bingung hingga Ferishia membuka suara,’ Dia yang kau maksud itu, The One, Sang Pencipta Langit dan Bumi ini pada awalnya?’
Flarion tersenyum dan menjawab,’ Dia adalah sosok Maka Kuasa, Kudus dan Mulia yang mampu memperkenalkan dirinya sendiri karena memang tidak ada satupun di alam semesta ini yang mampu menjelaskan siapa Dia dan pantas dibandingkan dengan nama Nya.’ Semua Raja itu terpana melihat kewibawaan dan karisma yang entah darimana terpancar dari seorang Flarion yang pada masa mudanya hanyalah seorang pencuri itu.
‘Jadi apa keputusan kalian?’ Tantang Flarion,’ Bertempur di pihak Sang Penguasa Semesta Alam atau sembunyi dalam cangkang kalian masing – masing seperti kura – kura hanya karena kita kalah jumlah dibanding Pasukan Kegelapan? Apa tidak ada nilai – nilai kebenaran sedikit pun di hati kalian daripada hanya sekedar mempertahankan eksistensi dan kemuliaan Bangsa kalian masing – masing?’
Semua hening, tanpa ada jawaban.

Bab 92. Pertempuran Terakhir (1)

Pegunungan Putih bergetar hebat. Ratusan Ribu Pasukan Tengkorak, Goblin dan Vampir menyerang dengan kekuatan penuh dipimpin langsung oleh Garanox sendiri beserta 3 Jenderal Tengkorak, 4 Jenderal Goblin dan 3 Jenderal Vampir. Semua Pemimpin besar Pasukan Kegelapan hadir dalam pertempuran menghancurkan Bangsa Serangga. Pasukan Serangga hanya berjumlah ribuan setelah mengalami pertarungan demi pertarungan dan mereka kalah jumlah sangat besar dengan Pasukan Kegelapan. Satu berbanding seratus namun Bangsa Serangga terus bertahan di liang – liangnya yang sempit dan gelap. Dengan begitu mereka dapat bertahan lebih lama sebelum akhirnya harus musnah juga karena kalah jumlah yang demikian besar.
RedTail tewas dalam pertarungan singkat melawan 3 Jenderal Tengkorak sekaligus dan akhirnya harus mati di bawah jurus ribuan panah Azor The Star Arrow, salah satu Jenderal Tengkorak. Agarach juga tidak dapat bertahan lama melawan 4 Jenderal Goblin sekaligus dan akhirnya tewas ditusuk oleh pedang hitam Ackar The Black Sword, salah satu Jenderal Bangsa Goblin. Jenderal – jenderal Pasukan Kegelapan ini tidak dapat dihentikan oleh siapapun. Arachea, Sang Ratu serangga sendiri terluka parah ketika menghadapi Garanox yang memiliki sihir luar biasa. The Black Orb pun berhasil direbut kembali oleh Garanox tetapi pada saat bersamaan terdengar terompet panjang menandakan bala bantuan untuk Bangsa Serangga telah tiba.
Seorang manusia meniup terompet dari perak dengan tangan kirinya karena telapak kanan nya telah putus. Di sisinya ada seorang wanita penyihir yang telah kehilangan lengan kanannya dan memegang tongkat sihir dengan tangan kirinya. Lalu ada juga seekor Naga buruk rupa yang sedang terluka sayapnya. Flarion, Lyrian dan Mistyx, hanya mereka bertiga yang berseda menjadi bala bantuan dan siap menghadapi Pasukan Kegelapan untuk mencegah jatuhnya The Black Orb, orb terakhir yang diincar Garanox untuk membangkitkan Lord of Darkness.
Jauh di belakang mereka, 5000 Pasukan Bangsa Manusia tidak berani menyerang, 2000 Pasukan Peri hanya bisa berdiam diri untuk menyaksikan kehancuran Bangsa Serangga, 3000 Pasukan Goblin memilih untuk tidak ikut campur urusan Bangsa lain dan 5000 Pasukan Mermaid memilih menunggu saat yang lebih tepat di kemudian hari. Tidak ada satu pun yang mau maju melawan Pasukan Kegelapan selain daripada 3 makhluk cacat dan dalam keadaan belum pulih benar.
Flarion tersenyum ketika Pasukan Kegelapan melihat mereka bertiga dan mulai tertawa meremehkan. Sungguh hal lucu yang baru pertama kali muncul di medan perang di mana ratusan ribu Pasukan Kegelapan ditantang 3 makhluk cacat. Namun Flarion tetap tersenyum. Ia teringat akan pertarungan di Padang Celestar di masa yang telah lalu. Flarion berbisik kepada teman – temannya,’ Kekuatan tidak terletak pada pedang, sihir atau jumlah prajurit yang banyak. Kekuatan itu berada dalam keyakinan dan penyerahan diri seutuhnya hanya kepada Sang Maha Kuasa karena Dia adalah sumber kekuatan. Jadi apa lagi yang kita tunggu? Mari kita tunjukkan kekuatan tanpa batas kepada mereka yaitu keberanian dan keteguhan hati. Maju sahabat – sahabatku! Kita berikan mereka perlawanan yang tidak akan pernah dilupakan oleh sejarah!’ Flarion berteriak penuh semangat dan berlari maju. Disusul Lyrian dan Mistyx di belakangnya. Semangat mereka bagai sebuah nyala lilin kecil di tengah kegelapan malam yang pekat.
Pasukan Kegelapan tertawa melihat ketiganya mendekat. Mereka bahkan tidak membuat dinding pertahanan. Mereka tertawa dan terus tertawa. Hingga cahaya itu muncul. Cahaya kemuliaan yang lebih terang dari matahari, memaksa setiap gelak tawa untuk berhenti dan menggantikannya dengan perasaan gentar sekaligus takjub. Setiap lutut Pasukan Kegelapan gemetar. Mereka berteriak panik. Flarion, Lyrian maupun Mistyx sendiri tidak menyadari kehadiran cahaya tersebut. Mereka hanya terus maju dan bertempur sebagaimana biasanya tanpa menyadari setiap lawan yang dihadapinya kehilangan nyali untuk bertarung lebih lanjut. Kebanyakan dari pasukan kegelapan hanya dapat menjatuhkan senjata dan membelakangi Flarion yang seperti malaikat pencabut nyawa dengan pisau pendek di tangan kirinya. Sihir Lyrian pun terus bertambah kuat dan semakin mematikan. Mistyx pun tidak mau kalah, walau ia telah kehilangan sayap untuk terbang tetapi sapuan ekor dan hembusan kabut beracunnya membuat Pasukan Kegelapan semakin kalang kabut.
Kengerian semakin menghancurkan Pasukan Kegelapan ketika cahaya itu mulai menyebar dan merebak kemana - mana. Pasukan Kegelapan seperti dibutakan oleh cahaya yang luar biasa terang sehingga mereka mulai berlarian dalam keadaan yang kacau balau sementara ketakutan akan kematian terus saja mengintai. Maka tidak heran jika mereka semua menjadi saling injak dan saling bunuh tanpa bisa membedakan mana kawan dan mana yang lawan. Seruan dan arahan dari Garanox maupun Jenderal Goblin, Tengkorak, Vampir tidak lagi mendapat perhatian dari ratusan ribu pasukan yang telah kehilangan nyali itu. Sementara itu ribuan Pasukan Manusia, Peri, Mermaid, Kurcaci hanya bisa melongo menyaksikan bagaimana 3 makhluk berhasil menggempur habis ratusan ribu Pasukan Kegelapan dan membuat Garanox menjadi seperti pencundang.
Maka dimulai dari seorang prajurit manusia yang bahkan tidak dikenal namanya dengan berani berlari maju ke medan tempur tanpa dikomando oleh raja maupun Jenderalnya. ‘Tiga makhluk dapat memukul mundur Pasukan Kegelapan maka empat dapat meruntuhkan mereka untuk selamanya,’ Teriak Sang Prajurit muda itu. ‘Bukan empat tapi lima!’ Seru Prajurit manusia di sebelahnya yang ikut berlari maju ke medan tempur. ‘Enam!’ Seru seorang lagi. ‘Tujuh!’ seru yang lain. Maka sepersekian detik kemudian gemuruh sorak sorai muncul di barisan Pasukan Bangsa Manusia yang berlari maju ke medan tempur bagai air bah yang menghanyutkan setiap lawan – lawannya. Bangsa Peri yang melihat Bangsa Manusia mulai maju maka membulatkan tekad untuk berperang kembali. Bangsa Mermaid pun segera menurunkan pasukannya untuk membantu. Bangsa Kurcaci pun akhirnya segera meniup terompet perangnya. Persekutuan Bangsa Manusia, Peri, Kurcaci, Mermaid pun dimulai dalam sebuah pertarungan terakhir yang penghabisan melawan Pasukan Kegelapan.

Bab 93. Pertempuran Terakhir (2)

Pasukan Kegelapan seperti jatuh ditimpa tangga. Belum lagi mereka berhasil mengatur barisan akibat cahaya yang membutakan dan menebarkan teror demikian dashyat, terompet perang lain sudah dibunyikan dan ribuan prajurit Manusia, Peri, Kurcaci dan Mermaid menyerang dengan kekuatan penuh. Tanpa penglihatan maka sia – sia saja Pasukan Kegelapan berusaha untuk bertahan. Mereka bahkan tidak tahu dari arah mana serangan itu berasal dan sebagian besar dari mereka bahkan sudah menjatuhkan pedang dan perisainya agar dapat melarikan diri lebih cepat. Maka tidak sulit bagi Sekutu Manusia dan yang lainnya itu untuk mengepung Pasukan Kegelapan dan terus merapat untuk mendesak mereka. Pasukan Kegelapan tidak sanggup untuk melawan lebih jauh lagi.
Sementara itu, Lyrian seorang diri tengah bertarung dengan 3 Jenderal Tengkorak yang perkasa. Azor, The Star Arrow menyerang terlebih dahulu dengan menghujani Lyrian dengan ratusan anak panah sehingga mustahil rasanya Lyrian dapat lolos. Namun entah bagaimana, bumi tiba – tiba menelan Lyrian dalam sebuah gempa kecil dan melindunginya dari serangan hujan panah. Belum lagi Para Tengkorak itu pulih dari rasa terkejut mereka, Lyrian sudah merapal mantera dari dalam bumi dan ‘Root Cast’ nya langsung bekerja. Ketiga Jenderal Tengkorak dibelit oleh akar pohon yang muncul dari dalam tanah hingga tak berkutik. Namun Abagar, The Giant Skull memiliki kekuatan seperti raksasa dan kebal senjata tajam. Ia langsung mengerahkan kekuatan maksimumnya dan merobek – robek akar yang membelitnya. Lyrian yang telah muncul lagi ke permukaan segera melontarkan mantera ‘Stone Cast’ dan mengubah Abagar menjadi batu. Namun saat Lyrian akan menyerang Abakar kembali, Azor sudah berhasil membebaskan diri dan memanah Lyrian dengan panah bintang yang paling mematikan. Pada saat di ujung tanduk itulah. Lyrian tersandung akarnya dan terjatuh ke tanah sehingga bidikan panah bintang Azor meleset bahkan malah dengan tepat menancap di mata kiri Abagar yang masih membatu. Abagar langsung menjerti panjang dan roboh kehilangan nyawa. Seluruh tubuh Abagar kebal akan senjata namun mata adalah kelemahan vital yang sangat mematikan baginya.
Gorax, The Claw, Jenderal Tengkorak yang lainnya juga telah berhasil membebaskan diri dari belitan akar Lyrian dan langsung menyerang dari arah samping sementara Azor masih terpana karena panahnya tidak mengenai sasaran bahkan malah membunuh temannya sendiri. Lyrian segera menahan serangan Gorax dengan tongkatnya namun cakar tengkorak itu begitu kuat sehingga tongkat Lyrian pun patah menjadi dua. Gorax yang melihat si penyihir telah kehilangan tongkat maka langsung berpikir bahwa lawannya sudah tidak berdaya. Gorax adalah makhluk tengkorak yang mata keranjang dan ketika melihat Lyrian muda yang cantik tanpa senjata maka hatinya langsung tergiur untuk mempermainkannya. Gorax pun langsung menerjang maju namun bukan untuk menghabisi lawannya melainkan untuk membuka busana wanita di hadapannya. Lyrian yang sangat terkejut akan perbuatan Gorax langsung merapal mantera’Thunder Cast’ dengan tangan kirinya dengan kekuatan penuh. Gorax terkejut setengah mati karena tidak menyangka mangsanya masih dapat menyerang dan tidak dapat menghindar. Gorax mati karena serangan fatal Thunder Cast Lyrian yang memang dapat dilakukan tanpa tongkat sihir, tidak seperti mantera lainnya. Azor yang melihat kedua temannya telah kalah oleh seorang wanita penyihir berlengan satu mulai gemetar ketakutan. Maka ia pun memilih melarikan diri dari medan perang. Lyrian juga tidak mengejarnya karena tubuhnya masih terasa lemas akibat mantera yang dilakukan berturut – turut dan nyawanya hampir saja melayang.

Bab 94. Pertempuran Terakhir (3)

Pada saat bersamaan, di sisi lain pula, Mistyx harus berhadapan dengan 3 Pemimpin Vampir: Alanar, The Shadow Bat; Baticar, The Night Hunter dan Vampus, The Dark Wing. Mistyx tidak menyia – nyiakan kesempatan untuk melancarkan serangan pertama dan ia memiliki keutungan dengan serangan asap beracun yang merupakan serangan area sehingga dapat menyerang ketiga lawannya sekaligus. Namun Pemimpin para Vampir ini bukan makhluk sembarangan. Serangan Mistyx hanya dapat memukul mundur mereka untuk sementara, menghindar dengan terbang ke udara. Namun sedetik kemudian serangan balasan pun dimulai. Alanar langsung merubah dirinya menjadi kelalawar hitam raksasa yang besarnya 2 kali Mistyx dan menyerang dengan kecepatan luar biasa. Mistyx tidak takut dan langsung menyerang dengan cakarnya namun sungguh di luar dugaan serangan Mistyx menembus tubuh Alanar dan hanya berhasil mencakar angin sementara serangan Alanar berhasil menggores punggung Mistyx walau tidak fatal. Namun celakanya Vampus juga ikut melancarkan serangan dan sayapnya langsung membesar lalu membungkus seluruh tubuh Mistyx. Sayap Vampus sangat lentur seperti karet sehingga sia – sia Mistyx berusaha membebaskan diri. Cakar tajamnya sama sekali tidak berguna karena tidak dapat merobek sayap Vampus, The Dark Wing. Mistyx pun mulai lemas karena kehabisan nafas.
Vampus tersenyum penuh kemenangan ketika melihat gerakan lawannya mulai berkurang. Ia tahu lawannya pasti sudah hampir mati lemas kehabisan udara di dalam belitan sayapnya. Namun ketika gerakan itu sudah terhenti sama sekali, tiba – tiba jantung Vampus berdetak keras dan ia merasa aliran darahnya menjadi kacau. Wajah Vampus langsung berubah menjadi pucat karena tubuhnya mulai merasa sakit dan semua ini adalah gejala dari keracunan. Tapi bagaimana mungkin? Tiba – tiba dari bungkusan sayapnya sendiri ada gerakan dashyat yang memberontak keluar. Vampus setengah mati berusaha menahan makhluk itu untuk tetap berada di dalam sayapnya. Tapi tidak untuk waktu lama karena sedetik kemudian sayap Vampus langsung terkoyak – koyak dan dari dalam keluarnya Naga Badai Topan beracun berwarna hitam dan emas yang membaur menjadi satu. Naga itu memiliki sisik tajam seperti duri beracun yang mencancap di seluruh bagian sayap maupun lengan Vampus yang menyatu dengan sayapnya itu. Dari sanalah Sang Naga menyebarkan racunnya ke jantung dan seluruh aliran darah Vampus.
Ketiga Pemimpin Vampir langsung berubah pucat karena lawan mereka tidak sama seperti sebelumnya. Energi yang terpancar dari dalam tubuh Sang Naga luar biasa besar. Sayapnya berkilauan bagai matahari, Seluruh tubuhnya terlindung oleh sisik emas - permata yang tebal dan berduri racun, Nafasnya badai beracun yang dashyat dan ekornya mengandung sengatan halilintar. Inilah Mistyx baru, Putera Agair, sang Naga Langit yang telah bertransformasi mencapai bentuknya yang paling sempurna. Sang Naga Langit telah terlahir kembali.
Ia meraung dashyat dan langsung menciutkan hati ketiga lawannya. Mistyx membuka mulutnya dan menyeburkan gulungan topan beracun yang dashyat. Alanar dan Baticar langsung terbang menghindar namun Vampus yang sudah kehilangan sayapnya tidak dapat bergerak secepat yang lainnya. Ia pun terbawa gulungan topan dan tercabik cabik bahkan hingga tulang – tulangnya pun musnah, meleleh terkena racun Sang Naga. Melihat temannya tewas begitu mengerikan Alanar dan Baticar langsung melarikan diri. Baticar langsung menggunakan jurus ‘Eclipse’ nya dan menyebabkan keadaan di sekitar Mistyx menjadi gelap gulita. Biasanya jurus ini digunakan untuk membunuh lawan ketika lawan sedang dalam keadaan tidak dapat melihat namun kali ini berbeda. Baticar lebih memilih untuk kabur. Namun rencana kaburnya menjadi berantakan karena tiba – tiba angin di sekitar Baticar maupun Alanar terhisap oleh sesuatu.
Alanar dan Baticar berteriak panik ketika mengetahui Mistyx tengah menghisap udara di sekitarnya. Alanar maupun Baticar ikut terhisap malah semakin mendekati sang Naga. Sia – sia mereka sekuat tenaga berusaha terbang menjauh dan setidaknya bertahan untuk tidak ikut terhisap. Tak lama kemudian tenaga kedua Vampir ini pun habis dan langsung terhisap ke arah Mistyx. Tubuh Mistyx tiba – tiba melepaskan duri – duri beracun yang menusuk mereka berdua dan ketika mereka sudah berada dalam jangkauan tangan Mistyx, maka sebuah cakar naga mengayun dan memukul keduanya hingga menghantam bumi dengan tulang belulang yang remuk. Tanpa harus menunggu lama sebuah pukulan ekor sekuat halilintar langsung menghabisi keduanya bahkan sebelum mereka sempat berteriak kesakitan. Mistyx pun meraung penuh kemenangan dan berkilauan di angkasa.

Bab 95. Pertempuran Terakhir (4)

Pasukan Goblin yang kacau balau sedang berusaha mengatur barisan di sisi luar sementara pasukan – pasukan musuh mulai mendekat dari segala arah. Pasukan Manusia, Peri, Kurcaci hingga Mermaid pun terlibat dalam pertarungan dashyat di zaman ini. Maka Bangsa Goblin pun mulai membagi diri menjadi 4 pasukan yang masing – masing dipimpin ke -4 Jenderal yang tersisa; Ackar The Black Sword; Homatz, The Silent death; Narnot, The Haunt Whisper dan Mek’Odar, The Blood Claw. Sementara itu Raja Agastya dari Bangsa Manusia, Raja Frenor dari Bangsa Mermaid, Raja Grobin dari Bangsa Kurcaci dan Ketua Dewan Peri, Ferishia juga sudah bersiap – siap menghadapi Pasukan Kegelapan.
Agastya harus berhadapan dengan Ackar. Pedang Hitam Ackar sangat beracun sehingga barangsiapa yang tergores sedikit saja maka sudah dapat dipastikan nyawanya pasti akan melayang. Namun Agastya tidak tampak kuatir sedikit pun. Ia menatap Ackar dengan sorot mata tajam, penuh dengan wibawa. Ackar pun tidak mau berlama – lama menunggu lawannya. Ia segera memulai serangan pedang hitam yang mematikan di mana tiba – tiba saja pedang Ackar berubah menjadi ribuan dan mengepung rapat sang Raja Manusia. Agastya pun langsung menghunus pedangnya dan seketika itu juga cahaya berkilauan muncul dari pedang tersebut dan memancar ke empat penjuru mata angin. Ackar terkejut setengah mati karena cahaya itu langsung mengeliminasi serangan pedang hitam Ackar sekaligus racunnya. Pedang Pusaka empat penjuru merupakan gabungan dari pedang Utara, Barat, Selatan dan Timur ke -4 Jenderal Manusia yang tewas dan telah disatukan kembali. Kini Pedang itu terlahir kembali di tangan Agastya. Ackar kini yang terdesak hebat karena Pedang Agastya terus memancarkan cahaya warna – warni yang menyilaukan sekaligus mengeliminasi racun di pedang Ackar yang merupakan andalan utamanya. Lama kelamaan pedang Ackar mulai berubah warna menjadi putih pertanda racun pedangnya mulai pudar. Hal ini membuat Ackar semakin panik dan banyak melakukan kesalahan fatal hingga akhirnya ia tewas di tangan Agastya yang masih muda itu.
Di sisi lain Raja Mermaid Fernor harus berhadapan dengan Homatz. Fernor sempat kewalahan karena entah kenapa tiba – tiba di seluruh tubuhnya mulai terluka kecil dan mengeluarkan darah padahal Homatz sama sekali diam tak bergerak. Maka Fernor pun mulai maju menyerang karena ia tahu semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menghabisi lawannya maka kekuatannya akan semakin berkurang di daratan dan belum lagi tubuhnya terus saja terluka entah oleh senjata atau sihir apa. Tapi Homatz pun tidak diam begitu saja ketika diserang. Ia bahkan menghindar dengan sangat lincah dari serangan Trisula Fernor. Akhirnya Fernor mengeluarkan jurus semburan airnya yang mengarah telak kepada Homatz. Namun serangan itu tertahan oleh sesuatu di antara mereka berdua dan tetesan air menunjukkan rahasia senjata Homatz. Ternyata di sekeliling Fernor telah dipasang benang tipis namun sangat tajam yang tidak kelihatan mata sehingga tiap kali Fernor bergerak maka benang – benang itu akan melukai Fernor dan akhirnya ia akan mati tanpa mengetahui senjata lawannya. Namun jurus air Fernor membuka rahasia itu karena air menempel pada benang dan membuatnya menjadi terlihat. Fernor pun menggunakan sabetan trisulanya untuk menghancurkan benang – benang Homatz. Karena rahasianya sudah ketahuan, Homatz menjadi panik dan langsung menggunakan benangnya sebagai senjata serangan langsung mengarah ke jantung Fernor. Saat itu juga Fernor langsung menggunakan semburan air ke arah Homatz. Semburan air Fernor berhasil menggulung benang Homatx dan malah mendorongnya kembali ke arah Homatz. Homatz pun berteriak kesakitan ketika dirinya dihantam semburan air sekaligus terbelit benangnya sendiri yang setajam pisau hingga akhirnya mati.
Raja Grobin dari Bangsa Kurcaci bertemu dengan Narnot, The Haunt Whisper. Namun tidak banyak yang dapat diceritakan dari pertarungan keduanya karena berlangsung sangat singkat. Grobin yang menggunakan kapak besar segera menuju ke arah Narnot yang sibuk membisikkan mantera kematian ke arah para kurcaci. Tapi tidak satu kurcaci pun tewas akibat mantera itu hingga akhirnya kepala Narnot sendiri yang lepas ditebas oleh kapak besar Grobin. Narnot yang tidak pernah menghadapi Bangsa Kurcaci sebelumnya tidak pernah menyadari bahwa setiap kurcaci memiliki pendengaran yang sangat buruk akibat terlalu banyak menggali di dalam tanah dan mendengar gema terowongan yang bising. Akibat kebisingan itu membuat Bangsa Kurcaci menjadi agak terganggu fungsi pendengarannya sehingga tidak heran jika mereka selalu berbicara keras satu sama lain seperti selalu ingin bertengkar dan tidak berbudaya. Namun hal inilah yang menyelamatkan mereka dari jurus bisikan maut Narnot yang mengandalkan suara bisikan untuk mematikan lawan.
Ferishia, Dewan yang paling kuat di Bangsa Peri pun harus berhadapan dengan Mek’ Odar, The Blood Claw. Namun pertarungan ini pun tidak lama karena setelah Ferishia mengetahui seluk beluk jurus Blood Claw maka sangat mudah untuk mengalahkan Mek’ Odar. Jurus Mek’ Odar sangat mengerikan karena ia sengaja melukai dirinya sendiri dan menggunakan darahnya yang membentuk cakar untuk menyerang lawan. Semakin banyak ia terluka dalam pertarungan maka serangan Mek’ Odar malah jadi semakin mematikan karena cakar yang terbentuk dari darahnya pun akan menjadi semakin banyak. Namun Ferishia yang menguasai jurus penyembuhan luka tidak menjadi panik. Daripada membuat musuh terluka, Ferishia malah memilih untuk menyembuhkan luka Mek’ Odar sehingga dengan demikian Mek’ Odar pun tidak dapat menyerangnya karena tubuhnya tidak mengeluarkan darah. Akhirnya Mek’ Odar dilumpuhkan dengan diikat oleh tali di sekujur tubuhnya tanpa harus dilukai sedikit pun.

Tidak ada komentar: