Bab 101. Pengorbanan dan Keselamatan
Para Pemimpin Bangsa Manusia, Peri, Kurcaci, Mermaid dan Serangga telah terluka semua, bahkan Flarion, Lyrian, Mistyx pun terluka hingga tak dapat berdiri lagi. Tak satu prajurit pun yang berani maju menghadapi Sang Master kegelapan yang sedang murka. Tubuhnya yang terluka mengeluarkan darah hitam yang baunya busuk dan sangat beracun. Tanah yang terkena tetasan darahnya pun langsung berubah menjadi hitam dan terkutuk. Angin pun berhenti bertiup dan seluruh tumbuhan layu ketika Lord of Darkness menginjakkan kakinya di dunia setelah ribuan tahun terkurung dalam dimensi waktu. Dengan mata yang merah seperti api neraka, Lord of Darkness mengayunkan tangannya untuk melancarkan kutukan yang mampu menghanguskan ratusan prajurit sekaligus dan kematian tentu tak dapat dielakkan lagi. Setiap Pasukan sudah siap menerima kematian mereka dengan cara yang paling terhormat ketika cahaya hitam Sang Malaikat maut tiba di hadapan mereka.
Cahaya itu terpantul ketika cahaya keemasan yang penuh kemuliaan tiba – tiba terpancar dari Faith Armor Flarion dan membentuk dinding pertahanan di depan para prajurit. Lord of Darkness sendiri menjadi gemetar menyaksikan cahaya itu dan mundur beberapa langkah karena Sang Master Kegelapan merasakan kehadiran lain di tempat itu, kehadiran satu – satunya yang Maha Kuasa, The One. Tak lama kemudian, Flarion tersadar dari pingsan nya dan mulai berdiri dengan Faith Armor yang terus bersinar. Ia memandang kepada Lord of Darkness tanpa rasa takut karena di hati Flarion ada kuasa lain yang bekerja, kuasa tanpa batas.
‘Bagaimana ini? Bagaimana cara mengalahkan kejahatan yang abadi?’ Pikir Flarion melihat Lord of Darkness yang bahkan tidak dapat dikurung menggunakan kekuatan Orb.
‘Kebenaran dapat mengalahkan kejahatan, Flarion,’ bisik The One melalui hati kecil Flarion,’ Namun tidak ada satu makhluk pun yang memiliki kebenaran murni. Semua makhluk telah jatuh ke dalam kejahatan. Itulah mengapa tidak ada satu makhluk pun dapat menang melawan kejahatan itu sendiri.’
‘Jika begitu yang bisa melawan Lord of Darkness hanyalah Kau sendiri, tuanku The One karena hanya Kaulah yang tidak pernah jatuh ke dalam kejahatan,’ Seru Flarion,’ Katakan apa yang Kau ingin aku lakukan?’
‘Lepaskan Faith Armor mu dan kenakan itu kepada Lord of Darkness!’ Perintah The One.
Flarion terkejut dan tak percaya. Jika ini bukan dalam situasi yang gawat, tentu Flarion pasti menyangka The One sedang bercanda. ‘Apa? Mana mungkin aku menyerahkan armor warisan ayahku satu – satunya kepada Master Kegelapan? Lagipula bagaimana kita bisa memberi si jahat itu kekuatan yang lain lagi dari Faith Armor? Jika kuserahkan Armor ini kepadanya, lalu dengan apa aku dan teman – temanku semua dapat bertahan melawan sihirnya?’
‘Flarion, anakku, ingatlah selalu, di saat paling kelam di dalam hidupmu di mana harapan manusia sudah sirna, berdoa dan percayalah kepada Yang Maha Kuasa. Ia akan memberi pertolongan. Keep Your Faith! Bukankah itu pesan terakhir ayah angkatmu, Jeff The WestSword? Tidakkah kau mau mempercayai pesan terakhir ayahmu? Tidakkah kau percaya aku hendak menjawab semua doamu, Flarion?’ Tanya The One yang seketika itu juga menggetarkan hati Flarion.
‘Terjadilah seperti apa yang Kau kehendaki, Tuanku,’ Jawab Flarion sembari tersenyum dan melepaskan Faith Armornya. Seluruh Pasukan terkejut setengah mati ketika melihat Perisai pelindung Faith Armor menghilang dan terlebih lagi ketika cahaya Faith Armor malah melindungi Lord of Darkness. Semua Prajurit berteriak panik dan mulai mengutuki Flarion yang mereka sangka telah berkhianat. Bahkan pedang dan tombak mereka sudah mengarah ke tubuh Flarion yang terluka parah dan ketika mereka semua sudah siap untuk menghabisinya, Lord of Darkness berteriak luar biasa dashyat.
Cahaya Faith armor terus menekan kekuatan gelap dari Lord of Darkness ke dalam armor itu sendiri. Lord of Darkness yang menyadari dirinya mulai terhisap masuk ke dalam Armor itu menjadi panik dan berusaha melepaskan Faith Armor tetapi ada kuasa yang lebih dashyat yang memaksanya terus mengenakan Armor itu. Dari balik reruntuhan Menara Zerithen, muncullah ke – 6 orb yang sebelumnya tertimbun. Orb – orb itu melayang dan mulai menempel satu persatu pada Faith Armor. Lord of Darkness pun terhisap masuk ke dalam Faith Armor dan dikunci oleh kekuatan 6 orb. Akhirnya Faith Armor itu pun berubah warna dari keemasan menjadi ungu gelap yang menandakan Armor itu telah menjadi benda terkutuk sementara 6 orb menjadi kunci untuk mengurung Sang Master Kegelapan di dalamnya.
Flarion berbisik,’ Faith Armor adalah perwakilan The One di dunia ini. Hanya Dia yang Maha Benar yang dapat mengalahkan kejahatan. Ia mengorbankan Faith Armor yang merupakan perwakilan diri Nya di dunia ini untuk kita semua. Agar kita selamat maka Faith Armor harus menerima kutukan akan kejahatan. Jadi sekarang kita yang telah selamat dari kejahatan harus mempertahankan agar Sang Master tidak kembali lagi ke dunia. Sudah cukup pengorbanan The One untuk satu kali untuk selamanya.’
Bab 102. Pada Akhirnya
‘Ayah! Naga itu mengejarku lagi!’ Seru anak kecil itu berlari – lari menuju seorang pria. Dengan sigap pria itu mengangkat sang anak kecil itu dengan tangan kirinya karena ia tidak memiliki telapak tangan kanan. Dengan mesra pria itu mencium anaknya yang tertawa bahagia sementara Sang Naga yang ditunggangi seorang wanita muda bertangan satu menghampiri mereka.
‘Merrion, jangan selalu bersikap manja kepada ayahmu!’ Seru Lyrian sembari turun dari punggung Mistyx lalu menuju Flarion dan mengecup pipinya. Flarion membalas dengan mengalungkan tangan kanannya yang cacat ke pinggang Lyrian.
‘Akhirnya, sebuah keluarga yang bahagia,’ Seru Mistyx sambil tertawa.
‘Kau juga keluarga kami, paman Naga,’ Balas Merrion dengan mengedipkan mata kecilnya.
‘Hei, jangan menggoda pamanmu seperti itu, anak nakal!’ Kata Lyrian kepada anaknya.
‘Yah, aku akan menghukum dengan memakanmu, anak nakal,’ Goda Mistyx dan dijawab Merrion dengan meloloskan diri dari gendongan Flarion lalu mulai berlari dari kejaran Mistyx. Flarion hanya tersenyum.
‘Menara Guardian telah dibangun dan diperkuat, sayang,’ Kata Lyrian kepada Flarion,’ Di tempat Menara Zerithen runtuh telah dibangun menara yang sepuluh kali lebih kuat di mana Faith Armor yang mengurung Lord of Darkness ditempatkan di sana. Garanox dipenjara oleh Bangsa Peri di WhiteStone sementara The Watcher bunuh diri akibat penyesalannya. Zork melarikan diri dan tidak terdengar kabar beritanya lagi. Kini kita tidak perlu kuatir lagi, bukan?’
Flarion tersenyum dan menjawab,’ Para Guardian telah dibentuk kembali untuk menjaga agar Lord of Darkness tetap terkurung di sana. Akhirnya semua zaman baru telah terbentuk untuk masa depan anak kita dan dunia ini. Kini kau bukan penyihir lagi dan aku bukan ksatria lagi. Kini aku seorang ayah dan kau seorang ibu. Kita akan hidup dengan bahagia dan saling mencintai selamanya di sini.’
Lyrian tersenyum dan mencium Flarion.
Penutup
‘Zork! Sampai kapan kau akan terus membiarkan aku terkurung terus di sini?’ Tanya The Lord of Darkness.
‘Bersabarlah, tuanku, selama kejahatan masih ada di dalam dunia ini maka selalu ada harapan bagi kita untuk bangkit kembali,’ bisik Zork,’ Rencanaku hampir berhasil. Akan tiba saatnya kejahatan dianggap sebagai kebenaran dan kebenaran adalah sebuah kejahatan. Kau akan segera dibebaskan, tuan.’
‘Hei! Apa yang kau lakukan di sana, orang tua? Bukankah kau seharusnya membersihkan bagian utara menara ini?’ Seru seorang penjaga.
Zork cepat – cepat menyembunyikan tongkatnya dan kembali bekerja menyapu lantai menara tempat di mana Lord of Darkness terkurung. Sementara tongkat sihirnya bersinar hijau, tongkat yang disebut The Darkness Scepter. ‘Kejahatan akan segera kembali berkuasa,’ desis Zork.
The End
Selasa, 11 Maret 2008
The Chronicle of Flarion (96-100) By: Junaidi Halim
Bab 96. Pertempuran Terakhir (5)
Kekalahan dan kekalahan terus diderita oleh Pasukan Kegelapan. Namun pertarungan paling dashyat di medan perang ini belum terjadi yaitu ketika Flarion berhadapan muka dengan Garanox. Ksatria sejati berhadapan langsung dengan penyihir paling mengerikan di zamannya. Keduanya bertatapan muka dengan hati berdebar – debar. Garanox yang pada mulanya meremehkan Flarion mulai menyesali kesalahannya. Tangan kanannya terus menggenggam Tongkat sihir The Darkness Scepter yang dulunya adalah milik sang Master Kegelapan sendiri sementara tangan kirinya menggenggam The Blac Orb dengan erat. Sementara Flarion memegang pisau kecil dengan tangan kirinya dengan kaku karena memang ia belum terbiasa menggunakan tangan kiri sebagai tangan pemegang senjata sementara tangan kanannya yang tidak memiliki telapak tangan lagi diikatkan sebuah perisai. Namun yang paling mengerikan dari Flarion adalah tatapan matanya yang mencerminkan kebulatan tekad dan penyerahan diri yang begitu besarkepada Yang Maha Kuasa. Hal inilah yang mampu memanggil kekuatan tak terbatas dari langit dan membuat Pasukan Kegelapan kacau balau. Penyihir hitam Garanos pun mengetahui ada kekuatan besar yang melindungi Flarion sehingga hatinya tidak tenang dan mulai gentar.
‘Bocah cacat, aku takkan mau hidup jika hari ini harus kalah dari manusia lemah seperti dirimu!’ Seru Garanox sembari melancarkan serangan sihir. Sinar hijau yang menyakitkan mata segera menuju ke arah Flarion.
Dengan sigap Flarion mengangkat perisai untuk melindungi dirinya tetapi sinar itu terlalu kuat sehingga perisai nya hancur berkeping – keping tertembus cahaya tetapi tubuh Flarion sama sekali tidak mengalami cidera. Faith Armor bercahaya terang melindungi tuannya.
Garanox sadar akan kenyataan bahwa Flarion dilindungi Faith Armor yang hampir dapat menahan semua jenis kekuatan sihir. Oleh karena itu dia mengubah taktiknya. Garanox mengucap mantera dan tiba – tiba saja langit berubah menjadi gelap pekat. Bumi perlahan mulai bergetar dan retak, menyisakan celah – celah yang mengeluarkan lahar panas. Dari dalam bumi keluarlah beberapa makhluk yang membuat Flarion menggigit bibirnya menahan rasa pedih. Karena makhluk – makhluk itu adalah Fleric, Flivia, Gnorr, Elrica, Kong, bahkan sang Nyonya pemilik Toko Roti yang begitu dirindukan Flarion juga bangkit kembali dari kematian. Namun mereka semua menatap Flarion dengan mata penuh kebencian. ‘Hancurkan dia!’ Seru Garanox yang kelelahan karena terlalu banyak menggunakan mantera Dark Soul Magic.
Dalam waktu singkat Flarion telah dikepung rapat oleh mantan teman – temannya sendiri dan ia mencoba bertahan. Namun yang paling mengerikan bagi Flarion adalah bukan saat pukulan mereka menghajar tubuhnya tetapi pada saat pukulannya mendarat di tubuh orang – orang yang pernah disayanginya. Bagaimana mungkin ia bisa memukul nyonya yang sudah menyelamatkan hidupnya? Bagaimana mungkin ia memukul Fleric, Gnorr, atau Elrica, teman – teman seperjuangan dalam melawan Pasukan Kegelapan? Flarion kebal akan sihir dan serangan fisik tetapi tidak kebal terhadap serangan hati dan hal inilah yang dimanfaatkan dengan begitu cerdik oleh Garanox. Flarion tidak mampu bertarung lagi dan ia jatuh berlutut sambil menangis sementara lawan – lawan nya terus memukulnya tanpa belas kasihan.
Tangisan bayi. Menara. Hutan. Dua sahabat bertarung. Salah seorang dari mereka menggendong seorang bayi yang terus menangis. ‘Bayi itu adalah kau, Flarion,’ Suara lembut itu terdengar memberi suatu perasaan damai di hati Flarion.’ Ayahmu bertarung dengan sahabat baiknya sendiri karena keyakinannya akan sebuah harapan. Ia yakin kepada-Ku. Ia yakin kepadamu. Ia yakin kau yang dilahirkan terkutuk dapat dibebaskan dari kutuk bahkan menjadi seorang yang begitu diberkati. Lalu seberapa besar keyakinanmu, Flarion? Apakah kau pantas disebut putera dari Faith, Guardian terbesar di zamannya?’
Flarion seperti langsung tersadar dari mimpi dan memuncakkan kekuatannya. Faith Armor yang meredup langsung meledakkan cahaya yang luar biasa. Langit yang gelap menjadikan cahaya Faith Armor semakin berkilauan. Lawan – lawan Flarion langsung terdorong ke belakang dan terjatuh. Mereka tidak dapat bangkit lagi karena cahaya Faith Armor mulai mengikis habis roh – roh kegelapan yang berada di dalam tubuh teman – teman Flarion ayng telah tewas itu.
Flarion langsung berteriak marah,’ Rencana busukmu yang kejam itu tidak akan berhasil, Garanox. Walau seluruh teman – temanku berbalik melawanku. Walau seluruh dunia ini menentangku. Walau jagat raya ini mengutukku. Aku akan terus melawan kejahatan hingga tuntas karena aku punya keyakinan (Faith)! Kau tidak akan pernah menang!’
Garanox seperti kebakaran jenggot. Lawannya yang kelihatan sesaat sudah berhasil dilumpuhkan tiba – tiba saja bangkit dengan kekuatan mengerikan. Ia tidak lagi seperti Flarion yang masih muda dan cacat tetapi memiliki kuasa dan kebijaksanaan yang tinggi. Apa lagi yang bisa mengalahkan seseorang manusia yang kebal secara fisik maupun rohnya? Garanox sudah kehabisan akal dan hanya bisa menatap lawannya itu dengan kagum. ‘Ternyata itu memang kau. Akirnya aku tahu mengapa The Watcher begitu mewaspadai dirimu,’ desis Garanox.
Flarion mengerang hebat dan dari tangan kirinya mengeluarkan cahaya yang luar biasa hingga seluruh pertarungan berhenti sesaat untuk menyaksikan bagaimana kekuatan yang begitu dashyat dilepaskan. Seluruh nafas seakan berhenti dan dalam gerakan yang lambat semua makhluk yang hadir di sana menyaksikan bagaimana Tinju Cahaya Flarion meluncur keras ke arah Garanox. Garanox menciptakan perisai hitam di hadapannya namun tidak kuasa membendung cahaya yang terus meluncur bertubi – tubi hingga akirnya Sang Penyihir Hitam, Garanox The Dark Mage jatuh menggenaskan dengan luka parah di sekujur tubuhnya. Pasukan Kegelapan langsung lemas ketika melihat kejatuhan Garanox dan mereka menjatuhkan senjatanya tanpa berani bergerak lebih lanjut. Teriakan kemenangan pun terdengar. The Dark Scepter jatuh dan lenyap ditelan bumi tanpa diketahui keberadaannya kembali.
Flarion mendekati lawannya yang sekarat. Garanox yang begitu ditakuti kini hanya seorang wanita lemah yang bahkan tidak dapat menggerakkan ujung jarinya dengan wajah yang buruk dan hati yang penuh kebencian. ‘Bunuh aku, ksatria,’ rintih Garanox,’ Bunuh aku agar selesai sudah. Aku sudah menjual kecantikkanku untuk Sang Iblis demi kekuatan tapi sekarang lihat diriku. Setelah kekuatan itu lenyap, apa lagi yang aku miliki? Bunuhlah aku!’
‘Kau masih memiliki 2 hal Garanox yaitu nyawamu dan pengampunan. Tidakkah itu cukup berharga?’ Tanya Flarion.
‘Pengampunan?’ Garanox tertawa terbahak – bahak,’ Makhluk tolol mana yang mau mengampuni aku, si nenek sihir paling jahat di zaman ini?’
‘Aku mau! Dan aku yakin Yang Maha Kuasa juga akan mengampunimu jika kau mau minta maaf,’ Kata Flarion sambil mendekati Garanox dan memegang tangannya dengan lembut. Mata Flarion menunjukkan belas kasihan kepada Garanox dan kembali berkata,’ Jika dulu seorang pencuri bisa diampuni maka hari ini mengapa seorang penyihir hitam tidak dapat diampuni.’
‘Tidak! Aku tidak mau minta maaf! Lepaskan tangan kotormu itu! LEPASKAN!’ Raung Garanox penuh kemarahan. Caci maki dan kutukan terus terlontar dari mulut Garanox tetapi Flarion terus menggenggam tangan Garanox seperti seorang saudara dekat. Lama kelamaan Garanox tidak tahan dan mulai menangis. Jika ada sakit yang lebih menyakitkan daripada kematian maka sakit itu pastilah sebuah penyesalan yang amat sangat mendalam. Hari itu Garanox tidak dihukum oleh kematian tetapi dihukum oleh hati nuraninya sendiri.
Bab 97. Teman yang Disandera
Pertempuran besar telah berakhir dan The Black Orb milik Bangsa Serangga telah diamankan tetapi perang belum berakhir sampai di sini. Dari mulut Garanox diketahui informasi berharga bahwa pemimpin Pasukan Kegelapan sebenarnya adalah seorang wanita buta dengan nama The Watcher yang ternyata adalah Sang Peramal sendiri, putri dari Flinch. Konon Flinch, Ketua dari Bangsa Mage (penyihir) sangat membenci putrinya yang cacat ini karena dianggap membawa aib bagi nama besarnya meski The Watcher sangat terkenal pandai dalam membuat ramalan. Hingga suatu hari The Watcher bersekongkol dengan Master Kegelapan, The Lord of Darkness melalui perantaraan The Dark Scepter. Ia sengaja membuat sebuah ramalan kegelapan dengan memberi sebuah harapan palsu kepada Flinch akan hadirnya seorang Mage terkuat dan yang terpilih itu adalah Garanox. Flinch yang serakah akan kehormatan tentu tidak akan melewatkan kesempatan menjadikan Bangsa Mage sebagai pemimpin dunia. Maka Flinch tidak tanggung – tanggung mengajarkan semua ilmu sihir saktinya kepada Garanox sementara di sisi lain The Watcher juga mengajarkan sihir kegelapan kepada Garanox. Hingga puncaknya The Wathcer memerintahkan Garanox untuk memusnahkan seluruh Bangsa Penyihir termasuk Flinch sendiri. The Watcher sendiri berpura – pura tewas dalam serangan itu agar dunia tidak memfokuskan perhatian kepada dirinya melainkan kepada Garanox beserta ramalannya yang penuh kegelapan itu. The Watcher lupa memperhitungkan beberapa orang yang tidak terikat akan kekuatan ramalan namun lebih mempercayai harapan seperti Flarion dan kawan – kawannya itulah yang mampu membuat perubahan besar.
Namun The Watcher belum gagal sepenuhnya. Kekuatan gelap masih memiliki kuasa untuk bangkit kembali. Menurut perhitungan bintang, langit dan bumi, tiga hari lagi Sang Matahari akan tenggelam dalam kegelapan total. Pada saat itulah kekuatan terbesar dari Master Kegelapan dapat dilepaskan. The Watcher sudah memiliki banyak energi sihir untuk melepaskan Sang Master. Ia juga sudah memiliki ke-5 orb. Yang dibutuhkannya hanyalah tinggal The Black Orb yang telah gagal direbutnya. The Wathcer tidak mungkin menyerahkan puluhan tahun perjuangannya dengan begitu saja. Ia pasti akan berusaha mengambil The Black Orb apapun yang terjadi maka penjagaan terhadap Orb itu harus dilakukan secara maksimal.
Malam tiba dan para pasukan Manusia, Peri, Kurcaci dan Mermaid membuat kemah pertahanan di sekitar liang Bangsa Serangga untuk melindungi The Black Orb. Mereka hanya perlu bertahan selama 3 hari dan jika memang perkataan Garanox benar maka The Lord of Darkness harus menunggu ratusan tahun kembali untuk dapat dilepaskan jika The Black Orb tidak berhasil direbut.dalam waktu 3 hari ini. Tetapi The Watcher tidak bodoh, ia menggunakan senjata terakhirnya yaitu Merry. Merry yang disandera Garanox sebelumnya telah jatuh ke tangan The Watcher dan kini The Watcher mengancam akan membunuh Merry jika Flarion tidak membawa The Black Orb ke menara Zerithen. Hal ini sangat menyusahkan hati Flarion dan membuat kuatir yang lainnya.
Maka Flarion pun mengambil keputusan berani untuk pergi menyelamatkan Merry tanpa membawa The Black Orb. Flarion tidak mau mengorbankan Merry dan akan tetap berusaha membebaskannya walau apapun yang terjadi tanpa harus mengorbankan kepentingan orang banyak pula. Maka tanpa membuang waktu lagi berangkatlah Flarion dan Lyrian sambil menunggang Mistyx yang telah bertransformasi sehingga dapat terbang lebih cepat daripada sebelumnya menuju ke Menara Zerithen. Mereka terbang dengan kecepatan tinggi agar dapat tiba tepat waktu sebelum waktu kebangkitan The Lord of Darkness tiba karena sandera tidak akan berguna jika waktunya telah lewat. Merry pasti akan dibunuh jika mereka terlambat sedetik saja.
Bab 98. Kebenaran yang Menyakitkan
Menara Zerithen bergetar hebat ketika seorang ksatria, seorang penyiir dan seekor Naga menerobos masuk menara terkutuk itu. Tidak satu pun dari pasukan kegelapan yag berhasil menahan laju ketiga makhluk ini apalagi setelah kabar pertempuran yang luar biasa itu tersiar ke seluruh dunia, membuat ketiganya semakin terkenal dan ditakuti lawan. Hal ini juga yang membantu Flarion dan kawan – kawannya menerobos masuk ke menara Zerithen karena tidak ada Pasukan Kegelapan yang cukup berani untuk menghadang mereka, kecuali seorang penyihir yang disebut The Watcher. Penyihir itu berdiri tegap di atas menara Zerithen dengan memakai jubah kain panjang yang menutupi sekujur tubuhnya. Yang terlihat jelas hanyalah hidung dan mulutnya sementara matanya ditutupi oleh bayangan jubah yang menutupi kepalanya seperti kerudung. Ia tidak membawa tongkat atau senjata apapun sementara ke-5 Orb telah diatur mengelilinginya. Hanya satu tempat orb yang masih kosong yang tentunya seharusnya diisi oleh The Black Orb.
‘Mana Merry?’ Tanya Flarion,’ Cepat lepaskan dia atau akan kuhancurkan The Black Orb untuk selamanya!’
‘Menghancurkan The Black Orb?’ The Watcher balik bertanya dengan tersenyum,’ Tidak ada satu senjatapun di dunia ini yang dapat menghancurkan The Orb apalagi jika kau tidak membawanya. Bukan begitu Flarion?’
Flarion, Lyrian dan Mistyx langsung terkejut luar biasa mendengar pernyataan yang menusuk dari The Watcher. Bagaimana ia bisa tahu Flarion tidak membawa The Black Orb bersamanya? The watcher langsung memberi kode dan dari bayangan di belakang The watcher keluarlah Zork The Wizzard dan Merry.
‘Bebaskan dia, penjahat!’ Seru Lyrian ketika melihat Merry.
‘Tentu! Aku akan bebaskan dia segera karena apa yang aku inginkan sudah kudapatkan tetapi itu jika dia sendiri mau dibebaskan,’ Kata The watcher yang disusul dengan tawa yang mengerikan,’ Beberapa menit lagi waktunya akan tiba di mana Sang Master akan dibebaskan oleh tanganku sendiri lalu aku akan diangkat menjadi pewarisnya untuk menguasai dunia ini.’
‘Merry cepat kemari!’ Seru Lyrian.
The Watcher memberi kode agar Merry mendekati Flarion dan Lyrian yang tetap siaga akan datangnya jebakan. Merry berjalan mendekat dan meraih sebuah benda dari balik bajunya. Benda berwarna hitam itu muncul dan diletakkan di tempatnya seperti halnya kelima orb yang lain. Maka Lengkaplah seluruh Orb yang ada untuk dimulainya ritual kebangkitan Sang Master Kegelapan, Lord of Darkness.
‘Merry, apa yang aku lakukan?’ Flarion menyaksikan kejadian itu seakan tidak percaya kepada penglihatannya sendiri bahwa Merry telah mendapatkan Orb hitam dan menyerahkannya kepada The Watcher,’ Kau pasti bukan Merry tetapi sihir The Dark Soul. The Watcher telah membunuh Merry dan memakai tubuhnya dengan sihir!’
‘Maaf mengecewakanmu, Flarion tapi aku belum mati sehingga tidak perlu sihir untuk membuatku memihak kepada Pasukan Kegelapan. Hanya perlu sedikit kecemburuan, kebencian, dan kepahitan karena pengkhianatan kalian berdua!’ Seru Merry menatap Flarion dan Lyrian bergantian dengan berurai air mata,’ Kau tahu bagaimana perasaanku kepadamu, Flarion. Kau tahu bagaimana aku mencintaimu bahkan sejak saat kita masih menjadi The Forest Watcher. Tapi kau begitu kejam telah mencampakkan aku dengan memilih penyihir cacat itu! Di depan mataku kau memeluknya dan mencampakkan cintaku. Namun The Watcher menjanjikan bahwa ia dapat membunuhmu dan membangkitkanmu kembali dengan sihir lalu kita akan hidup bahagia selamanya.’ Merry kemudian tertawa kejam dengan penuh kebahagiaan.
‘Tidak! Merry, ini bukan kau. Sadarlah! Kami ini teman – temanmu!’ Seru Lyrian berusaha menyadarkan Merry,’ Kembalilah kepada kami, Merry. Kami membutuh tenagamu sekarang sebelum semuanya terlambat.’
‘Maaf, Lyrian. Semuanya sudah terlambat ketika kalian mengkhianati aku dan aku telah memotong tanganmu. Aku sudah tidak dapat kembali lagi. Jika aku tidak dapat menjadi ksatria kebenaran yang paling baik maka biarlah aku menjadi ksatria kejahatan yang paling jahat. Aku tidak mau setengah – setengah. Lagipula membela kejahatan tidak terlalu buruk selama aku mendapatkan cinta yang kuimpikan,’ Jawab Merry.
‘Ini tidak mungkin!’ Seru Flarion,’ Pasti ada tipuan. Orb itu dijaga dengan ketat, bagaimana mungkin bisa berada di sini?’
‘Kau memang bodoh, Flarion. Manusia memang sangat lemah dengan pengkhianatan. Aku hanya perlu berpura – pura lepas dari sandera The Watcher dan terluka parah di dekat Liang Serangga. Lalu pasukan bodoh itu membawaku masuk ke dalam perkemahan mereka untuk merawatku. Selagi mereka semua sibuk mencari cara untuk memberitahumu, aku dengan bantuan sihir Zork masuk ke dalam Liang serangga dan mencuri The Orb kemudian melakukan teleport. Mudah sekali, bukan?’ Jawab Merry dengan nada mengejek.
‘Flarion!’ Tegur Mistyx,’ Sampai kapan kau mau sibuk mengurusi temanmu yang gila itu? Lihat! Waktunya telah tiba dan Zork telah siap memulai ritualnya.’
‘Maka tidak ada cara lain lagi. Merry, kini kita bukan lagi berada di pihak yang sama. Bersiaplah, teman – teman! Kita bertarung atau kita semua akan mati!’ Seru Flarion.
Bab 99. Kebangkitan
Siang hari menjadi gelap gulita ketika sebuah bulatan hitam besar menutupi Sang Matahari dan ke-6 Orb memancarkan cahaya sendiri seperti bintang – bintang dengan warna yang berbeda sesuai dengan namanya masing – masing. Lalu Zork langsung memulai ritualnya untuk membebaskan Sang Master Kegelapan, The Lord of Darkness. Flarion, Lyrian dan Mistyx tahu waktu mereka tidak banyak tetapi Merry dan The Watcher sudah berdiri menghalangi jalan mereka untuk menyerang Zork.
Lyrian segera mengerahkan kekuatan sihir ‘Thunder Cast’ ke arah The Watcher namun di luar dugaan sihir itu langsung terserap ke tangan The Watcher dan terpantul 10 kali lipat ke arah Mistyx, Flarion dan bahkan Lyrian sendiri. Mistyx dan Lyrian langsung terdorong ke belakang dan menghantam tembok menara Zerithen. Sementara Flarion mampu mengeliminasi sihir karena Faith Armor melindunginya.
‘Dasar Penyihir Bodoh! Kau mau mengalahkan pewaris Kegelapan dengan sihir? Apa kau tidak mengetahui kebenaran bahwa semua sihir adalah berasal dari Sang Master Kegelapan? Bagaimana mungkin kau bisa mengalahkan kegelapan dengan sihir?’ The Watcher tertawa mengejek.
Merry langsung menyerang Lyrian dengan pedangnya. Untunglah Lyrian sempat menghindar ke samping sehingga tebasan pedang Merry hanya menghantam dinding batu. Secepat kilat Lyrian langsung memukul tangan Merry hingga pedangnya terjatuh dan keduanya terlibat dalam pergulatan yang seru. Kedua wanita itu saling bergulingan, saling pukul dan cakar. Mistyx tidak dapat membantu pertarungan Merry dan Lyrian karena keduanya saling menempel satu sama lain sehingga ia pun langsung memutuskan untuk membantu Flarion menyerang Zork. Flarion yang menerima pantulan sihir kilat Merry sempat terkejut namun sedetik kemudian ia sudah menyerang maju ke arah Zork dan The Watcher. Namun sihir lain sudah diluncurkan oleh The Watcher di mana tiba – tiba lantai menara di bawah Flarion amblas. Flarion kehilangan pijakan dan meluncur jatuh ke bawah tetapi di saat yang tepat Mistyx langsung menyambar tubuh kawannya itu dan membawanya terbang.
The Watcher yang melihat Mistyx menolong Flarion langsung mengeluarkan mantera unggulannya: The Eye of doom. Mistyx yang merasakan adanya bahaya mengancam segera melemparkan Flarion ke pijakan terdekat sebelum seluruh tubuhnya tiba – tiba mengejang. Sebuah simbol mata emas terbentuk di udara dan menghantam Mistyx. Sia – sia saja Mistyx memaksimalkan energinya hingga cahaya keemasan muncul seluruh tubuhnya. Jurus The Eye of Doom milik Lord of The Darkness yang diwariskan kepada The Watcher memang memiliki kekuatan yang dashyat. Mistyx langsung meraung kesakitan ketika tubuhnya tiba – tiba mengalami kejang – kejang dan tulang – tulangnya mulai dipatahkan satu per satu secara misterius. Mistyx pun langsung melayang jatuh ke bawah.
Flarion masih dalam keadaan bingung ketika terlempar dari cengkraman Mistx dan mendarat dengan tiba – tiba di pijakan yang sulit sehingga ia harus menjaga keseimbangan agar tidak jatuh kembali. Ia baru tersadar akan kejatuhan Mistyx setelah mendengar raungan Mistyx dan melihat temannya jatuh ke bawah hingga lenyap dari pandangan. ‘Tidak!’ Teriak Flarion dengan sedih dan putus asa lalu ia segera menatap The Watcher dengan marah dan berlari menyerangnya. The Eye of Doom kembali muncul di udara dan menghantam Flarion. Senyum kemenangan The Watcher berubah menjadi ketegangan ketika Flarion terus menerjang maju. Kekuatan Faith Armornya mampu mengeliminasi mantera Eye of Doom. ‘Tidak mungkin!’ Jerit The Watcher seraya menghindar dari serangan Flarion,’ Mantera Sang Master tidak mungkin dapat dieliminasi oleh manusia manapun juga!’
Namun The Watcher salah perkiraan karena ternyata Flarion tidak pernah bermaksud menyerangnya melainkan Zork lah yang menjadi sasaran dari Iron Fist nya tetapi di luar dugaan siapapun, tiba – tiba ledakan energi terjadi di tengah – tengah ritual itu. Ledakan energi itu memantulkan Iron Fist Flarion dan bahkan tubuh Flarion pun ikut terpukul mundur ke belakang. Tapi bukan hanya Flarion, The Watcher hingga Merry dan Lyrian pun ikut terpental akibat ledakan itu, hanya Zork yang tetap berdiri pada tempatnya dan tubuhnya bergetar seperti kerasukan sesuatu.
Flarion segera bangkit dan hendak memukul Zork hingga jatuh sebelum kebangkitan Lord of Darkness karena beberapa detik kemudian semuanya mungkin sudah akan terlambat. Pusaran Lubang Hitam sudah terbentuk di udara sebagai akibat ledakan energi itu dan suara raungan dashyat penuh kengerian muncul dari dalamnya. Namun belum sempat Flarion melancarkan pukulan, sebuah teriakan memaksa Flarion untuk berpaling ke belakang dan melihat Lyrian dan Merry berada dalam bahaya. Mereka terdorong keluar dari menara akibat ledakan energi dashyat itu dan kini sedang bergelantungan di tepi menara Zerithen. Gempa mulai terjadi dan membuat pegangan keduanya melemah dan akhirnya terlepas.
‘Tidak!’ Seru Flarion yang berlari dan ikut terjun mengejar kedua wanita itu. Flarion memposisikan jatuhnya dengan kepala di bawah sehingga kecepatan jatuhnya dapat mengejar Lyrian dan segera memeluk wanita itu dengan tangan kirinya. Lalu Flarion mengulurkan tangan kanannya ke arah Merry namun ia tidak dapat mencengkram Merry karena Flarion telah kehilangan telapak tangan kanannya. ‘Merry, pegang tanganku sekarang! Aku akan menggunakan Faith Armor untuk melindungi kita semua!’ Teriak Flarion mengalahkan suara deru angin yang kencang.
Merry hendak mengulurkan tangannya namun ketika melihat telapak tangan Flarion yang hilang, ia terkejut,’ Tanganmu! Kenapa dengan tanganmu?’ Merry yang diliputi kebencian tidak menyadari bahwa Flarion telah kehilangan telapak tangan kanannya sebelum ini. Namun Flarion tidak menjawab. Flarion hanya terus berusaha menggapai Merry. Dan Merry pun menangis,’ Maafkan aku, Flarion. Selamat tinggal, teman dan kekasihku.’ Lalu Merry pun menarik tangannya dari Flarion dan ikut memposisikan dirinya dengan kepala di bawah sehingga jatuh lebih cepat.
‘Tidak!’ Seru Flarion,’ Jangan lakukan itu, Merry! Merryyy!!!’ Teriak Flarion panjang ketika melihat Merry meluncur jatuh dengan kecepatan tinggi sementara ia harus menahan laju jatuh dirinya juga Lyrian agar tidak hancur berkeping keping. Sambil menggigit bibirnya karena sedih, Flarion bergumam,’ Faith Armor.’ Cahaya keemasan pun bersinar menyelimuti Flarion dan Lyrian. Flarion memejamkan matanya dan menyerahkan hidup mati mereka berdua ke tangan Yang Maha Kuasa. Bunyi benda jatuh pun terdengar begitu keras hingga ke atas menara Zerithen namun tidak menarik perhatian bagi The Watcher maupun Zork yang kelelahan karena di hadapan mereka berdua, roh dari Lord of The Darkness telah muncul, terbebaskan dari penjara dimensi waktu setelah ribuan tahun berlalu.
Bab 100. Sebuah Harapan
‘Akhirnya!’ Suara The Lord of Darkness menggelegar,’ Setelah beberapa ribu tahun, akhirnya aku terbebaskan!’
‘Tuanku! Aku ini hambamu yang setia yang telah membebaskanmu. Akulah pewarismu, tuanku,’ Seru The Watcher kegirangan karena tahu dirinya akan memperoleh kekuatan tanpa batas yang tak pernah diimpikan makhluk manapun di dunia ini.
‘Terima kasih atas pelayananmu, Watcher dan sekarang terimalah upahmu!’ Lord of Drakness mengulurkan tangannya dan telunjuknya bercahaya.
The Watcher berteriak kesakitan ketika seluruh energi di dalam tubuhnya seperti terhisap keluar dan ternyata The Lord of Darkness memang sedang menghisap habis energi The Watcher hingga dalam sekejap The Watcher berubah menjadi wanita tua yang keriput. The Watcher langsung jatuh lemas setelah energi dan masa mudanya habis diambil Lord of Darkness. Ia bahakn tidak sanggup untuk berdiri lagi.
‘Tuanku, kenapa? Mengapa kau lakukan ini setelah semua yang aku lakukan? Bukankah kau sudah berjanji menjadikan aku sebagai pewaris?’ Tanya The Watcher dengan lemah,’ Kau mengkhianati aku.’
‘Sama seperti kau mengkhianati Garanox dan Garanox mengkhianati seluruh anak buahnya, bukan?’ Tanya Zork,’ Seharusnya kau lebih mengenal siapa tuanmu sebelum kau memilih untuk mengabdi kepadanya, Watcher. Lord of The Darkness adalah dewa penipu, pengkhianat dan kejahatan ada padanya. Apa yang kau harapkan darinya? Sebuah kesetiaan?’ Zork tertawa dengan licik.
‘Kau sudah belajar banyak dariku, Watcher dan sungguh menyenangkan melihatmu menghancurkan banyak Bangsa dan merusak banyak jiwa. Namun kau bukan yang terpilih untuk jadi pewarisku. Kau tidak pantas jadi pewarisku,’ Jawab The Lord of Darkness.
‘Zork! Jadi kau pewaris sebenarnya. Kau menipuku, Zork!’ Maki The Watcher.
‘Seandainya begitu! Tapi aku juga bukan pewarisnya, bodoh!’ Balas Zork.
‘Lalu siapa?’ Tanya The Watcher heran. Namun keheranan itu langsung terjawab ketika sebuah tubuh terluka parah terbang ke hadapan mereka semua. ‘Flarion?’ Desis The Watcher penuh keterkejutan,’ Tidak mungkin! Tuanku, dia itu adalah manusia yang paling membencimu dan menentangmu habis – habisan. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi pewarismu? Dia adalah musuh!’ Protes The Watcher.
‘Dia adalah pengikut The One yang setia. Satu manusia ini dapat mengalahkan seluruh Pasukan Kegelapanku. Dapatkah kau bayangkan jika manusia yang satu ini menjadi pengikutku? Ditambah dengan kekuatanku maka tidak ada lagi yang dapat menghentikan dia! Pengikut musuhku yang paling kuat akan berubah menjadi pewarisku! Apakah itu tidak pantas?’ Lord of Darkness memandang Flarion yang perlahan mulai sadar dari pingsannya.
Flarion tidak dapat menggerakkan seujung jari pun. Ia tahu bahwa seluruh tulang – tulangnya remuk ketika jatuh dari atas Menara Zerithen bersama dengan Lyrian. Ia bahkan tidak tahu bagaiman keadaan dari Lyrian sendiri. Namun yang paling mengejutkan adalah ketika menyadari bahwa ia berada dalam genggaman The Lord of Darkness. Kengerian, teror, putus asa, kepedihan dan kesakitan menyebar dari dalam tubuh Sang Master Kegelapan ini. Flarion tidak berdaya.
‘Jangan memberontak, pewarisku! Kepadamu akan diwariskan kekuatan gelap yang tidak terbatas. Dunia ini cepat atau lambat akan menjadi milikmu,’ Kata The Lord of Darkness.
‘Siapa yang sudi menjadi pewarismu, makhluk jelek!’ Seru Flarion sambil meringis menahan sakit.
Namun The Lord of Darkness malaha tertawa dan balas berkata,’ Kau kira kau bisa menghindar dari nasibmu sebagai pewaris kegelapan? Apakah kau tahu dari sejak bayi kau sudah diserahkan kepadaku? Ibumu sendiri yang menyerahkan rohmu kepadaku, Flarion. Jika seandainya hari itu ayahmu tidak mati bagimu, tentu kau sudah menjadi pewarisku yang luar biasa. Tapi hari ini lihatlah dirimu! Kau tetap tak bisa lari dariku. Siapa yang membelamu sekarang? The One? Di mana pembelamu yang Maha Kuasa itu? Apa kau pikir Dia benar - benar peduli pada dirimu yang kecil itu? Kau pikir siapa dirimu, Flarion? Lalu di mana teman – temanmu? Semuanya mati dan pergi meninggalkanmu? Di mana Bangsa Manusia, Peri, Kurcaci, Mermaid bahkan Serangga yang paling jelek sekalipun? Apa mereka membelamu seperti kau membela mereka? Kau sendirian, Flarion! Sendirian!’ Lord of Darkness terus bertanya dan berkata – kata, berusaha menanamkan kegelapan putus asa di dalam hati Flarion.
Flarion pun menangis dan ia semakin tidak berdaya. Namun di saat kebenaran hampir kalah dan semua harapan lenyap, sebuah suara lirih terdengar sesaat di dalam hati Flarion. ‘Aku di sini, Flarion,’ Sang Maha Kuasa menjawab kesepian Flarion. Mata Flarion langsung berbinar akan sebuah harapan.
‘Jangan dengarkan dia, Flarion! Aku masih di sini!’ Teriak Lyrian yang terluka parah sambil ditopang beberapa Prajurit manusia, naik ke atas Menara Zerithen.
‘Aku juga masih di sini, Flarion!’ Sahut Mistyx yang sambil menahan sakit juga ikut merayap naik.
‘Kau tidak pernah sendirian karena kami semua juga di sini!’ Sahut sebuah suara yang ternyata adalah Agastya, Raja Allastar Bangsa Manusia. Di belakangnya Ferishia, Dewan Peri, Grobin si Raja Kurcaci dan Fernor, Raja Atlantis dari Bangsa Mermaid berdiri dengan sikap waspada. Di Belakang mereka juga bermunculan para prajurit Manusia, Kurcaci, Peri, Mermaid bahkan serangga berhamburan masuk dan memenuhi Menara Zerithen. Bahkan lebih banyak lagi sedang berbaris rapi di bawah menara Zerithen dengan posisi tempur.
Tak lama kemudian sebuah jaring langsung menarik Flarion lepas dari genggaman tangan Lord of Darkness yang masih terpaku karena hal ini dan Arachea, Ratu Bangsa Serangga langsung membawa Flarion menjauh ke tempat yang aman.
‘Tidak!’ Teriak Lord of Darkness penuh kemarahan,’ Kalian semua akan mati hari ini!’
‘Satu – satunya yang akan mati adalah kau, Penguasa Kegelapan! Aku membawa mereka semua ke sini dengan teleport bukan tanpa persiapan pengetahuan apa – apa, Sang Master,’ ejek sebuah suara yang tidak lain adalah Garanox sendiri. Ia berjalan tertatih – tatih mendekati Lord of Darkness tanpa rasa takut. ‘Mari kita mulai ritualnya, saudara – saudara!’
Maka Ferishia maju ke depan mewakili Bangsa Peri Langit dan berdiri di hadapan Orb Putih, disusul seorang Peri lain bernama Laveria mewakili Peri Hutan dan berdiri di hadapan Orb Hijau. Agastya mewakili Bangsa Manusia berdiri di hadapan Orb Kuning, Grobin perwakilan Bangsa Kurcaci di hadapan Orb Merah dan akhirnya Fernor mewakili Bangsa Mermaid di hadapan Orb Biru. Sedangkan Orb terkahir, Orb hitam diwakili oleh Ratu Serangga, Arachea. Keenamnya berpegangan tangan dan mulai berdoa. Sementara Garanox dengan gemetaran memakai semua energi yang tersisa padanya berusaha membangkitkan kembali esensi dasar keenam orb tersebut.
The Lord of Darkness yang menyadari keadaan tidak menguntungkan segera mengeluarkan sihir hitamnya ke arah keenam orang tersebut tetapi sebuah cahaya langsung mengeliminasi sihir itu. Flarion menggunakan Faith Armornya untuk melindungi para teman – temannya. Zork yang menyadari bahaya segera mengambil kesempatan di dalam keadaan yang menegangkan itu untuk melarikan diri ketika para pasukan tidak waspada. Hanya The Watcher yang malang tidak dapat berbuat apa – apa.
Cahaya warna – warni pun langusng memancar dari ke – 6 Orb itu dan bersatu menjadi warna putih yang luar biasa dashyat. Cahaya putih itu mengurung Lord of Darkness dan mulai mengikis kekuatan hitamnya. Tetapi kekuatan Lord of Darkness memang luar biasa. Meski dihajar dengan kekuatan yang luar biasa seperti itu namun ia dapat terus bertahan dan meraung ganas. Garanox mulai kehabisan tenaga dan darah menyembur dari mulutnya akibat luka yang terjadi karena memaksakan kekuatan sihirnya. Kekuatan sihir yang berasal dari kekuatan jahat itu mulai berbalik melawan dirinya sendiri. Ketika semuanya akan terlihat gagal, sebuah tangan menopang Garanox dan memberinya energi tambahan. Tangan itu adalah tangan Lyrian yang ikut mempertaruhkan nyawa di saat – saat terakhir. Namun energi sihir dari keduanya pun tidak bertahan lama karena Lord of Darkness terus saja bertahan. Sebuah tangan lagi datang untuk menopang keduanya, tangan The Watcher yang sekarat memberikan segalanya yang dia punya untuk dipertaruhkan dalam memusnahkan Lord of Darkness.
Lord of Darkness mulai terdesak. Ia menjadi semakin marah dan mulai mengguncang dunia. Gempa besar pun terjadi dan bumi merekah. Api dari dalam bumi mulai menyembur keluar dan bersamaan dengan itu makhluk – makhluk gelap dari dasar bumi pun mulai bermunculan menebarkan teror. Hal ini membuat hati lawan dari Lord of Darkness menjadi kehilangan nyali. Tak ada satu pun dari mereka yang berharap untuk dapat berada di sini ketika Sang Master kegelapan tengah menunjukkan kekuatan yang sebenarnya karena tidak ada satu Bangsa pun yang mampu bertahan menghadapinya kecuali Sang Satu yang Maha Kuasa, The One. Sebuah Ledakan pun terjadi. Menara Zerithen pun runtuh ke bawah. Flarion dan yang lainnya semua ikut jatuh bersama ambruknya menara tersebut.
Pasukan yang berada di bawah menara melihat dengan tidak percaya ketika dari balik reruntuhan, Flarion dan teman – temannya keluar dengan selamat. Walau semuanya terluka parah tetapi tidak satu prajurit pun yang meninggal setelah jatuh dari atas menara yang begitu tinggi. Pasukan di bawah menara tidak mengerti bagaimana sebuah cahaya dari Faith Armor bisa bersinar begitu terang hingga menyelimuti satu menara dan berhasil meredam jatuhnya ratusan makhluk dari atas Menara Zerithen yang ambruk. Namun bukan itu saja yang lebih mengherankan adalah Flarion yang menguasai Faith Armor sendiri telah terluka parah hingga pingsan seketika. Jadi siapa yang mengaktifkan Faith Armor hingga begitu dashyat atau mungkinkah Faith Armor mengaktifkan dirinya sendiri. Sementara dari balik reruntuhan pula keluarlah Lord of Darkness yang terluka parah. Orb telah gagal mengurung Lord of Darkness dan rencana Garanox telah gagal.
Kekalahan dan kekalahan terus diderita oleh Pasukan Kegelapan. Namun pertarungan paling dashyat di medan perang ini belum terjadi yaitu ketika Flarion berhadapan muka dengan Garanox. Ksatria sejati berhadapan langsung dengan penyihir paling mengerikan di zamannya. Keduanya bertatapan muka dengan hati berdebar – debar. Garanox yang pada mulanya meremehkan Flarion mulai menyesali kesalahannya. Tangan kanannya terus menggenggam Tongkat sihir The Darkness Scepter yang dulunya adalah milik sang Master Kegelapan sendiri sementara tangan kirinya menggenggam The Blac Orb dengan erat. Sementara Flarion memegang pisau kecil dengan tangan kirinya dengan kaku karena memang ia belum terbiasa menggunakan tangan kiri sebagai tangan pemegang senjata sementara tangan kanannya yang tidak memiliki telapak tangan lagi diikatkan sebuah perisai. Namun yang paling mengerikan dari Flarion adalah tatapan matanya yang mencerminkan kebulatan tekad dan penyerahan diri yang begitu besarkepada Yang Maha Kuasa. Hal inilah yang mampu memanggil kekuatan tak terbatas dari langit dan membuat Pasukan Kegelapan kacau balau. Penyihir hitam Garanos pun mengetahui ada kekuatan besar yang melindungi Flarion sehingga hatinya tidak tenang dan mulai gentar.
‘Bocah cacat, aku takkan mau hidup jika hari ini harus kalah dari manusia lemah seperti dirimu!’ Seru Garanox sembari melancarkan serangan sihir. Sinar hijau yang menyakitkan mata segera menuju ke arah Flarion.
Dengan sigap Flarion mengangkat perisai untuk melindungi dirinya tetapi sinar itu terlalu kuat sehingga perisai nya hancur berkeping – keping tertembus cahaya tetapi tubuh Flarion sama sekali tidak mengalami cidera. Faith Armor bercahaya terang melindungi tuannya.
Garanox sadar akan kenyataan bahwa Flarion dilindungi Faith Armor yang hampir dapat menahan semua jenis kekuatan sihir. Oleh karena itu dia mengubah taktiknya. Garanox mengucap mantera dan tiba – tiba saja langit berubah menjadi gelap pekat. Bumi perlahan mulai bergetar dan retak, menyisakan celah – celah yang mengeluarkan lahar panas. Dari dalam bumi keluarlah beberapa makhluk yang membuat Flarion menggigit bibirnya menahan rasa pedih. Karena makhluk – makhluk itu adalah Fleric, Flivia, Gnorr, Elrica, Kong, bahkan sang Nyonya pemilik Toko Roti yang begitu dirindukan Flarion juga bangkit kembali dari kematian. Namun mereka semua menatap Flarion dengan mata penuh kebencian. ‘Hancurkan dia!’ Seru Garanox yang kelelahan karena terlalu banyak menggunakan mantera Dark Soul Magic.
Dalam waktu singkat Flarion telah dikepung rapat oleh mantan teman – temannya sendiri dan ia mencoba bertahan. Namun yang paling mengerikan bagi Flarion adalah bukan saat pukulan mereka menghajar tubuhnya tetapi pada saat pukulannya mendarat di tubuh orang – orang yang pernah disayanginya. Bagaimana mungkin ia bisa memukul nyonya yang sudah menyelamatkan hidupnya? Bagaimana mungkin ia memukul Fleric, Gnorr, atau Elrica, teman – teman seperjuangan dalam melawan Pasukan Kegelapan? Flarion kebal akan sihir dan serangan fisik tetapi tidak kebal terhadap serangan hati dan hal inilah yang dimanfaatkan dengan begitu cerdik oleh Garanox. Flarion tidak mampu bertarung lagi dan ia jatuh berlutut sambil menangis sementara lawan – lawan nya terus memukulnya tanpa belas kasihan.
Tangisan bayi. Menara. Hutan. Dua sahabat bertarung. Salah seorang dari mereka menggendong seorang bayi yang terus menangis. ‘Bayi itu adalah kau, Flarion,’ Suara lembut itu terdengar memberi suatu perasaan damai di hati Flarion.’ Ayahmu bertarung dengan sahabat baiknya sendiri karena keyakinannya akan sebuah harapan. Ia yakin kepada-Ku. Ia yakin kepadamu. Ia yakin kau yang dilahirkan terkutuk dapat dibebaskan dari kutuk bahkan menjadi seorang yang begitu diberkati. Lalu seberapa besar keyakinanmu, Flarion? Apakah kau pantas disebut putera dari Faith, Guardian terbesar di zamannya?’
Flarion seperti langsung tersadar dari mimpi dan memuncakkan kekuatannya. Faith Armor yang meredup langsung meledakkan cahaya yang luar biasa. Langit yang gelap menjadikan cahaya Faith Armor semakin berkilauan. Lawan – lawan Flarion langsung terdorong ke belakang dan terjatuh. Mereka tidak dapat bangkit lagi karena cahaya Faith Armor mulai mengikis habis roh – roh kegelapan yang berada di dalam tubuh teman – teman Flarion ayng telah tewas itu.
Flarion langsung berteriak marah,’ Rencana busukmu yang kejam itu tidak akan berhasil, Garanox. Walau seluruh teman – temanku berbalik melawanku. Walau seluruh dunia ini menentangku. Walau jagat raya ini mengutukku. Aku akan terus melawan kejahatan hingga tuntas karena aku punya keyakinan (Faith)! Kau tidak akan pernah menang!’
Garanox seperti kebakaran jenggot. Lawannya yang kelihatan sesaat sudah berhasil dilumpuhkan tiba – tiba saja bangkit dengan kekuatan mengerikan. Ia tidak lagi seperti Flarion yang masih muda dan cacat tetapi memiliki kuasa dan kebijaksanaan yang tinggi. Apa lagi yang bisa mengalahkan seseorang manusia yang kebal secara fisik maupun rohnya? Garanox sudah kehabisan akal dan hanya bisa menatap lawannya itu dengan kagum. ‘Ternyata itu memang kau. Akirnya aku tahu mengapa The Watcher begitu mewaspadai dirimu,’ desis Garanox.
Flarion mengerang hebat dan dari tangan kirinya mengeluarkan cahaya yang luar biasa hingga seluruh pertarungan berhenti sesaat untuk menyaksikan bagaimana kekuatan yang begitu dashyat dilepaskan. Seluruh nafas seakan berhenti dan dalam gerakan yang lambat semua makhluk yang hadir di sana menyaksikan bagaimana Tinju Cahaya Flarion meluncur keras ke arah Garanox. Garanox menciptakan perisai hitam di hadapannya namun tidak kuasa membendung cahaya yang terus meluncur bertubi – tubi hingga akirnya Sang Penyihir Hitam, Garanox The Dark Mage jatuh menggenaskan dengan luka parah di sekujur tubuhnya. Pasukan Kegelapan langsung lemas ketika melihat kejatuhan Garanox dan mereka menjatuhkan senjatanya tanpa berani bergerak lebih lanjut. Teriakan kemenangan pun terdengar. The Dark Scepter jatuh dan lenyap ditelan bumi tanpa diketahui keberadaannya kembali.
Flarion mendekati lawannya yang sekarat. Garanox yang begitu ditakuti kini hanya seorang wanita lemah yang bahkan tidak dapat menggerakkan ujung jarinya dengan wajah yang buruk dan hati yang penuh kebencian. ‘Bunuh aku, ksatria,’ rintih Garanox,’ Bunuh aku agar selesai sudah. Aku sudah menjual kecantikkanku untuk Sang Iblis demi kekuatan tapi sekarang lihat diriku. Setelah kekuatan itu lenyap, apa lagi yang aku miliki? Bunuhlah aku!’
‘Kau masih memiliki 2 hal Garanox yaitu nyawamu dan pengampunan. Tidakkah itu cukup berharga?’ Tanya Flarion.
‘Pengampunan?’ Garanox tertawa terbahak – bahak,’ Makhluk tolol mana yang mau mengampuni aku, si nenek sihir paling jahat di zaman ini?’
‘Aku mau! Dan aku yakin Yang Maha Kuasa juga akan mengampunimu jika kau mau minta maaf,’ Kata Flarion sambil mendekati Garanox dan memegang tangannya dengan lembut. Mata Flarion menunjukkan belas kasihan kepada Garanox dan kembali berkata,’ Jika dulu seorang pencuri bisa diampuni maka hari ini mengapa seorang penyihir hitam tidak dapat diampuni.’
‘Tidak! Aku tidak mau minta maaf! Lepaskan tangan kotormu itu! LEPASKAN!’ Raung Garanox penuh kemarahan. Caci maki dan kutukan terus terlontar dari mulut Garanox tetapi Flarion terus menggenggam tangan Garanox seperti seorang saudara dekat. Lama kelamaan Garanox tidak tahan dan mulai menangis. Jika ada sakit yang lebih menyakitkan daripada kematian maka sakit itu pastilah sebuah penyesalan yang amat sangat mendalam. Hari itu Garanox tidak dihukum oleh kematian tetapi dihukum oleh hati nuraninya sendiri.
Bab 97. Teman yang Disandera
Pertempuran besar telah berakhir dan The Black Orb milik Bangsa Serangga telah diamankan tetapi perang belum berakhir sampai di sini. Dari mulut Garanox diketahui informasi berharga bahwa pemimpin Pasukan Kegelapan sebenarnya adalah seorang wanita buta dengan nama The Watcher yang ternyata adalah Sang Peramal sendiri, putri dari Flinch. Konon Flinch, Ketua dari Bangsa Mage (penyihir) sangat membenci putrinya yang cacat ini karena dianggap membawa aib bagi nama besarnya meski The Watcher sangat terkenal pandai dalam membuat ramalan. Hingga suatu hari The Watcher bersekongkol dengan Master Kegelapan, The Lord of Darkness melalui perantaraan The Dark Scepter. Ia sengaja membuat sebuah ramalan kegelapan dengan memberi sebuah harapan palsu kepada Flinch akan hadirnya seorang Mage terkuat dan yang terpilih itu adalah Garanox. Flinch yang serakah akan kehormatan tentu tidak akan melewatkan kesempatan menjadikan Bangsa Mage sebagai pemimpin dunia. Maka Flinch tidak tanggung – tanggung mengajarkan semua ilmu sihir saktinya kepada Garanox sementara di sisi lain The Watcher juga mengajarkan sihir kegelapan kepada Garanox. Hingga puncaknya The Wathcer memerintahkan Garanox untuk memusnahkan seluruh Bangsa Penyihir termasuk Flinch sendiri. The Watcher sendiri berpura – pura tewas dalam serangan itu agar dunia tidak memfokuskan perhatian kepada dirinya melainkan kepada Garanox beserta ramalannya yang penuh kegelapan itu. The Watcher lupa memperhitungkan beberapa orang yang tidak terikat akan kekuatan ramalan namun lebih mempercayai harapan seperti Flarion dan kawan – kawannya itulah yang mampu membuat perubahan besar.
Namun The Watcher belum gagal sepenuhnya. Kekuatan gelap masih memiliki kuasa untuk bangkit kembali. Menurut perhitungan bintang, langit dan bumi, tiga hari lagi Sang Matahari akan tenggelam dalam kegelapan total. Pada saat itulah kekuatan terbesar dari Master Kegelapan dapat dilepaskan. The Watcher sudah memiliki banyak energi sihir untuk melepaskan Sang Master. Ia juga sudah memiliki ke-5 orb. Yang dibutuhkannya hanyalah tinggal The Black Orb yang telah gagal direbutnya. The Wathcer tidak mungkin menyerahkan puluhan tahun perjuangannya dengan begitu saja. Ia pasti akan berusaha mengambil The Black Orb apapun yang terjadi maka penjagaan terhadap Orb itu harus dilakukan secara maksimal.
Malam tiba dan para pasukan Manusia, Peri, Kurcaci dan Mermaid membuat kemah pertahanan di sekitar liang Bangsa Serangga untuk melindungi The Black Orb. Mereka hanya perlu bertahan selama 3 hari dan jika memang perkataan Garanox benar maka The Lord of Darkness harus menunggu ratusan tahun kembali untuk dapat dilepaskan jika The Black Orb tidak berhasil direbut.dalam waktu 3 hari ini. Tetapi The Watcher tidak bodoh, ia menggunakan senjata terakhirnya yaitu Merry. Merry yang disandera Garanox sebelumnya telah jatuh ke tangan The Watcher dan kini The Watcher mengancam akan membunuh Merry jika Flarion tidak membawa The Black Orb ke menara Zerithen. Hal ini sangat menyusahkan hati Flarion dan membuat kuatir yang lainnya.
Maka Flarion pun mengambil keputusan berani untuk pergi menyelamatkan Merry tanpa membawa The Black Orb. Flarion tidak mau mengorbankan Merry dan akan tetap berusaha membebaskannya walau apapun yang terjadi tanpa harus mengorbankan kepentingan orang banyak pula. Maka tanpa membuang waktu lagi berangkatlah Flarion dan Lyrian sambil menunggang Mistyx yang telah bertransformasi sehingga dapat terbang lebih cepat daripada sebelumnya menuju ke Menara Zerithen. Mereka terbang dengan kecepatan tinggi agar dapat tiba tepat waktu sebelum waktu kebangkitan The Lord of Darkness tiba karena sandera tidak akan berguna jika waktunya telah lewat. Merry pasti akan dibunuh jika mereka terlambat sedetik saja.
Bab 98. Kebenaran yang Menyakitkan
Menara Zerithen bergetar hebat ketika seorang ksatria, seorang penyiir dan seekor Naga menerobos masuk menara terkutuk itu. Tidak satu pun dari pasukan kegelapan yag berhasil menahan laju ketiga makhluk ini apalagi setelah kabar pertempuran yang luar biasa itu tersiar ke seluruh dunia, membuat ketiganya semakin terkenal dan ditakuti lawan. Hal ini juga yang membantu Flarion dan kawan – kawannya menerobos masuk ke menara Zerithen karena tidak ada Pasukan Kegelapan yang cukup berani untuk menghadang mereka, kecuali seorang penyihir yang disebut The Watcher. Penyihir itu berdiri tegap di atas menara Zerithen dengan memakai jubah kain panjang yang menutupi sekujur tubuhnya. Yang terlihat jelas hanyalah hidung dan mulutnya sementara matanya ditutupi oleh bayangan jubah yang menutupi kepalanya seperti kerudung. Ia tidak membawa tongkat atau senjata apapun sementara ke-5 Orb telah diatur mengelilinginya. Hanya satu tempat orb yang masih kosong yang tentunya seharusnya diisi oleh The Black Orb.
‘Mana Merry?’ Tanya Flarion,’ Cepat lepaskan dia atau akan kuhancurkan The Black Orb untuk selamanya!’
‘Menghancurkan The Black Orb?’ The Watcher balik bertanya dengan tersenyum,’ Tidak ada satu senjatapun di dunia ini yang dapat menghancurkan The Orb apalagi jika kau tidak membawanya. Bukan begitu Flarion?’
Flarion, Lyrian dan Mistyx langsung terkejut luar biasa mendengar pernyataan yang menusuk dari The Watcher. Bagaimana ia bisa tahu Flarion tidak membawa The Black Orb bersamanya? The watcher langsung memberi kode dan dari bayangan di belakang The watcher keluarlah Zork The Wizzard dan Merry.
‘Bebaskan dia, penjahat!’ Seru Lyrian ketika melihat Merry.
‘Tentu! Aku akan bebaskan dia segera karena apa yang aku inginkan sudah kudapatkan tetapi itu jika dia sendiri mau dibebaskan,’ Kata The watcher yang disusul dengan tawa yang mengerikan,’ Beberapa menit lagi waktunya akan tiba di mana Sang Master akan dibebaskan oleh tanganku sendiri lalu aku akan diangkat menjadi pewarisnya untuk menguasai dunia ini.’
‘Merry cepat kemari!’ Seru Lyrian.
The Watcher memberi kode agar Merry mendekati Flarion dan Lyrian yang tetap siaga akan datangnya jebakan. Merry berjalan mendekat dan meraih sebuah benda dari balik bajunya. Benda berwarna hitam itu muncul dan diletakkan di tempatnya seperti halnya kelima orb yang lain. Maka Lengkaplah seluruh Orb yang ada untuk dimulainya ritual kebangkitan Sang Master Kegelapan, Lord of Darkness.
‘Merry, apa yang aku lakukan?’ Flarion menyaksikan kejadian itu seakan tidak percaya kepada penglihatannya sendiri bahwa Merry telah mendapatkan Orb hitam dan menyerahkannya kepada The Watcher,’ Kau pasti bukan Merry tetapi sihir The Dark Soul. The Watcher telah membunuh Merry dan memakai tubuhnya dengan sihir!’
‘Maaf mengecewakanmu, Flarion tapi aku belum mati sehingga tidak perlu sihir untuk membuatku memihak kepada Pasukan Kegelapan. Hanya perlu sedikit kecemburuan, kebencian, dan kepahitan karena pengkhianatan kalian berdua!’ Seru Merry menatap Flarion dan Lyrian bergantian dengan berurai air mata,’ Kau tahu bagaimana perasaanku kepadamu, Flarion. Kau tahu bagaimana aku mencintaimu bahkan sejak saat kita masih menjadi The Forest Watcher. Tapi kau begitu kejam telah mencampakkan aku dengan memilih penyihir cacat itu! Di depan mataku kau memeluknya dan mencampakkan cintaku. Namun The Watcher menjanjikan bahwa ia dapat membunuhmu dan membangkitkanmu kembali dengan sihir lalu kita akan hidup bahagia selamanya.’ Merry kemudian tertawa kejam dengan penuh kebahagiaan.
‘Tidak! Merry, ini bukan kau. Sadarlah! Kami ini teman – temanmu!’ Seru Lyrian berusaha menyadarkan Merry,’ Kembalilah kepada kami, Merry. Kami membutuh tenagamu sekarang sebelum semuanya terlambat.’
‘Maaf, Lyrian. Semuanya sudah terlambat ketika kalian mengkhianati aku dan aku telah memotong tanganmu. Aku sudah tidak dapat kembali lagi. Jika aku tidak dapat menjadi ksatria kebenaran yang paling baik maka biarlah aku menjadi ksatria kejahatan yang paling jahat. Aku tidak mau setengah – setengah. Lagipula membela kejahatan tidak terlalu buruk selama aku mendapatkan cinta yang kuimpikan,’ Jawab Merry.
‘Ini tidak mungkin!’ Seru Flarion,’ Pasti ada tipuan. Orb itu dijaga dengan ketat, bagaimana mungkin bisa berada di sini?’
‘Kau memang bodoh, Flarion. Manusia memang sangat lemah dengan pengkhianatan. Aku hanya perlu berpura – pura lepas dari sandera The Watcher dan terluka parah di dekat Liang Serangga. Lalu pasukan bodoh itu membawaku masuk ke dalam perkemahan mereka untuk merawatku. Selagi mereka semua sibuk mencari cara untuk memberitahumu, aku dengan bantuan sihir Zork masuk ke dalam Liang serangga dan mencuri The Orb kemudian melakukan teleport. Mudah sekali, bukan?’ Jawab Merry dengan nada mengejek.
‘Flarion!’ Tegur Mistyx,’ Sampai kapan kau mau sibuk mengurusi temanmu yang gila itu? Lihat! Waktunya telah tiba dan Zork telah siap memulai ritualnya.’
‘Maka tidak ada cara lain lagi. Merry, kini kita bukan lagi berada di pihak yang sama. Bersiaplah, teman – teman! Kita bertarung atau kita semua akan mati!’ Seru Flarion.
Bab 99. Kebangkitan
Siang hari menjadi gelap gulita ketika sebuah bulatan hitam besar menutupi Sang Matahari dan ke-6 Orb memancarkan cahaya sendiri seperti bintang – bintang dengan warna yang berbeda sesuai dengan namanya masing – masing. Lalu Zork langsung memulai ritualnya untuk membebaskan Sang Master Kegelapan, The Lord of Darkness. Flarion, Lyrian dan Mistyx tahu waktu mereka tidak banyak tetapi Merry dan The Watcher sudah berdiri menghalangi jalan mereka untuk menyerang Zork.
Lyrian segera mengerahkan kekuatan sihir ‘Thunder Cast’ ke arah The Watcher namun di luar dugaan sihir itu langsung terserap ke tangan The Watcher dan terpantul 10 kali lipat ke arah Mistyx, Flarion dan bahkan Lyrian sendiri. Mistyx dan Lyrian langsung terdorong ke belakang dan menghantam tembok menara Zerithen. Sementara Flarion mampu mengeliminasi sihir karena Faith Armor melindunginya.
‘Dasar Penyihir Bodoh! Kau mau mengalahkan pewaris Kegelapan dengan sihir? Apa kau tidak mengetahui kebenaran bahwa semua sihir adalah berasal dari Sang Master Kegelapan? Bagaimana mungkin kau bisa mengalahkan kegelapan dengan sihir?’ The Watcher tertawa mengejek.
Merry langsung menyerang Lyrian dengan pedangnya. Untunglah Lyrian sempat menghindar ke samping sehingga tebasan pedang Merry hanya menghantam dinding batu. Secepat kilat Lyrian langsung memukul tangan Merry hingga pedangnya terjatuh dan keduanya terlibat dalam pergulatan yang seru. Kedua wanita itu saling bergulingan, saling pukul dan cakar. Mistyx tidak dapat membantu pertarungan Merry dan Lyrian karena keduanya saling menempel satu sama lain sehingga ia pun langsung memutuskan untuk membantu Flarion menyerang Zork. Flarion yang menerima pantulan sihir kilat Merry sempat terkejut namun sedetik kemudian ia sudah menyerang maju ke arah Zork dan The Watcher. Namun sihir lain sudah diluncurkan oleh The Watcher di mana tiba – tiba lantai menara di bawah Flarion amblas. Flarion kehilangan pijakan dan meluncur jatuh ke bawah tetapi di saat yang tepat Mistyx langsung menyambar tubuh kawannya itu dan membawanya terbang.
The Watcher yang melihat Mistyx menolong Flarion langsung mengeluarkan mantera unggulannya: The Eye of doom. Mistyx yang merasakan adanya bahaya mengancam segera melemparkan Flarion ke pijakan terdekat sebelum seluruh tubuhnya tiba – tiba mengejang. Sebuah simbol mata emas terbentuk di udara dan menghantam Mistyx. Sia – sia saja Mistyx memaksimalkan energinya hingga cahaya keemasan muncul seluruh tubuhnya. Jurus The Eye of Doom milik Lord of The Darkness yang diwariskan kepada The Watcher memang memiliki kekuatan yang dashyat. Mistyx langsung meraung kesakitan ketika tubuhnya tiba – tiba mengalami kejang – kejang dan tulang – tulangnya mulai dipatahkan satu per satu secara misterius. Mistyx pun langsung melayang jatuh ke bawah.
Flarion masih dalam keadaan bingung ketika terlempar dari cengkraman Mistx dan mendarat dengan tiba – tiba di pijakan yang sulit sehingga ia harus menjaga keseimbangan agar tidak jatuh kembali. Ia baru tersadar akan kejatuhan Mistyx setelah mendengar raungan Mistyx dan melihat temannya jatuh ke bawah hingga lenyap dari pandangan. ‘Tidak!’ Teriak Flarion dengan sedih dan putus asa lalu ia segera menatap The Watcher dengan marah dan berlari menyerangnya. The Eye of Doom kembali muncul di udara dan menghantam Flarion. Senyum kemenangan The Watcher berubah menjadi ketegangan ketika Flarion terus menerjang maju. Kekuatan Faith Armornya mampu mengeliminasi mantera Eye of Doom. ‘Tidak mungkin!’ Jerit The Watcher seraya menghindar dari serangan Flarion,’ Mantera Sang Master tidak mungkin dapat dieliminasi oleh manusia manapun juga!’
Namun The Watcher salah perkiraan karena ternyata Flarion tidak pernah bermaksud menyerangnya melainkan Zork lah yang menjadi sasaran dari Iron Fist nya tetapi di luar dugaan siapapun, tiba – tiba ledakan energi terjadi di tengah – tengah ritual itu. Ledakan energi itu memantulkan Iron Fist Flarion dan bahkan tubuh Flarion pun ikut terpukul mundur ke belakang. Tapi bukan hanya Flarion, The Watcher hingga Merry dan Lyrian pun ikut terpental akibat ledakan itu, hanya Zork yang tetap berdiri pada tempatnya dan tubuhnya bergetar seperti kerasukan sesuatu.
Flarion segera bangkit dan hendak memukul Zork hingga jatuh sebelum kebangkitan Lord of Darkness karena beberapa detik kemudian semuanya mungkin sudah akan terlambat. Pusaran Lubang Hitam sudah terbentuk di udara sebagai akibat ledakan energi itu dan suara raungan dashyat penuh kengerian muncul dari dalamnya. Namun belum sempat Flarion melancarkan pukulan, sebuah teriakan memaksa Flarion untuk berpaling ke belakang dan melihat Lyrian dan Merry berada dalam bahaya. Mereka terdorong keluar dari menara akibat ledakan energi dashyat itu dan kini sedang bergelantungan di tepi menara Zerithen. Gempa mulai terjadi dan membuat pegangan keduanya melemah dan akhirnya terlepas.
‘Tidak!’ Seru Flarion yang berlari dan ikut terjun mengejar kedua wanita itu. Flarion memposisikan jatuhnya dengan kepala di bawah sehingga kecepatan jatuhnya dapat mengejar Lyrian dan segera memeluk wanita itu dengan tangan kirinya. Lalu Flarion mengulurkan tangan kanannya ke arah Merry namun ia tidak dapat mencengkram Merry karena Flarion telah kehilangan telapak tangan kanannya. ‘Merry, pegang tanganku sekarang! Aku akan menggunakan Faith Armor untuk melindungi kita semua!’ Teriak Flarion mengalahkan suara deru angin yang kencang.
Merry hendak mengulurkan tangannya namun ketika melihat telapak tangan Flarion yang hilang, ia terkejut,’ Tanganmu! Kenapa dengan tanganmu?’ Merry yang diliputi kebencian tidak menyadari bahwa Flarion telah kehilangan telapak tangan kanannya sebelum ini. Namun Flarion tidak menjawab. Flarion hanya terus berusaha menggapai Merry. Dan Merry pun menangis,’ Maafkan aku, Flarion. Selamat tinggal, teman dan kekasihku.’ Lalu Merry pun menarik tangannya dari Flarion dan ikut memposisikan dirinya dengan kepala di bawah sehingga jatuh lebih cepat.
‘Tidak!’ Seru Flarion,’ Jangan lakukan itu, Merry! Merryyy!!!’ Teriak Flarion panjang ketika melihat Merry meluncur jatuh dengan kecepatan tinggi sementara ia harus menahan laju jatuh dirinya juga Lyrian agar tidak hancur berkeping keping. Sambil menggigit bibirnya karena sedih, Flarion bergumam,’ Faith Armor.’ Cahaya keemasan pun bersinar menyelimuti Flarion dan Lyrian. Flarion memejamkan matanya dan menyerahkan hidup mati mereka berdua ke tangan Yang Maha Kuasa. Bunyi benda jatuh pun terdengar begitu keras hingga ke atas menara Zerithen namun tidak menarik perhatian bagi The Watcher maupun Zork yang kelelahan karena di hadapan mereka berdua, roh dari Lord of The Darkness telah muncul, terbebaskan dari penjara dimensi waktu setelah ribuan tahun berlalu.
Bab 100. Sebuah Harapan
‘Akhirnya!’ Suara The Lord of Darkness menggelegar,’ Setelah beberapa ribu tahun, akhirnya aku terbebaskan!’
‘Tuanku! Aku ini hambamu yang setia yang telah membebaskanmu. Akulah pewarismu, tuanku,’ Seru The Watcher kegirangan karena tahu dirinya akan memperoleh kekuatan tanpa batas yang tak pernah diimpikan makhluk manapun di dunia ini.
‘Terima kasih atas pelayananmu, Watcher dan sekarang terimalah upahmu!’ Lord of Drakness mengulurkan tangannya dan telunjuknya bercahaya.
The Watcher berteriak kesakitan ketika seluruh energi di dalam tubuhnya seperti terhisap keluar dan ternyata The Lord of Darkness memang sedang menghisap habis energi The Watcher hingga dalam sekejap The Watcher berubah menjadi wanita tua yang keriput. The Watcher langsung jatuh lemas setelah energi dan masa mudanya habis diambil Lord of Darkness. Ia bahakn tidak sanggup untuk berdiri lagi.
‘Tuanku, kenapa? Mengapa kau lakukan ini setelah semua yang aku lakukan? Bukankah kau sudah berjanji menjadikan aku sebagai pewaris?’ Tanya The Watcher dengan lemah,’ Kau mengkhianati aku.’
‘Sama seperti kau mengkhianati Garanox dan Garanox mengkhianati seluruh anak buahnya, bukan?’ Tanya Zork,’ Seharusnya kau lebih mengenal siapa tuanmu sebelum kau memilih untuk mengabdi kepadanya, Watcher. Lord of The Darkness adalah dewa penipu, pengkhianat dan kejahatan ada padanya. Apa yang kau harapkan darinya? Sebuah kesetiaan?’ Zork tertawa dengan licik.
‘Kau sudah belajar banyak dariku, Watcher dan sungguh menyenangkan melihatmu menghancurkan banyak Bangsa dan merusak banyak jiwa. Namun kau bukan yang terpilih untuk jadi pewarisku. Kau tidak pantas jadi pewarisku,’ Jawab The Lord of Darkness.
‘Zork! Jadi kau pewaris sebenarnya. Kau menipuku, Zork!’ Maki The Watcher.
‘Seandainya begitu! Tapi aku juga bukan pewarisnya, bodoh!’ Balas Zork.
‘Lalu siapa?’ Tanya The Watcher heran. Namun keheranan itu langsung terjawab ketika sebuah tubuh terluka parah terbang ke hadapan mereka semua. ‘Flarion?’ Desis The Watcher penuh keterkejutan,’ Tidak mungkin! Tuanku, dia itu adalah manusia yang paling membencimu dan menentangmu habis – habisan. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi pewarismu? Dia adalah musuh!’ Protes The Watcher.
‘Dia adalah pengikut The One yang setia. Satu manusia ini dapat mengalahkan seluruh Pasukan Kegelapanku. Dapatkah kau bayangkan jika manusia yang satu ini menjadi pengikutku? Ditambah dengan kekuatanku maka tidak ada lagi yang dapat menghentikan dia! Pengikut musuhku yang paling kuat akan berubah menjadi pewarisku! Apakah itu tidak pantas?’ Lord of Darkness memandang Flarion yang perlahan mulai sadar dari pingsannya.
Flarion tidak dapat menggerakkan seujung jari pun. Ia tahu bahwa seluruh tulang – tulangnya remuk ketika jatuh dari atas Menara Zerithen bersama dengan Lyrian. Ia bahkan tidak tahu bagaiman keadaan dari Lyrian sendiri. Namun yang paling mengejutkan adalah ketika menyadari bahwa ia berada dalam genggaman The Lord of Darkness. Kengerian, teror, putus asa, kepedihan dan kesakitan menyebar dari dalam tubuh Sang Master Kegelapan ini. Flarion tidak berdaya.
‘Jangan memberontak, pewarisku! Kepadamu akan diwariskan kekuatan gelap yang tidak terbatas. Dunia ini cepat atau lambat akan menjadi milikmu,’ Kata The Lord of Darkness.
‘Siapa yang sudi menjadi pewarismu, makhluk jelek!’ Seru Flarion sambil meringis menahan sakit.
Namun The Lord of Darkness malaha tertawa dan balas berkata,’ Kau kira kau bisa menghindar dari nasibmu sebagai pewaris kegelapan? Apakah kau tahu dari sejak bayi kau sudah diserahkan kepadaku? Ibumu sendiri yang menyerahkan rohmu kepadaku, Flarion. Jika seandainya hari itu ayahmu tidak mati bagimu, tentu kau sudah menjadi pewarisku yang luar biasa. Tapi hari ini lihatlah dirimu! Kau tetap tak bisa lari dariku. Siapa yang membelamu sekarang? The One? Di mana pembelamu yang Maha Kuasa itu? Apa kau pikir Dia benar - benar peduli pada dirimu yang kecil itu? Kau pikir siapa dirimu, Flarion? Lalu di mana teman – temanmu? Semuanya mati dan pergi meninggalkanmu? Di mana Bangsa Manusia, Peri, Kurcaci, Mermaid bahkan Serangga yang paling jelek sekalipun? Apa mereka membelamu seperti kau membela mereka? Kau sendirian, Flarion! Sendirian!’ Lord of Darkness terus bertanya dan berkata – kata, berusaha menanamkan kegelapan putus asa di dalam hati Flarion.
Flarion pun menangis dan ia semakin tidak berdaya. Namun di saat kebenaran hampir kalah dan semua harapan lenyap, sebuah suara lirih terdengar sesaat di dalam hati Flarion. ‘Aku di sini, Flarion,’ Sang Maha Kuasa menjawab kesepian Flarion. Mata Flarion langsung berbinar akan sebuah harapan.
‘Jangan dengarkan dia, Flarion! Aku masih di sini!’ Teriak Lyrian yang terluka parah sambil ditopang beberapa Prajurit manusia, naik ke atas Menara Zerithen.
‘Aku juga masih di sini, Flarion!’ Sahut Mistyx yang sambil menahan sakit juga ikut merayap naik.
‘Kau tidak pernah sendirian karena kami semua juga di sini!’ Sahut sebuah suara yang ternyata adalah Agastya, Raja Allastar Bangsa Manusia. Di belakangnya Ferishia, Dewan Peri, Grobin si Raja Kurcaci dan Fernor, Raja Atlantis dari Bangsa Mermaid berdiri dengan sikap waspada. Di Belakang mereka juga bermunculan para prajurit Manusia, Kurcaci, Peri, Mermaid bahkan serangga berhamburan masuk dan memenuhi Menara Zerithen. Bahkan lebih banyak lagi sedang berbaris rapi di bawah menara Zerithen dengan posisi tempur.
Tak lama kemudian sebuah jaring langsung menarik Flarion lepas dari genggaman tangan Lord of Darkness yang masih terpaku karena hal ini dan Arachea, Ratu Bangsa Serangga langsung membawa Flarion menjauh ke tempat yang aman.
‘Tidak!’ Teriak Lord of Darkness penuh kemarahan,’ Kalian semua akan mati hari ini!’
‘Satu – satunya yang akan mati adalah kau, Penguasa Kegelapan! Aku membawa mereka semua ke sini dengan teleport bukan tanpa persiapan pengetahuan apa – apa, Sang Master,’ ejek sebuah suara yang tidak lain adalah Garanox sendiri. Ia berjalan tertatih – tatih mendekati Lord of Darkness tanpa rasa takut. ‘Mari kita mulai ritualnya, saudara – saudara!’
Maka Ferishia maju ke depan mewakili Bangsa Peri Langit dan berdiri di hadapan Orb Putih, disusul seorang Peri lain bernama Laveria mewakili Peri Hutan dan berdiri di hadapan Orb Hijau. Agastya mewakili Bangsa Manusia berdiri di hadapan Orb Kuning, Grobin perwakilan Bangsa Kurcaci di hadapan Orb Merah dan akhirnya Fernor mewakili Bangsa Mermaid di hadapan Orb Biru. Sedangkan Orb terkahir, Orb hitam diwakili oleh Ratu Serangga, Arachea. Keenamnya berpegangan tangan dan mulai berdoa. Sementara Garanox dengan gemetaran memakai semua energi yang tersisa padanya berusaha membangkitkan kembali esensi dasar keenam orb tersebut.
The Lord of Darkness yang menyadari keadaan tidak menguntungkan segera mengeluarkan sihir hitamnya ke arah keenam orang tersebut tetapi sebuah cahaya langsung mengeliminasi sihir itu. Flarion menggunakan Faith Armornya untuk melindungi para teman – temannya. Zork yang menyadari bahaya segera mengambil kesempatan di dalam keadaan yang menegangkan itu untuk melarikan diri ketika para pasukan tidak waspada. Hanya The Watcher yang malang tidak dapat berbuat apa – apa.
Cahaya warna – warni pun langusng memancar dari ke – 6 Orb itu dan bersatu menjadi warna putih yang luar biasa dashyat. Cahaya putih itu mengurung Lord of Darkness dan mulai mengikis kekuatan hitamnya. Tetapi kekuatan Lord of Darkness memang luar biasa. Meski dihajar dengan kekuatan yang luar biasa seperti itu namun ia dapat terus bertahan dan meraung ganas. Garanox mulai kehabisan tenaga dan darah menyembur dari mulutnya akibat luka yang terjadi karena memaksakan kekuatan sihirnya. Kekuatan sihir yang berasal dari kekuatan jahat itu mulai berbalik melawan dirinya sendiri. Ketika semuanya akan terlihat gagal, sebuah tangan menopang Garanox dan memberinya energi tambahan. Tangan itu adalah tangan Lyrian yang ikut mempertaruhkan nyawa di saat – saat terakhir. Namun energi sihir dari keduanya pun tidak bertahan lama karena Lord of Darkness terus saja bertahan. Sebuah tangan lagi datang untuk menopang keduanya, tangan The Watcher yang sekarat memberikan segalanya yang dia punya untuk dipertaruhkan dalam memusnahkan Lord of Darkness.
Lord of Darkness mulai terdesak. Ia menjadi semakin marah dan mulai mengguncang dunia. Gempa besar pun terjadi dan bumi merekah. Api dari dalam bumi mulai menyembur keluar dan bersamaan dengan itu makhluk – makhluk gelap dari dasar bumi pun mulai bermunculan menebarkan teror. Hal ini membuat hati lawan dari Lord of Darkness menjadi kehilangan nyali. Tak ada satu pun dari mereka yang berharap untuk dapat berada di sini ketika Sang Master kegelapan tengah menunjukkan kekuatan yang sebenarnya karena tidak ada satu Bangsa pun yang mampu bertahan menghadapinya kecuali Sang Satu yang Maha Kuasa, The One. Sebuah Ledakan pun terjadi. Menara Zerithen pun runtuh ke bawah. Flarion dan yang lainnya semua ikut jatuh bersama ambruknya menara tersebut.
Pasukan yang berada di bawah menara melihat dengan tidak percaya ketika dari balik reruntuhan, Flarion dan teman – temannya keluar dengan selamat. Walau semuanya terluka parah tetapi tidak satu prajurit pun yang meninggal setelah jatuh dari atas menara yang begitu tinggi. Pasukan di bawah menara tidak mengerti bagaimana sebuah cahaya dari Faith Armor bisa bersinar begitu terang hingga menyelimuti satu menara dan berhasil meredam jatuhnya ratusan makhluk dari atas Menara Zerithen yang ambruk. Namun bukan itu saja yang lebih mengherankan adalah Flarion yang menguasai Faith Armor sendiri telah terluka parah hingga pingsan seketika. Jadi siapa yang mengaktifkan Faith Armor hingga begitu dashyat atau mungkinkah Faith Armor mengaktifkan dirinya sendiri. Sementara dari balik reruntuhan pula keluarlah Lord of Darkness yang terluka parah. Orb telah gagal mengurung Lord of Darkness dan rencana Garanox telah gagal.
The Chronicle of Flarion (91-95) By: Junaidi Halim
Bab 91. Rapat Akbar Bangsa - Bangsa
Rapat Akbar Bangsa – bangsa pun dimulai. Raja Allastar yang baru, Agastya mewakili Bangsa manusia. Raja Mermaid, Fernor sepupu dari Leinor. Raja Kurcaci, Grobin yang baru saja kalah perang dari Pasukan Kegelapan dan kehilangan The Red Orb bersama dengan 2/3 pasukannya. Ferishia, pemimpin Dewan Bangsa Peri yang tersisa. Mereka semua mengadakan pertemuan dan Flarion hadir di tengah – tengah mereka. Telah seminggu lamanya ia tidak sadarkan diri sejak Mistyx membawanya menemui Pasukan Bangsa Manusia yang sedang menuju Atlantis. Telah banyak peritiwa yang terjadi seperti hancurnya Kota Bangsa Kurcaci dan direbutnya The Red Orb. Dan kini Pasukan Kegelapan sedang menuju ke dalam Pegunungan Putih untuk menghancurkan Bangsa Serangga dan merebut kembali The Black Orb. Rapat ini diadakan untuk mencapai kesepakatan untuk maju bertempur bersama atau mundur dan membiarkan Bangsa Serangga menanggung kehancurannya sendiri.
‘Kami tidak dapat bertempur lagi!’ Seru Ferishia, Dewan Bangsa Peri memberikan pernyataan,’ Kami sudah kehilangan Raja dan seluruh prajurit kami. Dalam perang ini, Bangsa Peri yang paling banyak dirugikan. Yang tersisa dari kami hanyalah rakyat peri yang tidak dapat berperang.’
‘Apa kalian pikir hanya kalian yang menderita?’ Tanya Fernor, Raja Bangsa Mermaid,’ Atlantis kami rusak berat. Raja dan Pangeran kami terbunuh serta kehilangan begitu banyak Pasukan. Lalu sekarang kami harus menuju Pegunungan Putih untuk bertempur sementara kalian semua bersantai? Kami ini Bangsa Mermaid dan tidak dapat bertempur di darat untuk waktu yang lama.’
Raja Agastya pun berdiri dan berseru,’ Bukan hanya kalian yang kehilangan Raja. Allastar juga dihancurkan dan kami kehilangan semua Jenderal yang pernah kami miliki. Jika Bangsa lain tidak mau bertempur maka untuk apa kami bertempur untuk serangga – serangga itu?’
‘Cukup! Aku sudah banyak membuang – buang waktu untuk pertemuan bodoh ini! Bangsa Kurcaci juga tidak akan bertempur untuk semua omong kosong ini. Kami bahkan belum sempat menyusun pasukan yang baru saja dihancurkan Garanox dan Pasukan Kegelapannya dan kalian sudah membuka mulut besar untuk memulai perang baru. Kalian semua bodoh!’ Teriak Grobin.
Kekacauan pun terjadi. Saling maki dan saling cerca keluar dari mulut yang satu dan dibalas oleh yang lain. Hingga Flarion pun berdiri dan berseru,’ Aku akan bertempur dengan atau tanpa kalian! Kalian tahu mengapa aku mau bertempur? Awalnya aku selalu berkata mau bertempur untuk orang – orang yang aku cintai dan untuk kebenaran tapi kenyataannya aku salah. Aku bertempur untuk diriku sendiri agar aku dicintai, dihormati dan diagungkan. Itulah sebabnya, aku selalu memenangkan pertempuran dengan kekuatanku sendiri hingga aku lupa seharusnya aku mengandalkan Dia yang memberi aku kekuatan, Dia yang memberi kita semua kehidupan. Aku baru sadar semuanya itu ketika aku dikalahkan dan berjumpa dengan Nya semalam.’
Para Raja pun saling berpandangan dengan bingung hingga Ferishia membuka suara,’ Dia yang kau maksud itu, The One, Sang Pencipta Langit dan Bumi ini pada awalnya?’
Flarion tersenyum dan menjawab,’ Dia adalah sosok Maka Kuasa, Kudus dan Mulia yang mampu memperkenalkan dirinya sendiri karena memang tidak ada satupun di alam semesta ini yang mampu menjelaskan siapa Dia dan pantas dibandingkan dengan nama Nya.’ Semua Raja itu terpana melihat kewibawaan dan karisma yang entah darimana terpancar dari seorang Flarion yang pada masa mudanya hanyalah seorang pencuri itu.
‘Jadi apa keputusan kalian?’ Tantang Flarion,’ Bertempur di pihak Sang Penguasa Semesta Alam atau sembunyi dalam cangkang kalian masing – masing seperti kura – kura hanya karena kita kalah jumlah dibanding Pasukan Kegelapan? Apa tidak ada nilai – nilai kebenaran sedikit pun di hati kalian daripada hanya sekedar mempertahankan eksistensi dan kemuliaan Bangsa kalian masing – masing?’
Semua hening, tanpa ada jawaban.
Bab 92. Pertempuran Terakhir (1)
Pegunungan Putih bergetar hebat. Ratusan Ribu Pasukan Tengkorak, Goblin dan Vampir menyerang dengan kekuatan penuh dipimpin langsung oleh Garanox sendiri beserta 3 Jenderal Tengkorak, 4 Jenderal Goblin dan 3 Jenderal Vampir. Semua Pemimpin besar Pasukan Kegelapan hadir dalam pertempuran menghancurkan Bangsa Serangga. Pasukan Serangga hanya berjumlah ribuan setelah mengalami pertarungan demi pertarungan dan mereka kalah jumlah sangat besar dengan Pasukan Kegelapan. Satu berbanding seratus namun Bangsa Serangga terus bertahan di liang – liangnya yang sempit dan gelap. Dengan begitu mereka dapat bertahan lebih lama sebelum akhirnya harus musnah juga karena kalah jumlah yang demikian besar.
RedTail tewas dalam pertarungan singkat melawan 3 Jenderal Tengkorak sekaligus dan akhirnya harus mati di bawah jurus ribuan panah Azor The Star Arrow, salah satu Jenderal Tengkorak. Agarach juga tidak dapat bertahan lama melawan 4 Jenderal Goblin sekaligus dan akhirnya tewas ditusuk oleh pedang hitam Ackar The Black Sword, salah satu Jenderal Bangsa Goblin. Jenderal – jenderal Pasukan Kegelapan ini tidak dapat dihentikan oleh siapapun. Arachea, Sang Ratu serangga sendiri terluka parah ketika menghadapi Garanox yang memiliki sihir luar biasa. The Black Orb pun berhasil direbut kembali oleh Garanox tetapi pada saat bersamaan terdengar terompet panjang menandakan bala bantuan untuk Bangsa Serangga telah tiba.
Seorang manusia meniup terompet dari perak dengan tangan kirinya karena telapak kanan nya telah putus. Di sisinya ada seorang wanita penyihir yang telah kehilangan lengan kanannya dan memegang tongkat sihir dengan tangan kirinya. Lalu ada juga seekor Naga buruk rupa yang sedang terluka sayapnya. Flarion, Lyrian dan Mistyx, hanya mereka bertiga yang berseda menjadi bala bantuan dan siap menghadapi Pasukan Kegelapan untuk mencegah jatuhnya The Black Orb, orb terakhir yang diincar Garanox untuk membangkitkan Lord of Darkness.
Jauh di belakang mereka, 5000 Pasukan Bangsa Manusia tidak berani menyerang, 2000 Pasukan Peri hanya bisa berdiam diri untuk menyaksikan kehancuran Bangsa Serangga, 3000 Pasukan Goblin memilih untuk tidak ikut campur urusan Bangsa lain dan 5000 Pasukan Mermaid memilih menunggu saat yang lebih tepat di kemudian hari. Tidak ada satu pun yang mau maju melawan Pasukan Kegelapan selain daripada 3 makhluk cacat dan dalam keadaan belum pulih benar.
Flarion tersenyum ketika Pasukan Kegelapan melihat mereka bertiga dan mulai tertawa meremehkan. Sungguh hal lucu yang baru pertama kali muncul di medan perang di mana ratusan ribu Pasukan Kegelapan ditantang 3 makhluk cacat. Namun Flarion tetap tersenyum. Ia teringat akan pertarungan di Padang Celestar di masa yang telah lalu. Flarion berbisik kepada teman – temannya,’ Kekuatan tidak terletak pada pedang, sihir atau jumlah prajurit yang banyak. Kekuatan itu berada dalam keyakinan dan penyerahan diri seutuhnya hanya kepada Sang Maha Kuasa karena Dia adalah sumber kekuatan. Jadi apa lagi yang kita tunggu? Mari kita tunjukkan kekuatan tanpa batas kepada mereka yaitu keberanian dan keteguhan hati. Maju sahabat – sahabatku! Kita berikan mereka perlawanan yang tidak akan pernah dilupakan oleh sejarah!’ Flarion berteriak penuh semangat dan berlari maju. Disusul Lyrian dan Mistyx di belakangnya. Semangat mereka bagai sebuah nyala lilin kecil di tengah kegelapan malam yang pekat.
Pasukan Kegelapan tertawa melihat ketiganya mendekat. Mereka bahkan tidak membuat dinding pertahanan. Mereka tertawa dan terus tertawa. Hingga cahaya itu muncul. Cahaya kemuliaan yang lebih terang dari matahari, memaksa setiap gelak tawa untuk berhenti dan menggantikannya dengan perasaan gentar sekaligus takjub. Setiap lutut Pasukan Kegelapan gemetar. Mereka berteriak panik. Flarion, Lyrian maupun Mistyx sendiri tidak menyadari kehadiran cahaya tersebut. Mereka hanya terus maju dan bertempur sebagaimana biasanya tanpa menyadari setiap lawan yang dihadapinya kehilangan nyali untuk bertarung lebih lanjut. Kebanyakan dari pasukan kegelapan hanya dapat menjatuhkan senjata dan membelakangi Flarion yang seperti malaikat pencabut nyawa dengan pisau pendek di tangan kirinya. Sihir Lyrian pun terus bertambah kuat dan semakin mematikan. Mistyx pun tidak mau kalah, walau ia telah kehilangan sayap untuk terbang tetapi sapuan ekor dan hembusan kabut beracunnya membuat Pasukan Kegelapan semakin kalang kabut.
Kengerian semakin menghancurkan Pasukan Kegelapan ketika cahaya itu mulai menyebar dan merebak kemana - mana. Pasukan Kegelapan seperti dibutakan oleh cahaya yang luar biasa terang sehingga mereka mulai berlarian dalam keadaan yang kacau balau sementara ketakutan akan kematian terus saja mengintai. Maka tidak heran jika mereka semua menjadi saling injak dan saling bunuh tanpa bisa membedakan mana kawan dan mana yang lawan. Seruan dan arahan dari Garanox maupun Jenderal Goblin, Tengkorak, Vampir tidak lagi mendapat perhatian dari ratusan ribu pasukan yang telah kehilangan nyali itu. Sementara itu ribuan Pasukan Manusia, Peri, Mermaid, Kurcaci hanya bisa melongo menyaksikan bagaimana 3 makhluk berhasil menggempur habis ratusan ribu Pasukan Kegelapan dan membuat Garanox menjadi seperti pencundang.
Maka dimulai dari seorang prajurit manusia yang bahkan tidak dikenal namanya dengan berani berlari maju ke medan tempur tanpa dikomando oleh raja maupun Jenderalnya. ‘Tiga makhluk dapat memukul mundur Pasukan Kegelapan maka empat dapat meruntuhkan mereka untuk selamanya,’ Teriak Sang Prajurit muda itu. ‘Bukan empat tapi lima!’ Seru Prajurit manusia di sebelahnya yang ikut berlari maju ke medan tempur. ‘Enam!’ Seru seorang lagi. ‘Tujuh!’ seru yang lain. Maka sepersekian detik kemudian gemuruh sorak sorai muncul di barisan Pasukan Bangsa Manusia yang berlari maju ke medan tempur bagai air bah yang menghanyutkan setiap lawan – lawannya. Bangsa Peri yang melihat Bangsa Manusia mulai maju maka membulatkan tekad untuk berperang kembali. Bangsa Mermaid pun segera menurunkan pasukannya untuk membantu. Bangsa Kurcaci pun akhirnya segera meniup terompet perangnya. Persekutuan Bangsa Manusia, Peri, Kurcaci, Mermaid pun dimulai dalam sebuah pertarungan terakhir yang penghabisan melawan Pasukan Kegelapan.
Bab 93. Pertempuran Terakhir (2)
Pasukan Kegelapan seperti jatuh ditimpa tangga. Belum lagi mereka berhasil mengatur barisan akibat cahaya yang membutakan dan menebarkan teror demikian dashyat, terompet perang lain sudah dibunyikan dan ribuan prajurit Manusia, Peri, Kurcaci dan Mermaid menyerang dengan kekuatan penuh. Tanpa penglihatan maka sia – sia saja Pasukan Kegelapan berusaha untuk bertahan. Mereka bahkan tidak tahu dari arah mana serangan itu berasal dan sebagian besar dari mereka bahkan sudah menjatuhkan pedang dan perisainya agar dapat melarikan diri lebih cepat. Maka tidak sulit bagi Sekutu Manusia dan yang lainnya itu untuk mengepung Pasukan Kegelapan dan terus merapat untuk mendesak mereka. Pasukan Kegelapan tidak sanggup untuk melawan lebih jauh lagi.
Sementara itu, Lyrian seorang diri tengah bertarung dengan 3 Jenderal Tengkorak yang perkasa. Azor, The Star Arrow menyerang terlebih dahulu dengan menghujani Lyrian dengan ratusan anak panah sehingga mustahil rasanya Lyrian dapat lolos. Namun entah bagaimana, bumi tiba – tiba menelan Lyrian dalam sebuah gempa kecil dan melindunginya dari serangan hujan panah. Belum lagi Para Tengkorak itu pulih dari rasa terkejut mereka, Lyrian sudah merapal mantera dari dalam bumi dan ‘Root Cast’ nya langsung bekerja. Ketiga Jenderal Tengkorak dibelit oleh akar pohon yang muncul dari dalam tanah hingga tak berkutik. Namun Abagar, The Giant Skull memiliki kekuatan seperti raksasa dan kebal senjata tajam. Ia langsung mengerahkan kekuatan maksimumnya dan merobek – robek akar yang membelitnya. Lyrian yang telah muncul lagi ke permukaan segera melontarkan mantera ‘Stone Cast’ dan mengubah Abagar menjadi batu. Namun saat Lyrian akan menyerang Abakar kembali, Azor sudah berhasil membebaskan diri dan memanah Lyrian dengan panah bintang yang paling mematikan. Pada saat di ujung tanduk itulah. Lyrian tersandung akarnya dan terjatuh ke tanah sehingga bidikan panah bintang Azor meleset bahkan malah dengan tepat menancap di mata kiri Abagar yang masih membatu. Abagar langsung menjerti panjang dan roboh kehilangan nyawa. Seluruh tubuh Abagar kebal akan senjata namun mata adalah kelemahan vital yang sangat mematikan baginya.
Gorax, The Claw, Jenderal Tengkorak yang lainnya juga telah berhasil membebaskan diri dari belitan akar Lyrian dan langsung menyerang dari arah samping sementara Azor masih terpana karena panahnya tidak mengenai sasaran bahkan malah membunuh temannya sendiri. Lyrian segera menahan serangan Gorax dengan tongkatnya namun cakar tengkorak itu begitu kuat sehingga tongkat Lyrian pun patah menjadi dua. Gorax yang melihat si penyihir telah kehilangan tongkat maka langsung berpikir bahwa lawannya sudah tidak berdaya. Gorax adalah makhluk tengkorak yang mata keranjang dan ketika melihat Lyrian muda yang cantik tanpa senjata maka hatinya langsung tergiur untuk mempermainkannya. Gorax pun langsung menerjang maju namun bukan untuk menghabisi lawannya melainkan untuk membuka busana wanita di hadapannya. Lyrian yang sangat terkejut akan perbuatan Gorax langsung merapal mantera’Thunder Cast’ dengan tangan kirinya dengan kekuatan penuh. Gorax terkejut setengah mati karena tidak menyangka mangsanya masih dapat menyerang dan tidak dapat menghindar. Gorax mati karena serangan fatal Thunder Cast Lyrian yang memang dapat dilakukan tanpa tongkat sihir, tidak seperti mantera lainnya. Azor yang melihat kedua temannya telah kalah oleh seorang wanita penyihir berlengan satu mulai gemetar ketakutan. Maka ia pun memilih melarikan diri dari medan perang. Lyrian juga tidak mengejarnya karena tubuhnya masih terasa lemas akibat mantera yang dilakukan berturut – turut dan nyawanya hampir saja melayang.
Bab 94. Pertempuran Terakhir (3)
Pada saat bersamaan, di sisi lain pula, Mistyx harus berhadapan dengan 3 Pemimpin Vampir: Alanar, The Shadow Bat; Baticar, The Night Hunter dan Vampus, The Dark Wing. Mistyx tidak menyia – nyiakan kesempatan untuk melancarkan serangan pertama dan ia memiliki keutungan dengan serangan asap beracun yang merupakan serangan area sehingga dapat menyerang ketiga lawannya sekaligus. Namun Pemimpin para Vampir ini bukan makhluk sembarangan. Serangan Mistyx hanya dapat memukul mundur mereka untuk sementara, menghindar dengan terbang ke udara. Namun sedetik kemudian serangan balasan pun dimulai. Alanar langsung merubah dirinya menjadi kelalawar hitam raksasa yang besarnya 2 kali Mistyx dan menyerang dengan kecepatan luar biasa. Mistyx tidak takut dan langsung menyerang dengan cakarnya namun sungguh di luar dugaan serangan Mistyx menembus tubuh Alanar dan hanya berhasil mencakar angin sementara serangan Alanar berhasil menggores punggung Mistyx walau tidak fatal. Namun celakanya Vampus juga ikut melancarkan serangan dan sayapnya langsung membesar lalu membungkus seluruh tubuh Mistyx. Sayap Vampus sangat lentur seperti karet sehingga sia – sia Mistyx berusaha membebaskan diri. Cakar tajamnya sama sekali tidak berguna karena tidak dapat merobek sayap Vampus, The Dark Wing. Mistyx pun mulai lemas karena kehabisan nafas.
Vampus tersenyum penuh kemenangan ketika melihat gerakan lawannya mulai berkurang. Ia tahu lawannya pasti sudah hampir mati lemas kehabisan udara di dalam belitan sayapnya. Namun ketika gerakan itu sudah terhenti sama sekali, tiba – tiba jantung Vampus berdetak keras dan ia merasa aliran darahnya menjadi kacau. Wajah Vampus langsung berubah menjadi pucat karena tubuhnya mulai merasa sakit dan semua ini adalah gejala dari keracunan. Tapi bagaimana mungkin? Tiba – tiba dari bungkusan sayapnya sendiri ada gerakan dashyat yang memberontak keluar. Vampus setengah mati berusaha menahan makhluk itu untuk tetap berada di dalam sayapnya. Tapi tidak untuk waktu lama karena sedetik kemudian sayap Vampus langsung terkoyak – koyak dan dari dalam keluarnya Naga Badai Topan beracun berwarna hitam dan emas yang membaur menjadi satu. Naga itu memiliki sisik tajam seperti duri beracun yang mencancap di seluruh bagian sayap maupun lengan Vampus yang menyatu dengan sayapnya itu. Dari sanalah Sang Naga menyebarkan racunnya ke jantung dan seluruh aliran darah Vampus.
Ketiga Pemimpin Vampir langsung berubah pucat karena lawan mereka tidak sama seperti sebelumnya. Energi yang terpancar dari dalam tubuh Sang Naga luar biasa besar. Sayapnya berkilauan bagai matahari, Seluruh tubuhnya terlindung oleh sisik emas - permata yang tebal dan berduri racun, Nafasnya badai beracun yang dashyat dan ekornya mengandung sengatan halilintar. Inilah Mistyx baru, Putera Agair, sang Naga Langit yang telah bertransformasi mencapai bentuknya yang paling sempurna. Sang Naga Langit telah terlahir kembali.
Ia meraung dashyat dan langsung menciutkan hati ketiga lawannya. Mistyx membuka mulutnya dan menyeburkan gulungan topan beracun yang dashyat. Alanar dan Baticar langsung terbang menghindar namun Vampus yang sudah kehilangan sayapnya tidak dapat bergerak secepat yang lainnya. Ia pun terbawa gulungan topan dan tercabik cabik bahkan hingga tulang – tulangnya pun musnah, meleleh terkena racun Sang Naga. Melihat temannya tewas begitu mengerikan Alanar dan Baticar langsung melarikan diri. Baticar langsung menggunakan jurus ‘Eclipse’ nya dan menyebabkan keadaan di sekitar Mistyx menjadi gelap gulita. Biasanya jurus ini digunakan untuk membunuh lawan ketika lawan sedang dalam keadaan tidak dapat melihat namun kali ini berbeda. Baticar lebih memilih untuk kabur. Namun rencana kaburnya menjadi berantakan karena tiba – tiba angin di sekitar Baticar maupun Alanar terhisap oleh sesuatu.
Alanar dan Baticar berteriak panik ketika mengetahui Mistyx tengah menghisap udara di sekitarnya. Alanar maupun Baticar ikut terhisap malah semakin mendekati sang Naga. Sia – sia mereka sekuat tenaga berusaha terbang menjauh dan setidaknya bertahan untuk tidak ikut terhisap. Tak lama kemudian tenaga kedua Vampir ini pun habis dan langsung terhisap ke arah Mistyx. Tubuh Mistyx tiba – tiba melepaskan duri – duri beracun yang menusuk mereka berdua dan ketika mereka sudah berada dalam jangkauan tangan Mistyx, maka sebuah cakar naga mengayun dan memukul keduanya hingga menghantam bumi dengan tulang belulang yang remuk. Tanpa harus menunggu lama sebuah pukulan ekor sekuat halilintar langsung menghabisi keduanya bahkan sebelum mereka sempat berteriak kesakitan. Mistyx pun meraung penuh kemenangan dan berkilauan di angkasa.
Bab 95. Pertempuran Terakhir (4)
Pasukan Goblin yang kacau balau sedang berusaha mengatur barisan di sisi luar sementara pasukan – pasukan musuh mulai mendekat dari segala arah. Pasukan Manusia, Peri, Kurcaci hingga Mermaid pun terlibat dalam pertarungan dashyat di zaman ini. Maka Bangsa Goblin pun mulai membagi diri menjadi 4 pasukan yang masing – masing dipimpin ke -4 Jenderal yang tersisa; Ackar The Black Sword; Homatz, The Silent death; Narnot, The Haunt Whisper dan Mek’Odar, The Blood Claw. Sementara itu Raja Agastya dari Bangsa Manusia, Raja Frenor dari Bangsa Mermaid, Raja Grobin dari Bangsa Kurcaci dan Ketua Dewan Peri, Ferishia juga sudah bersiap – siap menghadapi Pasukan Kegelapan.
Agastya harus berhadapan dengan Ackar. Pedang Hitam Ackar sangat beracun sehingga barangsiapa yang tergores sedikit saja maka sudah dapat dipastikan nyawanya pasti akan melayang. Namun Agastya tidak tampak kuatir sedikit pun. Ia menatap Ackar dengan sorot mata tajam, penuh dengan wibawa. Ackar pun tidak mau berlama – lama menunggu lawannya. Ia segera memulai serangan pedang hitam yang mematikan di mana tiba – tiba saja pedang Ackar berubah menjadi ribuan dan mengepung rapat sang Raja Manusia. Agastya pun langsung menghunus pedangnya dan seketika itu juga cahaya berkilauan muncul dari pedang tersebut dan memancar ke empat penjuru mata angin. Ackar terkejut setengah mati karena cahaya itu langsung mengeliminasi serangan pedang hitam Ackar sekaligus racunnya. Pedang Pusaka empat penjuru merupakan gabungan dari pedang Utara, Barat, Selatan dan Timur ke -4 Jenderal Manusia yang tewas dan telah disatukan kembali. Kini Pedang itu terlahir kembali di tangan Agastya. Ackar kini yang terdesak hebat karena Pedang Agastya terus memancarkan cahaya warna – warni yang menyilaukan sekaligus mengeliminasi racun di pedang Ackar yang merupakan andalan utamanya. Lama kelamaan pedang Ackar mulai berubah warna menjadi putih pertanda racun pedangnya mulai pudar. Hal ini membuat Ackar semakin panik dan banyak melakukan kesalahan fatal hingga akhirnya ia tewas di tangan Agastya yang masih muda itu.
Di sisi lain Raja Mermaid Fernor harus berhadapan dengan Homatz. Fernor sempat kewalahan karena entah kenapa tiba – tiba di seluruh tubuhnya mulai terluka kecil dan mengeluarkan darah padahal Homatz sama sekali diam tak bergerak. Maka Fernor pun mulai maju menyerang karena ia tahu semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menghabisi lawannya maka kekuatannya akan semakin berkurang di daratan dan belum lagi tubuhnya terus saja terluka entah oleh senjata atau sihir apa. Tapi Homatz pun tidak diam begitu saja ketika diserang. Ia bahkan menghindar dengan sangat lincah dari serangan Trisula Fernor. Akhirnya Fernor mengeluarkan jurus semburan airnya yang mengarah telak kepada Homatz. Namun serangan itu tertahan oleh sesuatu di antara mereka berdua dan tetesan air menunjukkan rahasia senjata Homatz. Ternyata di sekeliling Fernor telah dipasang benang tipis namun sangat tajam yang tidak kelihatan mata sehingga tiap kali Fernor bergerak maka benang – benang itu akan melukai Fernor dan akhirnya ia akan mati tanpa mengetahui senjata lawannya. Namun jurus air Fernor membuka rahasia itu karena air menempel pada benang dan membuatnya menjadi terlihat. Fernor pun menggunakan sabetan trisulanya untuk menghancurkan benang – benang Homatz. Karena rahasianya sudah ketahuan, Homatz menjadi panik dan langsung menggunakan benangnya sebagai senjata serangan langsung mengarah ke jantung Fernor. Saat itu juga Fernor langsung menggunakan semburan air ke arah Homatz. Semburan air Fernor berhasil menggulung benang Homatx dan malah mendorongnya kembali ke arah Homatz. Homatz pun berteriak kesakitan ketika dirinya dihantam semburan air sekaligus terbelit benangnya sendiri yang setajam pisau hingga akhirnya mati.
Raja Grobin dari Bangsa Kurcaci bertemu dengan Narnot, The Haunt Whisper. Namun tidak banyak yang dapat diceritakan dari pertarungan keduanya karena berlangsung sangat singkat. Grobin yang menggunakan kapak besar segera menuju ke arah Narnot yang sibuk membisikkan mantera kematian ke arah para kurcaci. Tapi tidak satu kurcaci pun tewas akibat mantera itu hingga akhirnya kepala Narnot sendiri yang lepas ditebas oleh kapak besar Grobin. Narnot yang tidak pernah menghadapi Bangsa Kurcaci sebelumnya tidak pernah menyadari bahwa setiap kurcaci memiliki pendengaran yang sangat buruk akibat terlalu banyak menggali di dalam tanah dan mendengar gema terowongan yang bising. Akibat kebisingan itu membuat Bangsa Kurcaci menjadi agak terganggu fungsi pendengarannya sehingga tidak heran jika mereka selalu berbicara keras satu sama lain seperti selalu ingin bertengkar dan tidak berbudaya. Namun hal inilah yang menyelamatkan mereka dari jurus bisikan maut Narnot yang mengandalkan suara bisikan untuk mematikan lawan.
Ferishia, Dewan yang paling kuat di Bangsa Peri pun harus berhadapan dengan Mek’ Odar, The Blood Claw. Namun pertarungan ini pun tidak lama karena setelah Ferishia mengetahui seluk beluk jurus Blood Claw maka sangat mudah untuk mengalahkan Mek’ Odar. Jurus Mek’ Odar sangat mengerikan karena ia sengaja melukai dirinya sendiri dan menggunakan darahnya yang membentuk cakar untuk menyerang lawan. Semakin banyak ia terluka dalam pertarungan maka serangan Mek’ Odar malah jadi semakin mematikan karena cakar yang terbentuk dari darahnya pun akan menjadi semakin banyak. Namun Ferishia yang menguasai jurus penyembuhan luka tidak menjadi panik. Daripada membuat musuh terluka, Ferishia malah memilih untuk menyembuhkan luka Mek’ Odar sehingga dengan demikian Mek’ Odar pun tidak dapat menyerangnya karena tubuhnya tidak mengeluarkan darah. Akhirnya Mek’ Odar dilumpuhkan dengan diikat oleh tali di sekujur tubuhnya tanpa harus dilukai sedikit pun.
Rapat Akbar Bangsa – bangsa pun dimulai. Raja Allastar yang baru, Agastya mewakili Bangsa manusia. Raja Mermaid, Fernor sepupu dari Leinor. Raja Kurcaci, Grobin yang baru saja kalah perang dari Pasukan Kegelapan dan kehilangan The Red Orb bersama dengan 2/3 pasukannya. Ferishia, pemimpin Dewan Bangsa Peri yang tersisa. Mereka semua mengadakan pertemuan dan Flarion hadir di tengah – tengah mereka. Telah seminggu lamanya ia tidak sadarkan diri sejak Mistyx membawanya menemui Pasukan Bangsa Manusia yang sedang menuju Atlantis. Telah banyak peritiwa yang terjadi seperti hancurnya Kota Bangsa Kurcaci dan direbutnya The Red Orb. Dan kini Pasukan Kegelapan sedang menuju ke dalam Pegunungan Putih untuk menghancurkan Bangsa Serangga dan merebut kembali The Black Orb. Rapat ini diadakan untuk mencapai kesepakatan untuk maju bertempur bersama atau mundur dan membiarkan Bangsa Serangga menanggung kehancurannya sendiri.
‘Kami tidak dapat bertempur lagi!’ Seru Ferishia, Dewan Bangsa Peri memberikan pernyataan,’ Kami sudah kehilangan Raja dan seluruh prajurit kami. Dalam perang ini, Bangsa Peri yang paling banyak dirugikan. Yang tersisa dari kami hanyalah rakyat peri yang tidak dapat berperang.’
‘Apa kalian pikir hanya kalian yang menderita?’ Tanya Fernor, Raja Bangsa Mermaid,’ Atlantis kami rusak berat. Raja dan Pangeran kami terbunuh serta kehilangan begitu banyak Pasukan. Lalu sekarang kami harus menuju Pegunungan Putih untuk bertempur sementara kalian semua bersantai? Kami ini Bangsa Mermaid dan tidak dapat bertempur di darat untuk waktu yang lama.’
Raja Agastya pun berdiri dan berseru,’ Bukan hanya kalian yang kehilangan Raja. Allastar juga dihancurkan dan kami kehilangan semua Jenderal yang pernah kami miliki. Jika Bangsa lain tidak mau bertempur maka untuk apa kami bertempur untuk serangga – serangga itu?’
‘Cukup! Aku sudah banyak membuang – buang waktu untuk pertemuan bodoh ini! Bangsa Kurcaci juga tidak akan bertempur untuk semua omong kosong ini. Kami bahkan belum sempat menyusun pasukan yang baru saja dihancurkan Garanox dan Pasukan Kegelapannya dan kalian sudah membuka mulut besar untuk memulai perang baru. Kalian semua bodoh!’ Teriak Grobin.
Kekacauan pun terjadi. Saling maki dan saling cerca keluar dari mulut yang satu dan dibalas oleh yang lain. Hingga Flarion pun berdiri dan berseru,’ Aku akan bertempur dengan atau tanpa kalian! Kalian tahu mengapa aku mau bertempur? Awalnya aku selalu berkata mau bertempur untuk orang – orang yang aku cintai dan untuk kebenaran tapi kenyataannya aku salah. Aku bertempur untuk diriku sendiri agar aku dicintai, dihormati dan diagungkan. Itulah sebabnya, aku selalu memenangkan pertempuran dengan kekuatanku sendiri hingga aku lupa seharusnya aku mengandalkan Dia yang memberi aku kekuatan, Dia yang memberi kita semua kehidupan. Aku baru sadar semuanya itu ketika aku dikalahkan dan berjumpa dengan Nya semalam.’
Para Raja pun saling berpandangan dengan bingung hingga Ferishia membuka suara,’ Dia yang kau maksud itu, The One, Sang Pencipta Langit dan Bumi ini pada awalnya?’
Flarion tersenyum dan menjawab,’ Dia adalah sosok Maka Kuasa, Kudus dan Mulia yang mampu memperkenalkan dirinya sendiri karena memang tidak ada satupun di alam semesta ini yang mampu menjelaskan siapa Dia dan pantas dibandingkan dengan nama Nya.’ Semua Raja itu terpana melihat kewibawaan dan karisma yang entah darimana terpancar dari seorang Flarion yang pada masa mudanya hanyalah seorang pencuri itu.
‘Jadi apa keputusan kalian?’ Tantang Flarion,’ Bertempur di pihak Sang Penguasa Semesta Alam atau sembunyi dalam cangkang kalian masing – masing seperti kura – kura hanya karena kita kalah jumlah dibanding Pasukan Kegelapan? Apa tidak ada nilai – nilai kebenaran sedikit pun di hati kalian daripada hanya sekedar mempertahankan eksistensi dan kemuliaan Bangsa kalian masing – masing?’
Semua hening, tanpa ada jawaban.
Bab 92. Pertempuran Terakhir (1)
Pegunungan Putih bergetar hebat. Ratusan Ribu Pasukan Tengkorak, Goblin dan Vampir menyerang dengan kekuatan penuh dipimpin langsung oleh Garanox sendiri beserta 3 Jenderal Tengkorak, 4 Jenderal Goblin dan 3 Jenderal Vampir. Semua Pemimpin besar Pasukan Kegelapan hadir dalam pertempuran menghancurkan Bangsa Serangga. Pasukan Serangga hanya berjumlah ribuan setelah mengalami pertarungan demi pertarungan dan mereka kalah jumlah sangat besar dengan Pasukan Kegelapan. Satu berbanding seratus namun Bangsa Serangga terus bertahan di liang – liangnya yang sempit dan gelap. Dengan begitu mereka dapat bertahan lebih lama sebelum akhirnya harus musnah juga karena kalah jumlah yang demikian besar.
RedTail tewas dalam pertarungan singkat melawan 3 Jenderal Tengkorak sekaligus dan akhirnya harus mati di bawah jurus ribuan panah Azor The Star Arrow, salah satu Jenderal Tengkorak. Agarach juga tidak dapat bertahan lama melawan 4 Jenderal Goblin sekaligus dan akhirnya tewas ditusuk oleh pedang hitam Ackar The Black Sword, salah satu Jenderal Bangsa Goblin. Jenderal – jenderal Pasukan Kegelapan ini tidak dapat dihentikan oleh siapapun. Arachea, Sang Ratu serangga sendiri terluka parah ketika menghadapi Garanox yang memiliki sihir luar biasa. The Black Orb pun berhasil direbut kembali oleh Garanox tetapi pada saat bersamaan terdengar terompet panjang menandakan bala bantuan untuk Bangsa Serangga telah tiba.
Seorang manusia meniup terompet dari perak dengan tangan kirinya karena telapak kanan nya telah putus. Di sisinya ada seorang wanita penyihir yang telah kehilangan lengan kanannya dan memegang tongkat sihir dengan tangan kirinya. Lalu ada juga seekor Naga buruk rupa yang sedang terluka sayapnya. Flarion, Lyrian dan Mistyx, hanya mereka bertiga yang berseda menjadi bala bantuan dan siap menghadapi Pasukan Kegelapan untuk mencegah jatuhnya The Black Orb, orb terakhir yang diincar Garanox untuk membangkitkan Lord of Darkness.
Jauh di belakang mereka, 5000 Pasukan Bangsa Manusia tidak berani menyerang, 2000 Pasukan Peri hanya bisa berdiam diri untuk menyaksikan kehancuran Bangsa Serangga, 3000 Pasukan Goblin memilih untuk tidak ikut campur urusan Bangsa lain dan 5000 Pasukan Mermaid memilih menunggu saat yang lebih tepat di kemudian hari. Tidak ada satu pun yang mau maju melawan Pasukan Kegelapan selain daripada 3 makhluk cacat dan dalam keadaan belum pulih benar.
Flarion tersenyum ketika Pasukan Kegelapan melihat mereka bertiga dan mulai tertawa meremehkan. Sungguh hal lucu yang baru pertama kali muncul di medan perang di mana ratusan ribu Pasukan Kegelapan ditantang 3 makhluk cacat. Namun Flarion tetap tersenyum. Ia teringat akan pertarungan di Padang Celestar di masa yang telah lalu. Flarion berbisik kepada teman – temannya,’ Kekuatan tidak terletak pada pedang, sihir atau jumlah prajurit yang banyak. Kekuatan itu berada dalam keyakinan dan penyerahan diri seutuhnya hanya kepada Sang Maha Kuasa karena Dia adalah sumber kekuatan. Jadi apa lagi yang kita tunggu? Mari kita tunjukkan kekuatan tanpa batas kepada mereka yaitu keberanian dan keteguhan hati. Maju sahabat – sahabatku! Kita berikan mereka perlawanan yang tidak akan pernah dilupakan oleh sejarah!’ Flarion berteriak penuh semangat dan berlari maju. Disusul Lyrian dan Mistyx di belakangnya. Semangat mereka bagai sebuah nyala lilin kecil di tengah kegelapan malam yang pekat.
Pasukan Kegelapan tertawa melihat ketiganya mendekat. Mereka bahkan tidak membuat dinding pertahanan. Mereka tertawa dan terus tertawa. Hingga cahaya itu muncul. Cahaya kemuliaan yang lebih terang dari matahari, memaksa setiap gelak tawa untuk berhenti dan menggantikannya dengan perasaan gentar sekaligus takjub. Setiap lutut Pasukan Kegelapan gemetar. Mereka berteriak panik. Flarion, Lyrian maupun Mistyx sendiri tidak menyadari kehadiran cahaya tersebut. Mereka hanya terus maju dan bertempur sebagaimana biasanya tanpa menyadari setiap lawan yang dihadapinya kehilangan nyali untuk bertarung lebih lanjut. Kebanyakan dari pasukan kegelapan hanya dapat menjatuhkan senjata dan membelakangi Flarion yang seperti malaikat pencabut nyawa dengan pisau pendek di tangan kirinya. Sihir Lyrian pun terus bertambah kuat dan semakin mematikan. Mistyx pun tidak mau kalah, walau ia telah kehilangan sayap untuk terbang tetapi sapuan ekor dan hembusan kabut beracunnya membuat Pasukan Kegelapan semakin kalang kabut.
Kengerian semakin menghancurkan Pasukan Kegelapan ketika cahaya itu mulai menyebar dan merebak kemana - mana. Pasukan Kegelapan seperti dibutakan oleh cahaya yang luar biasa terang sehingga mereka mulai berlarian dalam keadaan yang kacau balau sementara ketakutan akan kematian terus saja mengintai. Maka tidak heran jika mereka semua menjadi saling injak dan saling bunuh tanpa bisa membedakan mana kawan dan mana yang lawan. Seruan dan arahan dari Garanox maupun Jenderal Goblin, Tengkorak, Vampir tidak lagi mendapat perhatian dari ratusan ribu pasukan yang telah kehilangan nyali itu. Sementara itu ribuan Pasukan Manusia, Peri, Mermaid, Kurcaci hanya bisa melongo menyaksikan bagaimana 3 makhluk berhasil menggempur habis ratusan ribu Pasukan Kegelapan dan membuat Garanox menjadi seperti pencundang.
Maka dimulai dari seorang prajurit manusia yang bahkan tidak dikenal namanya dengan berani berlari maju ke medan tempur tanpa dikomando oleh raja maupun Jenderalnya. ‘Tiga makhluk dapat memukul mundur Pasukan Kegelapan maka empat dapat meruntuhkan mereka untuk selamanya,’ Teriak Sang Prajurit muda itu. ‘Bukan empat tapi lima!’ Seru Prajurit manusia di sebelahnya yang ikut berlari maju ke medan tempur. ‘Enam!’ Seru seorang lagi. ‘Tujuh!’ seru yang lain. Maka sepersekian detik kemudian gemuruh sorak sorai muncul di barisan Pasukan Bangsa Manusia yang berlari maju ke medan tempur bagai air bah yang menghanyutkan setiap lawan – lawannya. Bangsa Peri yang melihat Bangsa Manusia mulai maju maka membulatkan tekad untuk berperang kembali. Bangsa Mermaid pun segera menurunkan pasukannya untuk membantu. Bangsa Kurcaci pun akhirnya segera meniup terompet perangnya. Persekutuan Bangsa Manusia, Peri, Kurcaci, Mermaid pun dimulai dalam sebuah pertarungan terakhir yang penghabisan melawan Pasukan Kegelapan.
Bab 93. Pertempuran Terakhir (2)
Pasukan Kegelapan seperti jatuh ditimpa tangga. Belum lagi mereka berhasil mengatur barisan akibat cahaya yang membutakan dan menebarkan teror demikian dashyat, terompet perang lain sudah dibunyikan dan ribuan prajurit Manusia, Peri, Kurcaci dan Mermaid menyerang dengan kekuatan penuh. Tanpa penglihatan maka sia – sia saja Pasukan Kegelapan berusaha untuk bertahan. Mereka bahkan tidak tahu dari arah mana serangan itu berasal dan sebagian besar dari mereka bahkan sudah menjatuhkan pedang dan perisainya agar dapat melarikan diri lebih cepat. Maka tidak sulit bagi Sekutu Manusia dan yang lainnya itu untuk mengepung Pasukan Kegelapan dan terus merapat untuk mendesak mereka. Pasukan Kegelapan tidak sanggup untuk melawan lebih jauh lagi.
Sementara itu, Lyrian seorang diri tengah bertarung dengan 3 Jenderal Tengkorak yang perkasa. Azor, The Star Arrow menyerang terlebih dahulu dengan menghujani Lyrian dengan ratusan anak panah sehingga mustahil rasanya Lyrian dapat lolos. Namun entah bagaimana, bumi tiba – tiba menelan Lyrian dalam sebuah gempa kecil dan melindunginya dari serangan hujan panah. Belum lagi Para Tengkorak itu pulih dari rasa terkejut mereka, Lyrian sudah merapal mantera dari dalam bumi dan ‘Root Cast’ nya langsung bekerja. Ketiga Jenderal Tengkorak dibelit oleh akar pohon yang muncul dari dalam tanah hingga tak berkutik. Namun Abagar, The Giant Skull memiliki kekuatan seperti raksasa dan kebal senjata tajam. Ia langsung mengerahkan kekuatan maksimumnya dan merobek – robek akar yang membelitnya. Lyrian yang telah muncul lagi ke permukaan segera melontarkan mantera ‘Stone Cast’ dan mengubah Abagar menjadi batu. Namun saat Lyrian akan menyerang Abakar kembali, Azor sudah berhasil membebaskan diri dan memanah Lyrian dengan panah bintang yang paling mematikan. Pada saat di ujung tanduk itulah. Lyrian tersandung akarnya dan terjatuh ke tanah sehingga bidikan panah bintang Azor meleset bahkan malah dengan tepat menancap di mata kiri Abagar yang masih membatu. Abagar langsung menjerti panjang dan roboh kehilangan nyawa. Seluruh tubuh Abagar kebal akan senjata namun mata adalah kelemahan vital yang sangat mematikan baginya.
Gorax, The Claw, Jenderal Tengkorak yang lainnya juga telah berhasil membebaskan diri dari belitan akar Lyrian dan langsung menyerang dari arah samping sementara Azor masih terpana karena panahnya tidak mengenai sasaran bahkan malah membunuh temannya sendiri. Lyrian segera menahan serangan Gorax dengan tongkatnya namun cakar tengkorak itu begitu kuat sehingga tongkat Lyrian pun patah menjadi dua. Gorax yang melihat si penyihir telah kehilangan tongkat maka langsung berpikir bahwa lawannya sudah tidak berdaya. Gorax adalah makhluk tengkorak yang mata keranjang dan ketika melihat Lyrian muda yang cantik tanpa senjata maka hatinya langsung tergiur untuk mempermainkannya. Gorax pun langsung menerjang maju namun bukan untuk menghabisi lawannya melainkan untuk membuka busana wanita di hadapannya. Lyrian yang sangat terkejut akan perbuatan Gorax langsung merapal mantera’Thunder Cast’ dengan tangan kirinya dengan kekuatan penuh. Gorax terkejut setengah mati karena tidak menyangka mangsanya masih dapat menyerang dan tidak dapat menghindar. Gorax mati karena serangan fatal Thunder Cast Lyrian yang memang dapat dilakukan tanpa tongkat sihir, tidak seperti mantera lainnya. Azor yang melihat kedua temannya telah kalah oleh seorang wanita penyihir berlengan satu mulai gemetar ketakutan. Maka ia pun memilih melarikan diri dari medan perang. Lyrian juga tidak mengejarnya karena tubuhnya masih terasa lemas akibat mantera yang dilakukan berturut – turut dan nyawanya hampir saja melayang.
Bab 94. Pertempuran Terakhir (3)
Pada saat bersamaan, di sisi lain pula, Mistyx harus berhadapan dengan 3 Pemimpin Vampir: Alanar, The Shadow Bat; Baticar, The Night Hunter dan Vampus, The Dark Wing. Mistyx tidak menyia – nyiakan kesempatan untuk melancarkan serangan pertama dan ia memiliki keutungan dengan serangan asap beracun yang merupakan serangan area sehingga dapat menyerang ketiga lawannya sekaligus. Namun Pemimpin para Vampir ini bukan makhluk sembarangan. Serangan Mistyx hanya dapat memukul mundur mereka untuk sementara, menghindar dengan terbang ke udara. Namun sedetik kemudian serangan balasan pun dimulai. Alanar langsung merubah dirinya menjadi kelalawar hitam raksasa yang besarnya 2 kali Mistyx dan menyerang dengan kecepatan luar biasa. Mistyx tidak takut dan langsung menyerang dengan cakarnya namun sungguh di luar dugaan serangan Mistyx menembus tubuh Alanar dan hanya berhasil mencakar angin sementara serangan Alanar berhasil menggores punggung Mistyx walau tidak fatal. Namun celakanya Vampus juga ikut melancarkan serangan dan sayapnya langsung membesar lalu membungkus seluruh tubuh Mistyx. Sayap Vampus sangat lentur seperti karet sehingga sia – sia Mistyx berusaha membebaskan diri. Cakar tajamnya sama sekali tidak berguna karena tidak dapat merobek sayap Vampus, The Dark Wing. Mistyx pun mulai lemas karena kehabisan nafas.
Vampus tersenyum penuh kemenangan ketika melihat gerakan lawannya mulai berkurang. Ia tahu lawannya pasti sudah hampir mati lemas kehabisan udara di dalam belitan sayapnya. Namun ketika gerakan itu sudah terhenti sama sekali, tiba – tiba jantung Vampus berdetak keras dan ia merasa aliran darahnya menjadi kacau. Wajah Vampus langsung berubah menjadi pucat karena tubuhnya mulai merasa sakit dan semua ini adalah gejala dari keracunan. Tapi bagaimana mungkin? Tiba – tiba dari bungkusan sayapnya sendiri ada gerakan dashyat yang memberontak keluar. Vampus setengah mati berusaha menahan makhluk itu untuk tetap berada di dalam sayapnya. Tapi tidak untuk waktu lama karena sedetik kemudian sayap Vampus langsung terkoyak – koyak dan dari dalam keluarnya Naga Badai Topan beracun berwarna hitam dan emas yang membaur menjadi satu. Naga itu memiliki sisik tajam seperti duri beracun yang mencancap di seluruh bagian sayap maupun lengan Vampus yang menyatu dengan sayapnya itu. Dari sanalah Sang Naga menyebarkan racunnya ke jantung dan seluruh aliran darah Vampus.
Ketiga Pemimpin Vampir langsung berubah pucat karena lawan mereka tidak sama seperti sebelumnya. Energi yang terpancar dari dalam tubuh Sang Naga luar biasa besar. Sayapnya berkilauan bagai matahari, Seluruh tubuhnya terlindung oleh sisik emas - permata yang tebal dan berduri racun, Nafasnya badai beracun yang dashyat dan ekornya mengandung sengatan halilintar. Inilah Mistyx baru, Putera Agair, sang Naga Langit yang telah bertransformasi mencapai bentuknya yang paling sempurna. Sang Naga Langit telah terlahir kembali.
Ia meraung dashyat dan langsung menciutkan hati ketiga lawannya. Mistyx membuka mulutnya dan menyeburkan gulungan topan beracun yang dashyat. Alanar dan Baticar langsung terbang menghindar namun Vampus yang sudah kehilangan sayapnya tidak dapat bergerak secepat yang lainnya. Ia pun terbawa gulungan topan dan tercabik cabik bahkan hingga tulang – tulangnya pun musnah, meleleh terkena racun Sang Naga. Melihat temannya tewas begitu mengerikan Alanar dan Baticar langsung melarikan diri. Baticar langsung menggunakan jurus ‘Eclipse’ nya dan menyebabkan keadaan di sekitar Mistyx menjadi gelap gulita. Biasanya jurus ini digunakan untuk membunuh lawan ketika lawan sedang dalam keadaan tidak dapat melihat namun kali ini berbeda. Baticar lebih memilih untuk kabur. Namun rencana kaburnya menjadi berantakan karena tiba – tiba angin di sekitar Baticar maupun Alanar terhisap oleh sesuatu.
Alanar dan Baticar berteriak panik ketika mengetahui Mistyx tengah menghisap udara di sekitarnya. Alanar maupun Baticar ikut terhisap malah semakin mendekati sang Naga. Sia – sia mereka sekuat tenaga berusaha terbang menjauh dan setidaknya bertahan untuk tidak ikut terhisap. Tak lama kemudian tenaga kedua Vampir ini pun habis dan langsung terhisap ke arah Mistyx. Tubuh Mistyx tiba – tiba melepaskan duri – duri beracun yang menusuk mereka berdua dan ketika mereka sudah berada dalam jangkauan tangan Mistyx, maka sebuah cakar naga mengayun dan memukul keduanya hingga menghantam bumi dengan tulang belulang yang remuk. Tanpa harus menunggu lama sebuah pukulan ekor sekuat halilintar langsung menghabisi keduanya bahkan sebelum mereka sempat berteriak kesakitan. Mistyx pun meraung penuh kemenangan dan berkilauan di angkasa.
Bab 95. Pertempuran Terakhir (4)
Pasukan Goblin yang kacau balau sedang berusaha mengatur barisan di sisi luar sementara pasukan – pasukan musuh mulai mendekat dari segala arah. Pasukan Manusia, Peri, Kurcaci hingga Mermaid pun terlibat dalam pertarungan dashyat di zaman ini. Maka Bangsa Goblin pun mulai membagi diri menjadi 4 pasukan yang masing – masing dipimpin ke -4 Jenderal yang tersisa; Ackar The Black Sword; Homatz, The Silent death; Narnot, The Haunt Whisper dan Mek’Odar, The Blood Claw. Sementara itu Raja Agastya dari Bangsa Manusia, Raja Frenor dari Bangsa Mermaid, Raja Grobin dari Bangsa Kurcaci dan Ketua Dewan Peri, Ferishia juga sudah bersiap – siap menghadapi Pasukan Kegelapan.
Agastya harus berhadapan dengan Ackar. Pedang Hitam Ackar sangat beracun sehingga barangsiapa yang tergores sedikit saja maka sudah dapat dipastikan nyawanya pasti akan melayang. Namun Agastya tidak tampak kuatir sedikit pun. Ia menatap Ackar dengan sorot mata tajam, penuh dengan wibawa. Ackar pun tidak mau berlama – lama menunggu lawannya. Ia segera memulai serangan pedang hitam yang mematikan di mana tiba – tiba saja pedang Ackar berubah menjadi ribuan dan mengepung rapat sang Raja Manusia. Agastya pun langsung menghunus pedangnya dan seketika itu juga cahaya berkilauan muncul dari pedang tersebut dan memancar ke empat penjuru mata angin. Ackar terkejut setengah mati karena cahaya itu langsung mengeliminasi serangan pedang hitam Ackar sekaligus racunnya. Pedang Pusaka empat penjuru merupakan gabungan dari pedang Utara, Barat, Selatan dan Timur ke -4 Jenderal Manusia yang tewas dan telah disatukan kembali. Kini Pedang itu terlahir kembali di tangan Agastya. Ackar kini yang terdesak hebat karena Pedang Agastya terus memancarkan cahaya warna – warni yang menyilaukan sekaligus mengeliminasi racun di pedang Ackar yang merupakan andalan utamanya. Lama kelamaan pedang Ackar mulai berubah warna menjadi putih pertanda racun pedangnya mulai pudar. Hal ini membuat Ackar semakin panik dan banyak melakukan kesalahan fatal hingga akhirnya ia tewas di tangan Agastya yang masih muda itu.
Di sisi lain Raja Mermaid Fernor harus berhadapan dengan Homatz. Fernor sempat kewalahan karena entah kenapa tiba – tiba di seluruh tubuhnya mulai terluka kecil dan mengeluarkan darah padahal Homatz sama sekali diam tak bergerak. Maka Fernor pun mulai maju menyerang karena ia tahu semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menghabisi lawannya maka kekuatannya akan semakin berkurang di daratan dan belum lagi tubuhnya terus saja terluka entah oleh senjata atau sihir apa. Tapi Homatz pun tidak diam begitu saja ketika diserang. Ia bahkan menghindar dengan sangat lincah dari serangan Trisula Fernor. Akhirnya Fernor mengeluarkan jurus semburan airnya yang mengarah telak kepada Homatz. Namun serangan itu tertahan oleh sesuatu di antara mereka berdua dan tetesan air menunjukkan rahasia senjata Homatz. Ternyata di sekeliling Fernor telah dipasang benang tipis namun sangat tajam yang tidak kelihatan mata sehingga tiap kali Fernor bergerak maka benang – benang itu akan melukai Fernor dan akhirnya ia akan mati tanpa mengetahui senjata lawannya. Namun jurus air Fernor membuka rahasia itu karena air menempel pada benang dan membuatnya menjadi terlihat. Fernor pun menggunakan sabetan trisulanya untuk menghancurkan benang – benang Homatz. Karena rahasianya sudah ketahuan, Homatz menjadi panik dan langsung menggunakan benangnya sebagai senjata serangan langsung mengarah ke jantung Fernor. Saat itu juga Fernor langsung menggunakan semburan air ke arah Homatz. Semburan air Fernor berhasil menggulung benang Homatx dan malah mendorongnya kembali ke arah Homatz. Homatz pun berteriak kesakitan ketika dirinya dihantam semburan air sekaligus terbelit benangnya sendiri yang setajam pisau hingga akhirnya mati.
Raja Grobin dari Bangsa Kurcaci bertemu dengan Narnot, The Haunt Whisper. Namun tidak banyak yang dapat diceritakan dari pertarungan keduanya karena berlangsung sangat singkat. Grobin yang menggunakan kapak besar segera menuju ke arah Narnot yang sibuk membisikkan mantera kematian ke arah para kurcaci. Tapi tidak satu kurcaci pun tewas akibat mantera itu hingga akhirnya kepala Narnot sendiri yang lepas ditebas oleh kapak besar Grobin. Narnot yang tidak pernah menghadapi Bangsa Kurcaci sebelumnya tidak pernah menyadari bahwa setiap kurcaci memiliki pendengaran yang sangat buruk akibat terlalu banyak menggali di dalam tanah dan mendengar gema terowongan yang bising. Akibat kebisingan itu membuat Bangsa Kurcaci menjadi agak terganggu fungsi pendengarannya sehingga tidak heran jika mereka selalu berbicara keras satu sama lain seperti selalu ingin bertengkar dan tidak berbudaya. Namun hal inilah yang menyelamatkan mereka dari jurus bisikan maut Narnot yang mengandalkan suara bisikan untuk mematikan lawan.
Ferishia, Dewan yang paling kuat di Bangsa Peri pun harus berhadapan dengan Mek’ Odar, The Blood Claw. Namun pertarungan ini pun tidak lama karena setelah Ferishia mengetahui seluk beluk jurus Blood Claw maka sangat mudah untuk mengalahkan Mek’ Odar. Jurus Mek’ Odar sangat mengerikan karena ia sengaja melukai dirinya sendiri dan menggunakan darahnya yang membentuk cakar untuk menyerang lawan. Semakin banyak ia terluka dalam pertarungan maka serangan Mek’ Odar malah jadi semakin mematikan karena cakar yang terbentuk dari darahnya pun akan menjadi semakin banyak. Namun Ferishia yang menguasai jurus penyembuhan luka tidak menjadi panik. Daripada membuat musuh terluka, Ferishia malah memilih untuk menyembuhkan luka Mek’ Odar sehingga dengan demikian Mek’ Odar pun tidak dapat menyerangnya karena tubuhnya tidak mengeluarkan darah. Akhirnya Mek’ Odar dilumpuhkan dengan diikat oleh tali di sekujur tubuhnya tanpa harus dilukai sedikit pun.
The Chronicle of Flarion (86-90) By: Junaidi Halim
Bab 86. Janji Sang Ksatria
‘Kerja bagus, Cephril,’ Kata Garanox melihat Cephril telah berhasil membunuh Leinor,’ Sekarang serahkan Orb Biru itu kepadaku!’
Cephril bangkit berdiri dan Knaurk juga telah siap untuk bertempur di belakangnya. Cephril memandang dengan tatapan benci kepada Garanox dan berseru menantang,’ Ambillah sendiri jika kau bisa merebutnya dariku!’
Garanox terkejut atas kelakuan Cephril dan Knaurk. ‘Pengkhianat busuk! Kubunuh kalian berdua!’ Seru Garanox sambil melontarkan cahaya hijau ke arah Cephril. Knaurk segera melontarkan halilintar sekuat tenaga untuk menghantam cahaya hijau sihir Garanox itu tetapi halilintar Knaurk hanya dapat mengurangi sedikit kekuatan sinar hijau itu. Cephril segera menahan cahaya itu dengan Trisulanya dan seketika itu juga Trisula Cephril patah menjadi dua. Serangan Garanox benar – benar dashyat.
Cephril dan Knaurk menjadi semakin ngeri dan tahu hidup mereka akan segera berakhir ketika dalam sekejap Garanox telah menciptakan ilusi. 100 Garanox telah mengelilingi mereka sambil mengarahkan tongkat sihirnya, The Darkness Scepter. Mereka tidak tahu mana Garanox yang asli dan dari mana serangan sebenarnya berasal. Dalam hitungan detik ratusan cahaya hijau meluncur dari segala arah. Detik selanjutnya Cephril dan Knaurk telah jatuh dengan tubuh hangus. Garanox tertawa kejam sambil membawa Orb biru dalam genggamannya.
Tapi pertarungan selanjutnya baru akan dimulai ketika Kong, Arachea, Redtail dan Agarach tiba di balairung istana dan menutup jalan keluar bagi Garanox.
‘Kau tidak bisa lari lagi, Penyihir busuk!’ Teriak Kong sambil memblokir pintu masuk balairung.
‘Bodoh! Kau pikir penyihir membutuhkan pintu untuk keluar masuk?’ Ejek Garanox sambil menciptakan portal. Ia bermaksud keluar dengan menggunakan teleport. Tapi sebuah serangan secepat kilat mengejutkan Garanox. Kong dengan berani mengarahkan pedangnya ke jantung Garanox.
Serangan itu membuat Garanox terpaksa membatalkan teleportnya dan segera mengerahkan kekuatan hitamnya untuk memblokir serangan Kong. Pedang itu langsung meleleh seperti mentega terkena sengatan panas mentari. Celaka bagi Kong yang terjebak karena serangan kilatnya dengan mudah dapat digagalkan oleh Garanox. Jarak Kong dan Garanox sudah terlalu dekat. Tanpa pedang, Kong sudah tidak ada harapan untuk dapat menyerang lagi dan Garanox sudah membaca mantera kembali. Angin Topan tiba – tiba saja bertiup dengan pusaran yang sangat kuat. Tongkat Garanox mengeluarkan cahaya hijau dan mengeluarkan angin yang luar biasa dashyatnya.
Arachea langsung membuat jaring laba – laba untuk mengikat dirinya sehingga tidak terhisap pusaran angin dan ikut tercabik – cabik. Redtail menggunakan ekornya untuk berpegangan pada sebuah tiang utama balairung istana sementara Agarach langsung menggali lubang dan masuk ke dalam tanah untuk bersembunyi dari amukan Sang Topan. Namun bagaimana dengan Kong? Serangan ini sangat fatal baginya karena jaraknya yang terlalu dekat dengan sumber sihir dan ia tidak memiliki alat untuk melarikan diri. Kong menerima dengan telak serangan itu. Tubuhnya terombang – ambing di udara, tercabik – cabik oleh kuatnya angin, tidak dapat bernafas dan terbentur – bentur oleh batu - batuan yang ikut terhisap oleh pusaran Topan Sihir Garanox.
Tiupan angin pun berhenti. Garanox telah hilang seketika. Ia berhasil melarikan diri dengan sihirnya. Arachea segera menghampiri Kong yang terjatuh, disusul oleh Redtail dan Agarach yang memburu untuk melihat keadaan Kong. Kong, Ksatria yang berani telah tewas. Sebagian besar tulangnya patah dan kulitnya tergores di sana – sini akibat ganasnya serangan Topan Garanox namun tangannya menggenggam sesuatu dengan erat. Sebuah bulatan hitam. Tak disangka saat Kong mendekati Garanox, ia memiliki rencana lain yaitu mencuri secara diam – diam The Black Orb. Garanox yang menyangka Kong maju untuk menyerang sama sekali tidak sadar salah satu Orbnya berhasil dicuri dari tangannya.
Arachea menunduk sedih namun dengan hormat memandang jenazah Kong dan berkata lirih,’ Hukumanmu sudah selesai, saudaraku Kong. Bangsa Manusia sudah menunjukkan kehormatanmu melalui keberanianmu dalam menepati janji. Sekarang The Black Orb akan kami jaga dengan seluruh nyawa kami. Kematianmu tidak akan sia – sia. Selamat jalan, Ksatria Serangga dari Bangsa Manusia, Kong.’
Bab 87. Orb yang Terkumpul
Garanox keluar dari Atlantis dengan kemenangan. The Blue Orb kini telah dimilikinya. Dengan begitu impiannya untuk membebaskan The Lord of Darkness akan segera menjadi kenyataan. Garanox segera mendekati Pasukan Manusia Serigala yang sudah berbaris di hadapannya dengan tatapan mata marah terutama WolfGod, The Master yang menyimpan kemarahan begitu besar kepada Garanox.
‘Lihat apa yang terjadi, penyihir busuk!’ Seru WolfGod,’ Kau katakan akan membantu kami dengan kekuatan sihir namun kau sama sekali tidak ikut bertempur bersama kami. Karena bergabung dalam Pasukan Kegelapanmu, Bangsa kami sudah kehilangan 5 Jenderalnya dan hanya aku yang tersisa. Lalu apa imbalan untuk kami? Hanya 2 bola aneh yang tidak ada artinya!’ WolfGod menunjukkan 2 orb, The White Orb dan The Green Orb milik Bangsa Peri yang sebelumnya dipegang Fleric.
Garanox tersenyum remeh memandang WolfGod seakan – akan tidak mendengar apa yang diserukan oleh Manusia Serigala itu. Garanox pun berkata,’ Serahkan Orb itu padaku!’
Merasa diremehkan, WolfGod pun langsung mengamuk dengan menyerang Garanox. Di bawah efek cahaya bulan dan kemarahan yang luar biasa, kekuatan WolfGod menjadi berlipat seratus kali lipat setingkat dewa. Serangannya benar- benar mengerikan. WolfGod melompat dan siap menerkam Garanox tetapi tiba – tiba serangn itu terhenti di udara. WolfGod mematung di udara dan tak bisa bergerak lebih jauh. Ada suatu kekuatan yang menahannya untuk terus bergantung di udara dalam keadaan melompat. Garanox pun segera berlutut dan seorang wanita muda muncul begitu saja dari udara.
Ia berpakaian jubah serba putih dengan lambang mata emas tercetak besar di jubahnya tersebut. Sebagian wajahnya tersembunyi di balik jubah sehingga hanya terlihat sebagian hidung, pipi dan mulutnya saja sementara matanya tersembunyi. Walau begitu dapat dipastikan wanita itu begitu cantik dan dingin, tanpa emosi. Ia berjalan dengan langkah ringan dan walaupun matanya tertutup jubah, sepertinya ia sama sekali tidak kesulitan untuk melihat keadaan di sekitarnya.
Garanox pun gemetar saat wanita itu mendekatinya dan mengucapkan salam,’ Terima hormat hamba, Watcher yang mulia!’
Wanita yang disebut The watcher itu pun tersenyum dan membalas,’ Garanox, sungguh tidak sia – sia ayahku melatih dirimu menjadi Mage terkuat dan kelak ramalanku akan terbukti bahwa kau akan menjadi penguasa dunia setelah kebangkitan Lord od Darkness.’ Garanox tersenyum bangga mendengar hal itu namun The Watcher meneruskan kata – katanya,’ Tapi... itu semua jika kau tetap setia padaku, Garanox. Jika tidak maka kau akan mengalami hal yang sama dengan Serigala – serigala ini!’
Entah bagaimana tiba – tiba lambang mata emas terbentuk di udara dan setiap Manusia Serigala yang melihat tanda itu langsung terbentuk lambang mata emas di dahinya masing – masing. Sedetik kemudian teriakan dan raungan terdengar keras di mana – mana. Manusia Serigala berguling – gulingan di pasir. Mereka memuntahkan darah dan suara tulang – tulang dipatahkan terdengar begitu jelas. Kulit mereka tercabik – cabik dengan sendirinya. Hal sama juga menimpa WolfGod yang masih tergantung di udara. Kekuatan setingkat dewa pun tetap tidak dapat menyelamtakan dirinya dari jurus ‘Eye of Doom’. Jurus yang sebelumnya hanya pernah digunakan oleh Sang Penguasa Kegelapan sendiri, The Lord of Darkness.
Garanox menelan ludahnya dengan gemetar menyaksikan kekuatan yang benar – benar mengerikan itu. The watcher melakukan kutukan demikian kuat tanpa memerlukan tongkat sihir apapun. Kekuatannya jauh di atas dirinya. Entah bagaimana Flinch dapat membesarkan anak yang begitu mengerikan seperti ini.
‘Hati – hati dengan pikiranmu, Garanox!’ Seru The Watcher,’ Mataku mungkin buta tetapi mata hatiku dapat membaca pikiran kotormu!’ Garanox langsung menyembah hingga mencium pasir ketika ditegur oleh The Watcher. Ia begitu ketakutan setengah mati. ‘Sekarang serahkan kepadaku Orb – orb yang sudah kaukumpulkan! Waktu kita terbatas. Saat Matahari lenyap ditelan Kegelapan, maka itu adalah satu – satunya waktu yang dapat membebaskan Sang Master. Jika kita gagal maka, kita harus menunggu ratusan tahun lagi dan kau tahu aku tidak pernah dapat mentolerir adanya kegagalan, bukan?’ Ancam The Watcher.
Garanox pun mengumpulkan Orb – orb yang telah dikumpulkannya. Dari 6 orb yang dibutuhkan, ia mengeluarkan The White dan Green Orb milik Bangsa Peri, The Yellow Orb milik Bangsa Manusia, The Blue Orb milik Bangsa Mermaid. Garanox terkejut setengah mati. Jantungnya terasa berhenti berdetak. The Black Orb miliki Bangsa Serangga tidak diketemukan di sakunya. Saat itulah, ia baru menyadari dirinya telah kehilangan The Black Orb. Tubuhnya gemetar dan memandang The Watcher dengan wajah pucat.
Bab 88. Kekalahan untuk Flarion
Flarion segera bergegas menuju Atlantis sambil menunggangi Mistyx, The Fog Terror. Di belakangnya ikut serta Jeff sementara Lyrian tetap tinggl di Allastar karena kehilangan sebelah tangannya. Flarion sebenarnya masih mengkuatirkan keadaan wanita itu karena selain keadaan fisiknya yang lemah, semangat juangnya juga lenyap karena keadaannya ayng cacat. Tetapi di lain pihak, Flarion juga kuatir dengan keadaan Fleric, Gnorr dan Bangsa Peri karena Garanox pasti telah menyiapkan sebuah pertempuran dashyat di Atlantis. Sayang sekali Flarion tidak pernah datang ke Atlantis sehingga ia tidak dapat melakukan teleport ke tempat itu. Bangsa Manusia juga tengah mempersiapkan diri untuk bergegas menuju Atlantis memberikan bantuan namun perjalanan itu pasti akan memakan waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, Flarion, Jeff dan Mistyx mendahului menuju Atlantis.
‘Awas serangan!’ Seru Jeff dan seketika itu juga cahaya sihir melesat dan menyerempet sayap Naga Mistyx. ‘Ayo kita mendarat dan menghajar si penyerang itu!’ Seru Jeff lagi.
Flarion sekilas menangkap keanehan tetapi ia tidak tahu dengan jelas. Baru kali ini, Flarion melihat Jeff bertindak begitu terburu – buru dan perasaannya mengatakan mereka sedang masuk ke dalam jebakan. Namun Mistyx sudah mengambil tindakan untuk mendarat dan mengejar si pelaku. Flarion tidak mempunyai pilihan selain ikut terlibat dalam pengejaran ini tetapi tidak untuk waktu yang lama karena si penyerang rupanya memang tidak pernah berniat untuk melarikan diri. Penyerang itu adalah Zork The Wizzard. Ia berdiri dengan seorang wanita di sebelahnya yang berada dalam keadaan terikat dan tak sadarkan diri. Wanita itu adalah Merry.
‘Lepaskan wanita itu, Zork!’ Seru Flarion dengan marah melihat Merry berada dalam cengkraman Pasukan Kegelapan.
Zork bukannya melepaskan Merry malah sengaja memeluk Merry lebih erat. Flarion menjadi semakin marah dan langsung melancarkan serangan ‘Iron Fist’ nya tetapi Zork juga dengan lincah dapat menghindar ke samping sambil meluncurkan serangan sihirnya. Flarion yang melihat Jeff bergerak maju secepat kilat berpikir Jeff akan membantunya menyerang Zork sehingga ia pun menggunakan perisai ‘Faith Armor’nya untuk menahan penuh kekuatan shir Zork. Namun Flarion tidak pernah mengira segala sesuatu berbalik menjadi bencana ketika Jeff tidak menyerang Zork melainkan memotong pergelangan tangan kanan Flarion.
Flarion berteriak sambil mati – matian menahan serangan sihir Zork dengan Faith armor sementara telapak tangan kanannya jatuh ke tanah dan bercucuran darah. Jeff pun langsung mengarahkan pedangnya ke leher Flarion tetapi untunglah Mistyx segera sadar dari rasa terkejutnya dan menghalangi Jeff dengan semburan kabut asap beracunnya. Mistyx segera melecutkan ekornya untuk memaksa Jeff menjauhi Flarion yang terluka. Setelah dapat mengatasi serangan sihir Zork, Flarion segera jatuh berlutut sambil tangan kirinya menggenggam erat pergelangan tangan kanannya. Ia merobek pakaian dan berusaha membalut tangannya tersebut untuk menghentikan pendarahan. Flarion melihat telapak tangan kanannya berubah menjadi merah membara dan terbakar. Kekuatan Phoenix yang tersimpan di telapak tangan kanannya mulai membebaskan diri. Flarion kehilangan telah kekuatan Phoenix nya.
Zork tersenyum licik ketika Jeff berhasil menghindari serangan Mistyx dan mundur ke samping Zork. ‘Bagaimana? Kalian heran mengapa Jeff yang kalian kenal tega melakukan hal ini?’ Tanya Zork tertawa senang,’ Kuberitahukan satu rahasia, Flarion. Jeff telah mati dan Sang Master telah menggunakan kekuatan Dark Soul Magic untuk mengambil alih tubuh Jeff. Dan aku sengaja memanfaatkan manusia kerdil yang bodoh agar Jeff terlihat lolos dari kematian. Aku juga mengorbankan dua pengkhianat manusia untuk meraih hasil yang lebih besar, yaitu The Yellow Orb dan nyawamu, Flarion. Jadi, sepertinya sandiwara ini memang berhasil, bukan?’
Kehilangan tangannya membuat Flarion tidak dapat menyerang. Mistyx berusaha menyelamatkan Flarion dan dirinya sendiri dari perangkap lawan dengan menggunakan jurus kabut asap beracunnya. Mistyx bermaksud menghalangi penglihatan lawan dan melarikan diri melalui udara tetapi kabut asap Mistyx tidak berdaya melawan sihir Zork. Tiba – tiba sebuah jaring sihir langsung menjerat Mistyx dan Flarion seketika. Untunglah Faith Armor kembali bersinar terang dan segera memusnahkan segala bentuk sihir yang terjadi tetapi celakanya, Jeff juga ikut menyerang. Flarion segera memasang Faith Armor untuk melindungi tubuhnya dari serangan ‘Sonic Blast’ Jeff tetapi ternyata yang diserang Jeff bukan Flarion melainkan Mistyx. Serangan Sonic Jeff berhasil melukai kedua sayap Mistyx dan sebelum Jeff melancarkan serangan berikutnya, Flarion segera melompat dan memeluk Jeff dengan tangan kirinya. Flarion terus berusaha menghalangi Jeff melukai Mistyx tetapi Zork pun segera bertindak. Ia merapal mantera dan tiba – tiba dari tanah keluarnya bara api yang luar biasa panas dan terjadilah ledakan maha dashyat.
Zork terpental jauh ke belakang. Jeff dan Flarion yang sedang sibuk bergulat juga terkejut setengah mati karena di hadapan mereka telah muncul kembali seekor Phoenix yang terlahir kembali.
Bab 89. Phoenix yang Terlahir Kembali
Phoenix dikatakan sebagai makhluk yang abadi memang bukan hanya sekedar isapan jempol karena memang makhluk ini begitu sulit untuk dapat dibunuh namun jug tidak berarti ia tidak dapat benar – benar mati. Phoenix dapat dibunuh ‘sementara’ jika sumber api abadinya dikuasai atau dihabisi dengan paksa, seperti yang dilakukan Flarion dengan menahan sumber api Phoenix tanpa sengaja dalam telapak tangannya. Phoenix baru benar – benar akan mati jika sumber api abadinya telah kehabisan energi (mati karena usia tua) dan berubah menjadi abu, biasanya berkisar antara 2000 – 2500 tahun. Tetapi ketika telapak tangan Flarion terpisah dari tubuhnya yang memiliki Faith Armor maka Phoenix mendapat kekuatan apinya kembali dan terbebaskan. Phoenix, Sang Penguasa Api telah terlahir kembali.
Ledakan kebangkitan Sang Phoenix sungguh di luar dugaan siapapun. Zork bahkan belum sempat melontarkan sihirnya dan ia sendiri sudah terlempar jauh ke belakang hingga menghantam pepohonan hingga pingsan. Flarion dan Jeff pun tidak kalah kagetnya karena keduanya terdorong bersamaan oleh panas api yang begitu menyengat. Pepohonan yang lebat menjadi bahan bakar bagi Phoenix untuk terus memancarkan apinya yang makin lama makin besar dan mengerikan. Sepertinya Sang Phoenix ingin meningkatkan energi maksimalnya setelah demikian lama terkurung di dalam tangan kanan Flarion. Di saat itulah Flarion melakukan tindakan nekat.
Flarion memeluk Jeff lebih keras lagi dan berusaha mendorongnya masuk ke dalam ledakan api Phoenix. Jeff yang kesakitan karena seluruh tubuhnya mulai melepuh tidak dapat berbuat banyak sementara Flarion dapat bertahan untuk sementara waktu karena tubuhnya dilindungi oleh Faith Armor. Jeff menjerit kesakitan melihat tubuhnya mulai terbakar hidup – hidup. Phoenix yang tidak menyadari kehadiran dua makhluk itu pun segera mengepakkan sayapnya untuk terbang dan melakukan teleport. Api pun langsung mengeluarkan energi dashyat yang menghancurkan Jeff hingga tak bersisa bahkan Flarion yang dilindungi Faith Armor pun hampir saja tidak dapat bertahan lebih lama. Flarion langsung jatuh kehabisan tenaga setelah Phoenix terbang menjauh dan menghilang dalam teleport.
Mistyx yang juga terluka segera mendekati Flarion yang tak sadarkan diri. Ia segera menaikkan Flarion ke atas punggungnya dan terbang menjauh. Sayap Sang Naga terus mengeluarkan darah namun ia berusaha untuk terus terbang, setidaknya sampai mendapatkan pertolongan. Namun lama kelamaan, pandangan matanya semakin kabur dan ia mulai merasa pusing. Mistyx pun akhirnya jatuh.
Bab 90. Sebuah Perkenalan Luar Biasa
‘Flarion,’ Sosok itu memanggil berulang kali. Flarion yang terjebak dalam kegelapan berusaha mencari – cari suara yang memanggilnya dengan lembut itu tetapi ia tidak dapat menemukannya. ‘Kau tidak dapat menemukan Aku, Flarion tetapi Aku yang akan menemukanmu,’ Kata suara itu dan tiba – tiba cahaya kemuliaan menerangi seluruh tempat itu sehingga Flarion tidak sanggup untuk melihat lebih jauh. Ia jatuh tertelungkup ke depan dan tidak dapat bangkit lagi. Matanya tidak sanggup untuk menatap cahaya kemuliaan yang luar biasa itu.
‘Siapa Kau, Yang Maha Mulia?’ Tanya Flarion dengan gemetar. Tubuhnya terasa begitu lemah di hadapan sosok Yang Maha Perkasa dan Kudus itu. Dan Jawab-Nya,’ Bukankah kau sudah mengenal siapa Aku? Aku yang memilihmu bahkan sebelum kau terlahir. Aku yang memberikan anugerah dan kasih karunia. Namun mengapa kau meninggalkan aku, anakku?’
Dan Flarion pun mengenali siapa sosok yang sedang berbicara di hadapannya. Ia ingat akan sosok yang selalu dapat diandalkan. Namun Flarion bahkan tidak ingat kapan terakir kali ia berlutut dan berdoa kepada Nya. Sejak ia memiliki kekuatan sendiri melalui Faith Armor dan Phoenix Flare, Flarion melupakan Dia sang pemberi kekuatan tersebut. Flarion jatuh karena mengandalkan dirinya sendiri.
‘Aku mengasihimu, Flarion. Kau akan bernasib sama seperti Garanox jika meletakkan hatimu kepada kekuatan dirimu sendiri dan bukan pada-Ku. Oleh karena aku membiarkan kau dikalahkan dan menarik kembali semua kekuatan yang kau agungkan agar kau mendapat kekuatan baru yang tidak ada tandingannya, yaitu iman percaya kepada –Ku. Sebelum perang ini berakhir kau akan melihat kekuatan yang sebenarnya.’
Flarion pun terhentak bangun dan hatinya tak menentu antara rasa bersalah yang demikian besar, sukacita penghiburan dan kedamaian. Semuanya bercampur menjadi satu namun Flarion tahu dengan pasti apa yang telah terjadi.
‘Kerja bagus, Cephril,’ Kata Garanox melihat Cephril telah berhasil membunuh Leinor,’ Sekarang serahkan Orb Biru itu kepadaku!’
Cephril bangkit berdiri dan Knaurk juga telah siap untuk bertempur di belakangnya. Cephril memandang dengan tatapan benci kepada Garanox dan berseru menantang,’ Ambillah sendiri jika kau bisa merebutnya dariku!’
Garanox terkejut atas kelakuan Cephril dan Knaurk. ‘Pengkhianat busuk! Kubunuh kalian berdua!’ Seru Garanox sambil melontarkan cahaya hijau ke arah Cephril. Knaurk segera melontarkan halilintar sekuat tenaga untuk menghantam cahaya hijau sihir Garanox itu tetapi halilintar Knaurk hanya dapat mengurangi sedikit kekuatan sinar hijau itu. Cephril segera menahan cahaya itu dengan Trisulanya dan seketika itu juga Trisula Cephril patah menjadi dua. Serangan Garanox benar – benar dashyat.
Cephril dan Knaurk menjadi semakin ngeri dan tahu hidup mereka akan segera berakhir ketika dalam sekejap Garanox telah menciptakan ilusi. 100 Garanox telah mengelilingi mereka sambil mengarahkan tongkat sihirnya, The Darkness Scepter. Mereka tidak tahu mana Garanox yang asli dan dari mana serangan sebenarnya berasal. Dalam hitungan detik ratusan cahaya hijau meluncur dari segala arah. Detik selanjutnya Cephril dan Knaurk telah jatuh dengan tubuh hangus. Garanox tertawa kejam sambil membawa Orb biru dalam genggamannya.
Tapi pertarungan selanjutnya baru akan dimulai ketika Kong, Arachea, Redtail dan Agarach tiba di balairung istana dan menutup jalan keluar bagi Garanox.
‘Kau tidak bisa lari lagi, Penyihir busuk!’ Teriak Kong sambil memblokir pintu masuk balairung.
‘Bodoh! Kau pikir penyihir membutuhkan pintu untuk keluar masuk?’ Ejek Garanox sambil menciptakan portal. Ia bermaksud keluar dengan menggunakan teleport. Tapi sebuah serangan secepat kilat mengejutkan Garanox. Kong dengan berani mengarahkan pedangnya ke jantung Garanox.
Serangan itu membuat Garanox terpaksa membatalkan teleportnya dan segera mengerahkan kekuatan hitamnya untuk memblokir serangan Kong. Pedang itu langsung meleleh seperti mentega terkena sengatan panas mentari. Celaka bagi Kong yang terjebak karena serangan kilatnya dengan mudah dapat digagalkan oleh Garanox. Jarak Kong dan Garanox sudah terlalu dekat. Tanpa pedang, Kong sudah tidak ada harapan untuk dapat menyerang lagi dan Garanox sudah membaca mantera kembali. Angin Topan tiba – tiba saja bertiup dengan pusaran yang sangat kuat. Tongkat Garanox mengeluarkan cahaya hijau dan mengeluarkan angin yang luar biasa dashyatnya.
Arachea langsung membuat jaring laba – laba untuk mengikat dirinya sehingga tidak terhisap pusaran angin dan ikut tercabik – cabik. Redtail menggunakan ekornya untuk berpegangan pada sebuah tiang utama balairung istana sementara Agarach langsung menggali lubang dan masuk ke dalam tanah untuk bersembunyi dari amukan Sang Topan. Namun bagaimana dengan Kong? Serangan ini sangat fatal baginya karena jaraknya yang terlalu dekat dengan sumber sihir dan ia tidak memiliki alat untuk melarikan diri. Kong menerima dengan telak serangan itu. Tubuhnya terombang – ambing di udara, tercabik – cabik oleh kuatnya angin, tidak dapat bernafas dan terbentur – bentur oleh batu - batuan yang ikut terhisap oleh pusaran Topan Sihir Garanox.
Tiupan angin pun berhenti. Garanox telah hilang seketika. Ia berhasil melarikan diri dengan sihirnya. Arachea segera menghampiri Kong yang terjatuh, disusul oleh Redtail dan Agarach yang memburu untuk melihat keadaan Kong. Kong, Ksatria yang berani telah tewas. Sebagian besar tulangnya patah dan kulitnya tergores di sana – sini akibat ganasnya serangan Topan Garanox namun tangannya menggenggam sesuatu dengan erat. Sebuah bulatan hitam. Tak disangka saat Kong mendekati Garanox, ia memiliki rencana lain yaitu mencuri secara diam – diam The Black Orb. Garanox yang menyangka Kong maju untuk menyerang sama sekali tidak sadar salah satu Orbnya berhasil dicuri dari tangannya.
Arachea menunduk sedih namun dengan hormat memandang jenazah Kong dan berkata lirih,’ Hukumanmu sudah selesai, saudaraku Kong. Bangsa Manusia sudah menunjukkan kehormatanmu melalui keberanianmu dalam menepati janji. Sekarang The Black Orb akan kami jaga dengan seluruh nyawa kami. Kematianmu tidak akan sia – sia. Selamat jalan, Ksatria Serangga dari Bangsa Manusia, Kong.’
Bab 87. Orb yang Terkumpul
Garanox keluar dari Atlantis dengan kemenangan. The Blue Orb kini telah dimilikinya. Dengan begitu impiannya untuk membebaskan The Lord of Darkness akan segera menjadi kenyataan. Garanox segera mendekati Pasukan Manusia Serigala yang sudah berbaris di hadapannya dengan tatapan mata marah terutama WolfGod, The Master yang menyimpan kemarahan begitu besar kepada Garanox.
‘Lihat apa yang terjadi, penyihir busuk!’ Seru WolfGod,’ Kau katakan akan membantu kami dengan kekuatan sihir namun kau sama sekali tidak ikut bertempur bersama kami. Karena bergabung dalam Pasukan Kegelapanmu, Bangsa kami sudah kehilangan 5 Jenderalnya dan hanya aku yang tersisa. Lalu apa imbalan untuk kami? Hanya 2 bola aneh yang tidak ada artinya!’ WolfGod menunjukkan 2 orb, The White Orb dan The Green Orb milik Bangsa Peri yang sebelumnya dipegang Fleric.
Garanox tersenyum remeh memandang WolfGod seakan – akan tidak mendengar apa yang diserukan oleh Manusia Serigala itu. Garanox pun berkata,’ Serahkan Orb itu padaku!’
Merasa diremehkan, WolfGod pun langsung mengamuk dengan menyerang Garanox. Di bawah efek cahaya bulan dan kemarahan yang luar biasa, kekuatan WolfGod menjadi berlipat seratus kali lipat setingkat dewa. Serangannya benar- benar mengerikan. WolfGod melompat dan siap menerkam Garanox tetapi tiba – tiba serangn itu terhenti di udara. WolfGod mematung di udara dan tak bisa bergerak lebih jauh. Ada suatu kekuatan yang menahannya untuk terus bergantung di udara dalam keadaan melompat. Garanox pun segera berlutut dan seorang wanita muda muncul begitu saja dari udara.
Ia berpakaian jubah serba putih dengan lambang mata emas tercetak besar di jubahnya tersebut. Sebagian wajahnya tersembunyi di balik jubah sehingga hanya terlihat sebagian hidung, pipi dan mulutnya saja sementara matanya tersembunyi. Walau begitu dapat dipastikan wanita itu begitu cantik dan dingin, tanpa emosi. Ia berjalan dengan langkah ringan dan walaupun matanya tertutup jubah, sepertinya ia sama sekali tidak kesulitan untuk melihat keadaan di sekitarnya.
Garanox pun gemetar saat wanita itu mendekatinya dan mengucapkan salam,’ Terima hormat hamba, Watcher yang mulia!’
Wanita yang disebut The watcher itu pun tersenyum dan membalas,’ Garanox, sungguh tidak sia – sia ayahku melatih dirimu menjadi Mage terkuat dan kelak ramalanku akan terbukti bahwa kau akan menjadi penguasa dunia setelah kebangkitan Lord od Darkness.’ Garanox tersenyum bangga mendengar hal itu namun The Watcher meneruskan kata – katanya,’ Tapi... itu semua jika kau tetap setia padaku, Garanox. Jika tidak maka kau akan mengalami hal yang sama dengan Serigala – serigala ini!’
Entah bagaimana tiba – tiba lambang mata emas terbentuk di udara dan setiap Manusia Serigala yang melihat tanda itu langsung terbentuk lambang mata emas di dahinya masing – masing. Sedetik kemudian teriakan dan raungan terdengar keras di mana – mana. Manusia Serigala berguling – gulingan di pasir. Mereka memuntahkan darah dan suara tulang – tulang dipatahkan terdengar begitu jelas. Kulit mereka tercabik – cabik dengan sendirinya. Hal sama juga menimpa WolfGod yang masih tergantung di udara. Kekuatan setingkat dewa pun tetap tidak dapat menyelamtakan dirinya dari jurus ‘Eye of Doom’. Jurus yang sebelumnya hanya pernah digunakan oleh Sang Penguasa Kegelapan sendiri, The Lord of Darkness.
Garanox menelan ludahnya dengan gemetar menyaksikan kekuatan yang benar – benar mengerikan itu. The watcher melakukan kutukan demikian kuat tanpa memerlukan tongkat sihir apapun. Kekuatannya jauh di atas dirinya. Entah bagaimana Flinch dapat membesarkan anak yang begitu mengerikan seperti ini.
‘Hati – hati dengan pikiranmu, Garanox!’ Seru The Watcher,’ Mataku mungkin buta tetapi mata hatiku dapat membaca pikiran kotormu!’ Garanox langsung menyembah hingga mencium pasir ketika ditegur oleh The Watcher. Ia begitu ketakutan setengah mati. ‘Sekarang serahkan kepadaku Orb – orb yang sudah kaukumpulkan! Waktu kita terbatas. Saat Matahari lenyap ditelan Kegelapan, maka itu adalah satu – satunya waktu yang dapat membebaskan Sang Master. Jika kita gagal maka, kita harus menunggu ratusan tahun lagi dan kau tahu aku tidak pernah dapat mentolerir adanya kegagalan, bukan?’ Ancam The Watcher.
Garanox pun mengumpulkan Orb – orb yang telah dikumpulkannya. Dari 6 orb yang dibutuhkan, ia mengeluarkan The White dan Green Orb milik Bangsa Peri, The Yellow Orb milik Bangsa Manusia, The Blue Orb milik Bangsa Mermaid. Garanox terkejut setengah mati. Jantungnya terasa berhenti berdetak. The Black Orb miliki Bangsa Serangga tidak diketemukan di sakunya. Saat itulah, ia baru menyadari dirinya telah kehilangan The Black Orb. Tubuhnya gemetar dan memandang The Watcher dengan wajah pucat.
Bab 88. Kekalahan untuk Flarion
Flarion segera bergegas menuju Atlantis sambil menunggangi Mistyx, The Fog Terror. Di belakangnya ikut serta Jeff sementara Lyrian tetap tinggl di Allastar karena kehilangan sebelah tangannya. Flarion sebenarnya masih mengkuatirkan keadaan wanita itu karena selain keadaan fisiknya yang lemah, semangat juangnya juga lenyap karena keadaannya ayng cacat. Tetapi di lain pihak, Flarion juga kuatir dengan keadaan Fleric, Gnorr dan Bangsa Peri karena Garanox pasti telah menyiapkan sebuah pertempuran dashyat di Atlantis. Sayang sekali Flarion tidak pernah datang ke Atlantis sehingga ia tidak dapat melakukan teleport ke tempat itu. Bangsa Manusia juga tengah mempersiapkan diri untuk bergegas menuju Atlantis memberikan bantuan namun perjalanan itu pasti akan memakan waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, Flarion, Jeff dan Mistyx mendahului menuju Atlantis.
‘Awas serangan!’ Seru Jeff dan seketika itu juga cahaya sihir melesat dan menyerempet sayap Naga Mistyx. ‘Ayo kita mendarat dan menghajar si penyerang itu!’ Seru Jeff lagi.
Flarion sekilas menangkap keanehan tetapi ia tidak tahu dengan jelas. Baru kali ini, Flarion melihat Jeff bertindak begitu terburu – buru dan perasaannya mengatakan mereka sedang masuk ke dalam jebakan. Namun Mistyx sudah mengambil tindakan untuk mendarat dan mengejar si pelaku. Flarion tidak mempunyai pilihan selain ikut terlibat dalam pengejaran ini tetapi tidak untuk waktu yang lama karena si penyerang rupanya memang tidak pernah berniat untuk melarikan diri. Penyerang itu adalah Zork The Wizzard. Ia berdiri dengan seorang wanita di sebelahnya yang berada dalam keadaan terikat dan tak sadarkan diri. Wanita itu adalah Merry.
‘Lepaskan wanita itu, Zork!’ Seru Flarion dengan marah melihat Merry berada dalam cengkraman Pasukan Kegelapan.
Zork bukannya melepaskan Merry malah sengaja memeluk Merry lebih erat. Flarion menjadi semakin marah dan langsung melancarkan serangan ‘Iron Fist’ nya tetapi Zork juga dengan lincah dapat menghindar ke samping sambil meluncurkan serangan sihirnya. Flarion yang melihat Jeff bergerak maju secepat kilat berpikir Jeff akan membantunya menyerang Zork sehingga ia pun menggunakan perisai ‘Faith Armor’nya untuk menahan penuh kekuatan shir Zork. Namun Flarion tidak pernah mengira segala sesuatu berbalik menjadi bencana ketika Jeff tidak menyerang Zork melainkan memotong pergelangan tangan kanan Flarion.
Flarion berteriak sambil mati – matian menahan serangan sihir Zork dengan Faith armor sementara telapak tangan kanannya jatuh ke tanah dan bercucuran darah. Jeff pun langsung mengarahkan pedangnya ke leher Flarion tetapi untunglah Mistyx segera sadar dari rasa terkejutnya dan menghalangi Jeff dengan semburan kabut asap beracunnya. Mistyx segera melecutkan ekornya untuk memaksa Jeff menjauhi Flarion yang terluka. Setelah dapat mengatasi serangan sihir Zork, Flarion segera jatuh berlutut sambil tangan kirinya menggenggam erat pergelangan tangan kanannya. Ia merobek pakaian dan berusaha membalut tangannya tersebut untuk menghentikan pendarahan. Flarion melihat telapak tangan kanannya berubah menjadi merah membara dan terbakar. Kekuatan Phoenix yang tersimpan di telapak tangan kanannya mulai membebaskan diri. Flarion kehilangan telah kekuatan Phoenix nya.
Zork tersenyum licik ketika Jeff berhasil menghindari serangan Mistyx dan mundur ke samping Zork. ‘Bagaimana? Kalian heran mengapa Jeff yang kalian kenal tega melakukan hal ini?’ Tanya Zork tertawa senang,’ Kuberitahukan satu rahasia, Flarion. Jeff telah mati dan Sang Master telah menggunakan kekuatan Dark Soul Magic untuk mengambil alih tubuh Jeff. Dan aku sengaja memanfaatkan manusia kerdil yang bodoh agar Jeff terlihat lolos dari kematian. Aku juga mengorbankan dua pengkhianat manusia untuk meraih hasil yang lebih besar, yaitu The Yellow Orb dan nyawamu, Flarion. Jadi, sepertinya sandiwara ini memang berhasil, bukan?’
Kehilangan tangannya membuat Flarion tidak dapat menyerang. Mistyx berusaha menyelamatkan Flarion dan dirinya sendiri dari perangkap lawan dengan menggunakan jurus kabut asap beracunnya. Mistyx bermaksud menghalangi penglihatan lawan dan melarikan diri melalui udara tetapi kabut asap Mistyx tidak berdaya melawan sihir Zork. Tiba – tiba sebuah jaring sihir langsung menjerat Mistyx dan Flarion seketika. Untunglah Faith Armor kembali bersinar terang dan segera memusnahkan segala bentuk sihir yang terjadi tetapi celakanya, Jeff juga ikut menyerang. Flarion segera memasang Faith Armor untuk melindungi tubuhnya dari serangan ‘Sonic Blast’ Jeff tetapi ternyata yang diserang Jeff bukan Flarion melainkan Mistyx. Serangan Sonic Jeff berhasil melukai kedua sayap Mistyx dan sebelum Jeff melancarkan serangan berikutnya, Flarion segera melompat dan memeluk Jeff dengan tangan kirinya. Flarion terus berusaha menghalangi Jeff melukai Mistyx tetapi Zork pun segera bertindak. Ia merapal mantera dan tiba – tiba dari tanah keluarnya bara api yang luar biasa panas dan terjadilah ledakan maha dashyat.
Zork terpental jauh ke belakang. Jeff dan Flarion yang sedang sibuk bergulat juga terkejut setengah mati karena di hadapan mereka telah muncul kembali seekor Phoenix yang terlahir kembali.
Bab 89. Phoenix yang Terlahir Kembali
Phoenix dikatakan sebagai makhluk yang abadi memang bukan hanya sekedar isapan jempol karena memang makhluk ini begitu sulit untuk dapat dibunuh namun jug tidak berarti ia tidak dapat benar – benar mati. Phoenix dapat dibunuh ‘sementara’ jika sumber api abadinya dikuasai atau dihabisi dengan paksa, seperti yang dilakukan Flarion dengan menahan sumber api Phoenix tanpa sengaja dalam telapak tangannya. Phoenix baru benar – benar akan mati jika sumber api abadinya telah kehabisan energi (mati karena usia tua) dan berubah menjadi abu, biasanya berkisar antara 2000 – 2500 tahun. Tetapi ketika telapak tangan Flarion terpisah dari tubuhnya yang memiliki Faith Armor maka Phoenix mendapat kekuatan apinya kembali dan terbebaskan. Phoenix, Sang Penguasa Api telah terlahir kembali.
Ledakan kebangkitan Sang Phoenix sungguh di luar dugaan siapapun. Zork bahkan belum sempat melontarkan sihirnya dan ia sendiri sudah terlempar jauh ke belakang hingga menghantam pepohonan hingga pingsan. Flarion dan Jeff pun tidak kalah kagetnya karena keduanya terdorong bersamaan oleh panas api yang begitu menyengat. Pepohonan yang lebat menjadi bahan bakar bagi Phoenix untuk terus memancarkan apinya yang makin lama makin besar dan mengerikan. Sepertinya Sang Phoenix ingin meningkatkan energi maksimalnya setelah demikian lama terkurung di dalam tangan kanan Flarion. Di saat itulah Flarion melakukan tindakan nekat.
Flarion memeluk Jeff lebih keras lagi dan berusaha mendorongnya masuk ke dalam ledakan api Phoenix. Jeff yang kesakitan karena seluruh tubuhnya mulai melepuh tidak dapat berbuat banyak sementara Flarion dapat bertahan untuk sementara waktu karena tubuhnya dilindungi oleh Faith Armor. Jeff menjerit kesakitan melihat tubuhnya mulai terbakar hidup – hidup. Phoenix yang tidak menyadari kehadiran dua makhluk itu pun segera mengepakkan sayapnya untuk terbang dan melakukan teleport. Api pun langsung mengeluarkan energi dashyat yang menghancurkan Jeff hingga tak bersisa bahkan Flarion yang dilindungi Faith Armor pun hampir saja tidak dapat bertahan lebih lama. Flarion langsung jatuh kehabisan tenaga setelah Phoenix terbang menjauh dan menghilang dalam teleport.
Mistyx yang juga terluka segera mendekati Flarion yang tak sadarkan diri. Ia segera menaikkan Flarion ke atas punggungnya dan terbang menjauh. Sayap Sang Naga terus mengeluarkan darah namun ia berusaha untuk terus terbang, setidaknya sampai mendapatkan pertolongan. Namun lama kelamaan, pandangan matanya semakin kabur dan ia mulai merasa pusing. Mistyx pun akhirnya jatuh.
Bab 90. Sebuah Perkenalan Luar Biasa
‘Flarion,’ Sosok itu memanggil berulang kali. Flarion yang terjebak dalam kegelapan berusaha mencari – cari suara yang memanggilnya dengan lembut itu tetapi ia tidak dapat menemukannya. ‘Kau tidak dapat menemukan Aku, Flarion tetapi Aku yang akan menemukanmu,’ Kata suara itu dan tiba – tiba cahaya kemuliaan menerangi seluruh tempat itu sehingga Flarion tidak sanggup untuk melihat lebih jauh. Ia jatuh tertelungkup ke depan dan tidak dapat bangkit lagi. Matanya tidak sanggup untuk menatap cahaya kemuliaan yang luar biasa itu.
‘Siapa Kau, Yang Maha Mulia?’ Tanya Flarion dengan gemetar. Tubuhnya terasa begitu lemah di hadapan sosok Yang Maha Perkasa dan Kudus itu. Dan Jawab-Nya,’ Bukankah kau sudah mengenal siapa Aku? Aku yang memilihmu bahkan sebelum kau terlahir. Aku yang memberikan anugerah dan kasih karunia. Namun mengapa kau meninggalkan aku, anakku?’
Dan Flarion pun mengenali siapa sosok yang sedang berbicara di hadapannya. Ia ingat akan sosok yang selalu dapat diandalkan. Namun Flarion bahkan tidak ingat kapan terakir kali ia berlutut dan berdoa kepada Nya. Sejak ia memiliki kekuatan sendiri melalui Faith Armor dan Phoenix Flare, Flarion melupakan Dia sang pemberi kekuatan tersebut. Flarion jatuh karena mengandalkan dirinya sendiri.
‘Aku mengasihimu, Flarion. Kau akan bernasib sama seperti Garanox jika meletakkan hatimu kepada kekuatan dirimu sendiri dan bukan pada-Ku. Oleh karena aku membiarkan kau dikalahkan dan menarik kembali semua kekuatan yang kau agungkan agar kau mendapat kekuatan baru yang tidak ada tandingannya, yaitu iman percaya kepada –Ku. Sebelum perang ini berakhir kau akan melihat kekuatan yang sebenarnya.’
Flarion pun terhentak bangun dan hatinya tak menentu antara rasa bersalah yang demikian besar, sukacita penghiburan dan kedamaian. Semuanya bercampur menjadi satu namun Flarion tahu dengan pasti apa yang telah terjadi.
The Chronicle of Flarion (81-85) BY: Junaidi Halim
Bab 81. Pertarungan di Tepi Pantai
‘Panah!’ Seru Fleric dan panah – panah peri pun berhamburan ke arah Pasukan Kegelapan yang baru saja keluar dari dalam air. Pasukan Kegelapan tidak sempat mempersenjatai diri mereka dengan perisai ataupun panah karena sebelumnya di dalam pertempuran dalam air anak panah tidak berguna dan perisai menjadi beban yang berat.jika dipergunakan di dalam air. Pasukan Kegelapan sama sekali tidak menyangka mereka akan dipaksa untuk bertarung melawan Bangsa Peri di darat. Namun semangat Pasukan Kegelapan untuk membantai Para Peri sama sekali tidak berkurang karena mareka dipimpin oleh Dua Jenderal Tengkorak yang sangat kuat, Kullnor The Hellstar dan Madon The Ice Bone.
Darah Fleric berdesir kencang melihat kehadiran The Hellstar karena setiap peri pasti tahu reputasi kekuatan dari makhluk yang satu ini, yang salah satunya adalah membunuh Albrick, Sang Pahlawan Guardian Bangsa Peri. Tubuh Fleric gemetar antara takut dan marah melihat musuh besar Bangsa Peri muncul di hadapannya. Maka tanpa ragu Fleric segera mencabut Pedang Rembulannya dan menyerang maju ke arah Kullnor The Hellstar. Melihat sahabatnya maju maka Gnorr pun tidak tinggal diam, ia segera melontarkan Kapak Terbangnya ke arah Madon The Ice Bone.
Seperti biasa, Fleric menggunakan jurus Ice Crashernya dan berusaha membekukan Kullnor namun Fleric menjadi terkejut sendiri ketika melihat ledakan es yang seharusnya membekukan Kullnor sama sekali tidak berguna. Tubuh Kullnor sepanas api neraka sehingga jurus es Fleric dapat dengan mudah dihadapi. Gnorr pun mengalami kesulitan yang sama, Kapak Terbangnya tiba – tiba saja melambat di udara dan dapat dengan mudah dihindari oleh Madon bahkan dengan cepat Madon mampu melancarkan serangan balik dengan melemparkan es dari tulang – tulangnya yang menonjol. Gerakan Gnorr menjadi semakin lambat dan tubuhnya menggigil serasa membeku ketika berada di dekat Madon. Gnorr pun sudah kehabisan akal karena kekuatan fisiknya tidak berguna jika tidak dapat menghantam lawan dengan tepat. Di sisi lain, Fleric pun mati – matian menghindar serangan pedang Kullnor yang panas luar biasa sementara aura dingin Pedang Rembulan yang mampu memperlambat gerakan lawan tidak berdaya di hadapan api neraka Kullnor.
Tubuh Fleric sudah penuh dengan luka bakar sementara tubuh Kullnor tidak terluka sama sekali karena aura es pedang Rembulan dapat dihindari oleh tubuhnya yang selalu mengeluarkan api yang panas. Fleric mulai berkeringat dingin. Kesempatan untuk menang bagi Raja Peri sudah tertutup. Kullnor pun tersenyum dan tiba – tiba menghilang. Fleric terkejut dan segera bertindak cepat dengan membuat bayangan dirinya. Sepersekian detik kemudian bayangan itu sudah pun lenyap ditusuk oleh pedang api dari belakang oleh Kullnor yang tidak terlihat oleh mata. Fleric menyadari bahaya yang tidak terlihat oleh karena itu ia segera memperbanyak bayangannya sebanyak mungkin dengan harapan dapat membingungkan Kullnor. Sepertinya itu adalah strategi yang bagus untuk membuat penyerang yang tidak terlihat menjadi frustasi karena tidak tahu siapa yang harus diserang di antara begitu banyak bayangan. Namun Kullnor berbeda. Melihat lawannya jadi begitu banyak Kullnor menampakkan diri dan menggunakan jurus ledakan apinya. Dalam waktu singkat api menyembur dashyat dan membakar Fleric beserta semua bayangannya seketika itu juga. Fleric setengah mati berusaha memadamkan api di sekujur tubuhnya. Kullnor segera maju menyerang dan hendak memenggal kepala Fleric namun untunglah Fleric segera menyadari bahaya dan menangkis dengan pedangnya. Fleric terdorong mundur hingga menabrak Gnorr yang sudah hampir mati membeku hingga ke tulang – tulangnya. Mereka berdua tahu bahwa kekalahan sudah ada di depan mata.
Bab 82. Bertukar Posisi
Kullnor segera maju dan menyemburkan apinya ke arah mereka berdua. Tanpa disangka Gnorr langsung maju dan menghalangi api itu dengan tubuhnya. ‘Gnorr! Tidak!’ Fleric berteriak panik melihat tubuh temannya dibakar hidup – hidup. Tapi sungguh ajaib! Gnorr bukannya kesakitan dan hangus melainkan malah terbebas dari kebekuan yang menyelimutinya dan mampu melemparkan kapaknya secara bebas ke arah Kullnor. Kullnor yang tidak menyangka akan mendapat serangan balik tidak dapat menghindar. Ia terluka telak di dadanya oleh pukulan Kapak yang luar biasa kuat dari Gnorr. Melihat temannya terluka, Madon pun tidak tinggal diam. Ia segera membantu dengan serangan es dari tulang – tulangnya. Kali ini giliran Fleric yang maju dengan jurus Ice Crasher. Es beradu dengan es dan kedua jurus itu pun saling menghancurkan di udara. Akhirnya Fleric dan Gnorr masih memiliki harapan untuk menang jika mereka bertukar posisi tempur.
Kullnor merasakan tulang dada tengkoraknya retak. Api sepanas neraka di tubuhnya tidak berpengaruh terhadap Gnorr yang masih kedinginan karena tulang – tulangnya membeku akibat jurus Madon, bahkan sepertinya Gnorr semakin cepat pulih ketika berada di dekat Kullnor. Maka pilihan satu – satunya Kullnor menggunakan jurus menghilang dan menyerang dari belakang. Tetapi Gnorr yang sudah mengetahui jurus yang satu ini tidak tinggal diam. Gnorr tahu Kullnor berada di dekatnya dalam keadaan tidak terlihat tapi bukan berarti tidak dapat dijatuhkan. Gnorr segera menghantam tanah dengan kapaknya dan menimbulkan getaran keras seperti gempa bumi. Kullnor yang tidak sempat menjaga keseimbangan terjatuh dan sebelum ia sempat bangkit, Gnorr sudah menghantam tubuhnya untuk yang kedua kalinya. Gnorr menginjak kepala Kullnor dengan kakinya dan mengarahkan kapak ke leher Kullnor. Kali ini walaupun Kullnor dapat menghilang tetapi tebasan kapak Gnorr tidak akan meleset.
Madon berteriak histeris menyaksikan kepala Kullnor terlepas dari tubuhnya dan ia juga menjadi semakin panik menyaksikan lawannya membelah diri menjadi belasan Fleric. Tanpa bantuan Kullnor, hilang sudah harapan Madon untuk dapat menyerang Fleric yang sesungguhnya dan bukan bayangan. Apalagi Gnorr yang sudah hampir pulih dari jurus pembeku tulangnya kini mulai berjalan mendekati dirinya. Madon pun menjatuhkan diri menyerah. Pasukan Kegelapan yang melihat pemimpinnya menyerah segera ikut menjatuhkan diri dan kehilangan harapan untuk bertempur lebih jauh. Para Peri pun bersoran penuh kemenangan.
Di saat kemenangan ada di depan mata, pada saat itulah bahaya yang sebenarnya mengancam. Madon yang sedang berlutut tiba – tiba melompat ke arah punggung Gnorr dan menggunakan jurus rahasianya, Jurus Penguasa Tulang. Madon bermaksud menguasai tubuh Gnorr dengan mengendalikan tulang – tulangnya. Perlahan – lahan Tulang Madon yang kebiruan menyusup masuk ke dalam tubuh Gnorr dan menjadi satu dengan tulang – tulang Gnorr. Fleric berteriak panik dan ketakutan tanpa dapat berbuat apa – apa. Ia tidak menyerang musuh yang sedang menempel erat dengan temannya itu karena Fleric tidak mau melukai Gnorr.
Gnorr hampir berhasil dikuasai oleh Madon. Tiba – tiba saja tangan kanan Gnorr bergerak di luar kemauan tubuhnya sendiri dan melemparkan kapak terbang ke arah Fleric. Fleric segera menghindari serangan tersebut tetapi Gnorr yang kakinya juga telah berhasil dikuasai berlari mendekati Fleric dan menghantamkan tinjunya ke dada Fleric. Fleric langsung terjatuh dan memuntahkan darah. ‘Tusuk aku, Fleric! Ayo bangun dan tusuk aku!’ Teriak Gnorr. Fleric segera menghindar ketika kaki Gnorr bermaksud menginjaknya. Ia ragu dan memegang pedang Rembulannya erat – erat. Gnorr mengayunkan kapaknya dan Fleric segera menangkis serangan itu sekuat tenaga sambil berseru,’ Ice Crasher!’ Gnorr beserta Madon pun membeku untuk sementara.
Saat Madon masih belum pulih dari kebekuannya, Gnorr segera mengambil alih kesadaran organ tubuhnya dan menghancurkan es di sekelilingnya. Lalu ia menarik ujung Pedang Rembulan yang masih dipegang Fleric dan menusukkannya sendiri ke dadanya. Pedang Fleric menusuk tembus ke belakang dan juga menusuk Madon yang bergantungan di punggung Gnorr. Madon terkejut dan berteriak kesakitan. Ia berusaha melepaskan diri dari Gnorr tetapi Gnorr dengan sisa – sisa kekuatannya yang ada, menggerakkan kapaknya dan berulangkali menghantamkan ke belakang tubuhnya sendiri. Darah Madon dan Gnorr sama – sama menyembur keluar dan mereka berdua roboh.
Tak lama kemudian Flivia dan Trexien mendekati kedua temannya itu. Fleric jatuh berlutut dan terlihat masih ‘shock’ karena melihat Gnorr bertindak nekat dengan menusuk dirinya sendiri dengan Pedang Rembulan miliknya. Sementara Gnorr tidak jelas keadaannya antara hidup dan mati. Madon tergeletak kehilangan nyawa setelah tubuhnya tercabik – cabik kapak Gnorr. Flivia segera menghampiri Gnorr dan memeriksa keadaannya. ‘Bagaimana dia?’ Tanya Fleric lirih kepada Flivia menanyakan keadaan Gnorr. Flivia menggeleng lemah,’ Kesempatan hidupnya tipis, jika dapat hidup pun, ia akan menjadi cacat total karena tulang punggungnya telah patah dan rusak total.’ Fleric pun meneteskan air mata dan mulai menangis terisak.
Bab 83. Pertarungan Final Bangsa Peri
Kemenangan Bangsa Peri di tepi pantai Atlantis hanya bersifat sementara. Prajurit Bangsa Peri yang jumlahnya hanya tersisa sedikit setelah melewati begitu banyak pertempuran dashyat kini harus berhadapan dengan seluruh Pasukan Manusia Serigala yang dikerahkan oleh WolfGod sendiri. 4 Jenderal Manusia Serigala yang tersisa dari 6 Jenderal: WolfGod The Master; WolfLady The Mother; WolfHowl The Howler; WolfSpirit The Ghost. Ribuan Manusia Serigala sudah siap melakukan serangan penghabisan. WolfGod tersenyum puas menyaksikan ketakutan Bangsa Peri yang terdesak. Fleric kini harus bertarung seorang diri karena Gnorr pingsan sementara Flivia dan Trexien bukan Ksatria petarung.
Manusia Serigala bergerak maju dengan kecepatan tinggi dan diiringi oleh Jurus Raungan WolfHowl The Howler. Bangsa Peri terpaksa menutup telinganya karena tidak tahan terhadap raungan tersebut sehingga mereka tidak dapat memanah dengan baik. Fleric yang melihat situasi berbahaya segera melepaskan Jurus Ice Crasher nya dan membekukan barisan Manusia Serigala terdepan sekaligus menjadikan benteng es untuk menghalangi Manusia Serigala di belakangnya menyerang dari arah depan. Karena terhalang tembok es buatan Fleric, Manusia Serigala mengambil arah memutar dan menyerang dari arah kanan dan kiri Pasukan Peri. Pasukan Peri masih dapat bertahan dari kepungan dua arah ini tetapi tidak bertahan lama karena WolfGod The Master meninju tembok es Fleric hingga hancur berkeping – keping. Kekuatannya sungguh luar biasa.
Fleric pun membuat bayangan dirinya sebanyak mungkin untuk membingungkan serangan Pasukan Manusia Serigala tetapi WolfLady The Mother menciptakan ribuan serigala jadi – jadian yang mengejar bayangan Fleric. Walau Fleric dapat menciptakan belasan bayangan tetapi tetap saja tak dapat bertahan menghadapi ribuan serigala yang selalu menerkam setiap kali melihat dirinya muncul baik berupa bayangan maupun dirinya yang asli. Fleric terdesak hebat.
WolfSpirit segera menerkam Flivia yang sedang berusaha mengobati Gnorr dan WolfHowl juga menerkam Trexien. Flivia dan Trexien tidak memiliki kekuatan untuk bertarung dan sepertinya mereka akan mati sia – sia. Tubuh indah Flivia sudah tercabik – cabik namun ia masih sempat meminum suatu ramuan sebelum akhirnya meninggal karena darahnya diminum habis oleh WolfSpirit. Sementara Trexien menjerit kesakitan saat berusaha dimangsa oleh WolfHowl tetapi di saat kritis itulah Gnorr tiba – tiba bangkit dan mencekik leher WolfHowl. Sungguh sial bagi WolfHowl yang tidak waspada. Dalam keadaan tercekik WolfHowl sama sekali tidak dapat mengeluarkan Jurus Raungan Serigalanya dan ia mulai lemas kehabisan udara.
WolfSpirit melihat temannya dalam bahaya segera membantu dengan mengeluarkan jurus ilusinya. Namun pada saat itulah ia terbatuk dan mengeluarkan darah. Perutnya terasa melilit dan tubuhnya mulai membiru. WolfSpirit The Ghost keracunan. Ia menjadi panik dan bergulingan dalam keadaan bingung sampai ia melihat sisa tubuh Flivia yang tercabik – cabik. WolfSpirit baru menyadari bahwa sebelum meninggal Flivia telah meminum racun untuk dapat meracuni dirinya. Flivia adalah seorang Peri ahli ramuan. Racun yang dibuatnya tentu bukan sembarang racun. WolfSpirit pun mati konyol oleh seorang wanita peri yang lemah dalam kekuatan fisik namun memiliki keberanian selayaknya seorang ksatria besar.
Gnorr pun kembali muntah darah akibat terlalu banyak mengeluarkan tenaga setelah berhasil mencekik mati WolfHowl The Howler dengan tangan kosong. Itu adalah hal yang luar biasa bagi manusia manapun namun daya tahan Gnorr hanya sampai di sini. Sebelum wafat ia memberikan kapak terbangnya kepada Trexien yang juga luka parah dan berkata,’ Kekuatan tidak terletak pada tubuh yang besar dan kuat tetapi terletak pada hati yang murni dan berani. Pakailah kapak ini dengan berani, saudara Trex dan jadilah seorang pahlawan dengan kelebihanmu sendiri!’ Gnorr pun menghembuskan nafasnya yang terakhir. Trexien menangis kencang.
Menghadapi dua Jenderal Manusia Serigala yang kuat membuat Fleric kehilangan harapan untuk menang apalagi langit mulai gelap dan malam pun tiba. Sinar bulan bersinar cerah dan Fleric harapan untuk menang sudah musnah. WolfGod The Master adalah Manusia Serigala yang sempurna dan ia menyerap kekuatan bulan. Ketika bulan muncul di langit walaupun belum bulan purnama namun sudah cukup memberi kekuatan puluhan hingga ratusan kali lipat kepada WolfGod. Saat bulan muncul kekuatan WolfGod menjadi setingkat dewa. WolfGod pun menjadi semakin ganas ketika bulan muncul dan kekuatannya sama sekali tidak dapat dipercaya. IceCrasher Fleric dianggap seperti hantaman salju yang lembut dan tidak berpengaruh apa – apa. Ia langsung menyergap maju dan mencabik Fleric. Untuk yang terakhir kalinya Fleric menebaskan Pedang Rembulannya dan pedang tersebut patah ketika beradu dengan taring serigala WolfGod. Fleric terjatuh sambil memandang patahan pedangnya dengan tidak percaya. Pedang warisan Guardian Albrick akhirnya jatuh bersama Fleric dalam pertempuran di tepi Pantai Atlantis.
‘Tunggu! Jangan bunuh dia!’ Seru WolfLady kepada WolfGod,’ Aku butuh jiwanya untuk menambah kekuatanku!’ WolfLady tersenyum licik karena ia tahu Flerick tanpa Pedang Rembulan tidak akan bisa menggunakan jurus apapun juga. Fleric sudah terlalu lemah untuk bertarung lagi. ‘Aku punya satu permintaan terakhir!’ Seru Flerick terengah – engah,’ Aku ingin mati bersama dengan dia!’ Tangan Flerick mengacung kepada Trexien yang sedang membungkuk.
Saat itulah WolfGod meraung keras dan mengerikan. Ia baru menyadari bahwa kedua jenderalnya WolfHowl dan WolfSpirit telah mati. Dan ia memandang Flerick dengan marah,’ Apa gunanya aku mengabulkan keinginan seorang musuh?’
Flerick menjawab,’ WolfLady dapat mengambil jiwa kami berdua!’
WolfLady yang serakah segera menjawab,’ Izinkan dia mati bersama! Lagipula apa ruginya bagi kita?’
Flerick segera berjalan menuju Trexien yang gementar menahan sakit dan memeluknya lembut. WolfLady melangkah di belakang Flerick dan siap menghisap jiwa keduanya. Trexien pun roboh dan meninggal karena kehilangan banyak darah namun pada saat ia jatuh di balik bajunya muncul kapak terbang Gnorr. Rupanya Trexien berusaha mempertahankan nyawanya dengan berlutut untuk menyembunyikan Kapak Terbang Gnorr. Fleric segera meraih kapak itu dan berbalik lalu langsung memenggal kepala WolfLady dengan sekali tebas. Malang bagi WolfLady, kerakusannya menyebabkan ia tidak waspada akan jebakan lawan. Saat itu ribuan jiwa melayang terbebaskan dari jerat WolfLady The Mother. WolfLady pun tewas seketika. WolfGod mengamuk dan mencabik tubuh Fleric. WolfGod meraung kuat dan mencari Garanox yang tidak berbuat apa – apa untuk membantu Pasukan Manusia Serigala namun Garanox tidak kelihatan di mana pun.
Bab 84. Empat Melawan Satu
Pertempuran di Atlantis masih berlanjut. Pasukan Kegelapan yang telah kehilangan ke-3 Jenderalnya memang terdesak hebat. Namun gelombang kengerian berikutnya baru akan dimulai ketika sebuah teleport hitam terbuka dan suara tawa mengerikan terdengar, menciutkan semua hati lawannya. Seorang penyihir dengan wajah buruk dan mengerikan keluar dari dalam portal teleport. Ia memegang Tongkat Sang Master Kegelapan, The Darkness Scepter yang menunjukkan posisinya sebagai pewaris kuasa gelap. Ia adalah Garanox dan di dunia ini belum ada satu makhluk pun yang sanggup berhadapan dengannya. Tetapi Kong, Agarach, Redtail dan Arachea memberanikan diri untuk menghentikan langkah Sang Penyihir Hitam, Garanox. Empat melawan satu.
‘Wah, lihat siapa yang berani menentang kekuatanku sekarang? 3 ekor serangga dan seorang manusia hina? Kesempatan apa yang kalian miliki untuk melawan kekuatan dari Lord of Darkness?’ Ejek Garanox memandang remeh kepada lawan – lawannya.
‘Kau memang penyihir yang kuat, Garanox, mungkin yang terkuat di zaman ini tetapi kami berempat dan kau hanya sendiri. Mari kita lihat, sebenarnya seberapa kuat kau!’ Seru Arachea, sang Ratu Laba – Laba Bangsa Serangga sambil maju menyerang. Di keenam lengan Arachea memegang pedang panjang dan ia bergerak lincah dari satu jaring ke jaring yang lain. Memanfaatkan tubuhnya yang setengah laba – laba dan setengah manusia Arachea dapat menyerang dengan cepat dan dari arah mana pun melalui jaring laba – laba yang telah disebar sebelumnya.
Namun Garanox memang bukan penyihir sembarangan. Tongkatnya bersinar dan dalam sekejap jaring Arachea berubah menjadi abu. Arachea yang terkejut akan perubahan ini terjatuh dan sebelum ia sempat bangkit, Garanox sudah meluncurkan sinar hijau ke arahnya. Untunglah Red Tail langsung menggunakan ekornya untuk menarik Sang Ratu menghindar dari bahaya. Cahaya hijau itu menghantam tanah dan menyebabkan ledakan dashyat. Serangan Garanox memang tidak main – main. Kali ini dia mengetukkan tanah lima kali sambil membaca mantera dan tanah pun bergetar dashyat. Entah dari mana lima Golem muncul dari dalam tanah dan langsung menyerang ke arah Arachea, Red Tail, Agarach dan Kong. Kekuatan Golem tanah buatan ini memang jauh di bawah Golem yang sesungguhnya namun sudah cukup untuk membuat keempatnya kewalahan dan berada dalam bahaya.
Agarach menyerang terlebih dahulu dengan serangan ribuan jarum beracunnya tetapi karena kondisi yang lelah dan terluka, serangannya tidak lagi mematikan seperti semula. Golem – Golem yang terkena serangan, terus bergerak maju. Red Tail menggunakan ekornya sebagai senjata dan menyerang telak ke arah salah satu Golem dan berhasil menjatuhkannya namun Golem yang lain memukulnya hingga terbanting jauh ke belakang. Golem yang jatuh dengan segera dapat kembali bangkit dan bergerak maju. Kong pun maju dengan rantai baja dan mengikatkan peledak di ujungnya. Lalu ia memutar- mutarkan rantai itu di atas kepalanya sambil membidik. Dengan gerakan cepat ia melemparkan rantai itu dan mengikat kaki salah satu Golem dan meledakkannya. Golem yang kehilangan kakinya segera jatuh dan hancur berkeping – keping.
‘Serang kakinya!’ Seru Kong yang telah mendapati kelemahan dari Golem yang terbuat dari tanah itu,’ Jangan biarkan kaki mereka menginjak tanah! Tanah adalah kekuatan mereka!’ Arachea yang mendengar Instruksi Kong segera membuat jaring besar di atas Para Golem dan menjerat leher salah satunya dengan jaring. Dengan kekuatan penuh ia menariknya ke atas dan memintalnya seperti laba – laba memintal lalat. Golem yang tidak menginjak tanah sama sekali kehilangan kekuatannya dan tidak berdaya. Redtail yang telah bangkit segera menghancurkan seekor Golem dengan menyerang kakinya dan demikian juga Kong yang sudah menghancurkan sebuah Golem lagi. Golem terakhir dihancurkan oleh Agarach dengan meluncurkan ratusan jarum beracun dan menabrak kaki Golem itu hingga hancur. Mereka mengakhiri pertarungan itu dengan kelelahan namun Garanox telah menghilang.
‘The Blue Orb!’ Desis Kong. Garanox pasti tengah mengincar Orb biru milik Bangsa Mermaid.
Bab 85. Antara Cinta dan Benci
Cephril dengan gemetaran memegang Trisulanya yang mengarah kepada Leinor sementara Knaurk bersandar di tepi balairung istana. Leinor memegang tombaknya erat – erat. Kedua mata Mermaid yang saling mencintai ini begitu hampa antara cinta dan benci yang saling beradu di dalm hati mereka masing – masing.
‘Mengapa kau tidak mau ikut denganku, Leinor?’ Tanya Cephril mulai terisak,’ Kau tahu betapa aku mencintai dirimu namun kenapa kau malah memilih tahta Kerajaan Mermaid? Apakah semua itu memang lebih berharga daripada diriku dan cinta kita?’
‘Cephril, mengapa tidak kau yang mau bersabar sedikit saja? Jika kita lari bagaimana dengan tanggung jawabku kepada Kerajaan Mermaid? Bagaimana dengan ayahku yang sudah tua dan begitu mengharapkan aku sebagai pewaris? Bagaimana kita bisa hidup damai sebagai pelarian terus menerus sepanjang sisa hidup kita? Aku hanya memintamu menunggu sedikit lagi sampai aku naik tahta dan menjadi seorang raja setelah itu aku akan menikahimu. Kau akan menjadi seorang ratu dan tidak akan ada yang berani menyakitimu lagi,’ Leinor berusaha memberi penjelasan,’ Tetapi mengapa kau begitu bodoh menjadi Jenderal Pasukan Kegelapan dan kini dengan tanganmu sendiri kau telah membunuh ayahku. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, Cephril.’
‘Menunggu! Aku sudah menunggu puluhan hingga ratusan tahun untuk dapat hidup damai sebagaimana Mermaid lainnya dan kau meminta aku menunggu lagi hingga kau naik tahta? Aku tidak bisa menunggu lagi, Leinor! Ayahmulah yang menyebabkan kita seperti ini! Hanya karena aku berdarah campuran dan aku mencintaimu, ia tega memisahkan kita dan memburuku seperti binatang! Apa aku tidak berhak membunuh raja bodoh itu!’ Teriak Cephril dengan penuh emosi.
‘Jangan hina ayahku!’ Teriak Leinor dengan penuh kemarahan.
‘Kalau begitu ikuti saja dia ke neraka!’ Balas Cephril sambil menusukkan Trisulanya ke arah Leinor.
Pertarungan keduanya pun dimulai. Leinor mengangkat tombaknya dan menangkis serangan Cephril. Serangan demi serangan fisik pun berlalu dengan sengit. Cephril yang sebelumnya telah terluka menjadi semakin lemah dan terdesak. Akhirnya ia pun menggunakan kekuatan sihirnya. Trisulanya bergetar hebat dan semburan ombak yang dashyat pun keluar dan menghantam Leinor hingga membentur dinding Balairung istana. Leinor tidak cedera berat karena sempat menahan pusat serangan itu dengan tombaknya dan seketika itu juga ia membalas serangan dengan jurus yang sama karena memang mereka berdua berlatih bersama ketika kecil. Serangan Leinor mengenai Cephril dengan telak dan langsung membuatnya roboh. Leinor langsung menghentikan serangan ketika melihat kekasihnya jatuh. Perlahan air mata pun mengalir di pipinya.
Leinor menggenggam erat tombak di tangan kanannya sementara tangan kirinya mengambil sesuatu dari balik jubah tempurnya. Ia mendekati Cephril yang masih berlutut berusaha untuk bangkit kembali. Leinor sudah sampai di depan Cephril dan mulai mengarahkan tangan kirinya. Namun Knaurk yang melihat Leinor sudah berada begitu dekat dengan Cephril menjadi salah paham dan berseru,’ Cephril! Awas serangan!’
Seketika itu juga Cephril langsung menghujamkan Trisulanya ke depan dan menikam perut Leinor. Sebuah bulatan biru, The Blue Orb terjatuh dari balik baju Leinor namun sebuah benda kecil yang jatuh dari telapak tangan kiri Leinorlah yang membuat Cephril terbelalak dan ikut mencucurkan air mata. Benda kecil yang terbuat dari emas dan berhiaskan permata, sebuah cincin pernikahan.
Leinor memuntahkan darah dan langsung jatuh ke pangkuan Cephril tetapi tangannya terus berusaha meraih cincin yang dijatuhkannya. Cephril meraih cincin itu dan menaruhnya di telapak tangan Leinor sambil terus menangis. Leinor dengan gerakan lambat memasangkan cincin itu di jari manis Cephril sambil berbisik,’ Maukah kau menikahiku, Cephril sayang? Ingatkah kau, aku pernah berjanji akan menikahimu setelah aku menjadi raja dan kini aku seorang raja. Cephril, aku mau kau menjadi ratuku.’ Cephril menangis semakin keras dan sebelum ia menjawab, Leinor sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir.
‘Aku mau! Aku mau!’ teriak Cephril namun Leinor sudah tidak bergeming lagi,’ Tidak! Jangan tinggalkan aku! Cephril terus berseru dan suaranya bergema di balairung istana Mermaid. Leinor, kekasihnya telah mati di tangannya sendiri.
‘Panah!’ Seru Fleric dan panah – panah peri pun berhamburan ke arah Pasukan Kegelapan yang baru saja keluar dari dalam air. Pasukan Kegelapan tidak sempat mempersenjatai diri mereka dengan perisai ataupun panah karena sebelumnya di dalam pertempuran dalam air anak panah tidak berguna dan perisai menjadi beban yang berat.jika dipergunakan di dalam air. Pasukan Kegelapan sama sekali tidak menyangka mereka akan dipaksa untuk bertarung melawan Bangsa Peri di darat. Namun semangat Pasukan Kegelapan untuk membantai Para Peri sama sekali tidak berkurang karena mareka dipimpin oleh Dua Jenderal Tengkorak yang sangat kuat, Kullnor The Hellstar dan Madon The Ice Bone.
Darah Fleric berdesir kencang melihat kehadiran The Hellstar karena setiap peri pasti tahu reputasi kekuatan dari makhluk yang satu ini, yang salah satunya adalah membunuh Albrick, Sang Pahlawan Guardian Bangsa Peri. Tubuh Fleric gemetar antara takut dan marah melihat musuh besar Bangsa Peri muncul di hadapannya. Maka tanpa ragu Fleric segera mencabut Pedang Rembulannya dan menyerang maju ke arah Kullnor The Hellstar. Melihat sahabatnya maju maka Gnorr pun tidak tinggal diam, ia segera melontarkan Kapak Terbangnya ke arah Madon The Ice Bone.
Seperti biasa, Fleric menggunakan jurus Ice Crashernya dan berusaha membekukan Kullnor namun Fleric menjadi terkejut sendiri ketika melihat ledakan es yang seharusnya membekukan Kullnor sama sekali tidak berguna. Tubuh Kullnor sepanas api neraka sehingga jurus es Fleric dapat dengan mudah dihadapi. Gnorr pun mengalami kesulitan yang sama, Kapak Terbangnya tiba – tiba saja melambat di udara dan dapat dengan mudah dihindari oleh Madon bahkan dengan cepat Madon mampu melancarkan serangan balik dengan melemparkan es dari tulang – tulangnya yang menonjol. Gerakan Gnorr menjadi semakin lambat dan tubuhnya menggigil serasa membeku ketika berada di dekat Madon. Gnorr pun sudah kehabisan akal karena kekuatan fisiknya tidak berguna jika tidak dapat menghantam lawan dengan tepat. Di sisi lain, Fleric pun mati – matian menghindar serangan pedang Kullnor yang panas luar biasa sementara aura dingin Pedang Rembulan yang mampu memperlambat gerakan lawan tidak berdaya di hadapan api neraka Kullnor.
Tubuh Fleric sudah penuh dengan luka bakar sementara tubuh Kullnor tidak terluka sama sekali karena aura es pedang Rembulan dapat dihindari oleh tubuhnya yang selalu mengeluarkan api yang panas. Fleric mulai berkeringat dingin. Kesempatan untuk menang bagi Raja Peri sudah tertutup. Kullnor pun tersenyum dan tiba – tiba menghilang. Fleric terkejut dan segera bertindak cepat dengan membuat bayangan dirinya. Sepersekian detik kemudian bayangan itu sudah pun lenyap ditusuk oleh pedang api dari belakang oleh Kullnor yang tidak terlihat oleh mata. Fleric menyadari bahaya yang tidak terlihat oleh karena itu ia segera memperbanyak bayangannya sebanyak mungkin dengan harapan dapat membingungkan Kullnor. Sepertinya itu adalah strategi yang bagus untuk membuat penyerang yang tidak terlihat menjadi frustasi karena tidak tahu siapa yang harus diserang di antara begitu banyak bayangan. Namun Kullnor berbeda. Melihat lawannya jadi begitu banyak Kullnor menampakkan diri dan menggunakan jurus ledakan apinya. Dalam waktu singkat api menyembur dashyat dan membakar Fleric beserta semua bayangannya seketika itu juga. Fleric setengah mati berusaha memadamkan api di sekujur tubuhnya. Kullnor segera maju menyerang dan hendak memenggal kepala Fleric namun untunglah Fleric segera menyadari bahaya dan menangkis dengan pedangnya. Fleric terdorong mundur hingga menabrak Gnorr yang sudah hampir mati membeku hingga ke tulang – tulangnya. Mereka berdua tahu bahwa kekalahan sudah ada di depan mata.
Bab 82. Bertukar Posisi
Kullnor segera maju dan menyemburkan apinya ke arah mereka berdua. Tanpa disangka Gnorr langsung maju dan menghalangi api itu dengan tubuhnya. ‘Gnorr! Tidak!’ Fleric berteriak panik melihat tubuh temannya dibakar hidup – hidup. Tapi sungguh ajaib! Gnorr bukannya kesakitan dan hangus melainkan malah terbebas dari kebekuan yang menyelimutinya dan mampu melemparkan kapaknya secara bebas ke arah Kullnor. Kullnor yang tidak menyangka akan mendapat serangan balik tidak dapat menghindar. Ia terluka telak di dadanya oleh pukulan Kapak yang luar biasa kuat dari Gnorr. Melihat temannya terluka, Madon pun tidak tinggal diam. Ia segera membantu dengan serangan es dari tulang – tulangnya. Kali ini giliran Fleric yang maju dengan jurus Ice Crasher. Es beradu dengan es dan kedua jurus itu pun saling menghancurkan di udara. Akhirnya Fleric dan Gnorr masih memiliki harapan untuk menang jika mereka bertukar posisi tempur.
Kullnor merasakan tulang dada tengkoraknya retak. Api sepanas neraka di tubuhnya tidak berpengaruh terhadap Gnorr yang masih kedinginan karena tulang – tulangnya membeku akibat jurus Madon, bahkan sepertinya Gnorr semakin cepat pulih ketika berada di dekat Kullnor. Maka pilihan satu – satunya Kullnor menggunakan jurus menghilang dan menyerang dari belakang. Tetapi Gnorr yang sudah mengetahui jurus yang satu ini tidak tinggal diam. Gnorr tahu Kullnor berada di dekatnya dalam keadaan tidak terlihat tapi bukan berarti tidak dapat dijatuhkan. Gnorr segera menghantam tanah dengan kapaknya dan menimbulkan getaran keras seperti gempa bumi. Kullnor yang tidak sempat menjaga keseimbangan terjatuh dan sebelum ia sempat bangkit, Gnorr sudah menghantam tubuhnya untuk yang kedua kalinya. Gnorr menginjak kepala Kullnor dengan kakinya dan mengarahkan kapak ke leher Kullnor. Kali ini walaupun Kullnor dapat menghilang tetapi tebasan kapak Gnorr tidak akan meleset.
Madon berteriak histeris menyaksikan kepala Kullnor terlepas dari tubuhnya dan ia juga menjadi semakin panik menyaksikan lawannya membelah diri menjadi belasan Fleric. Tanpa bantuan Kullnor, hilang sudah harapan Madon untuk dapat menyerang Fleric yang sesungguhnya dan bukan bayangan. Apalagi Gnorr yang sudah hampir pulih dari jurus pembeku tulangnya kini mulai berjalan mendekati dirinya. Madon pun menjatuhkan diri menyerah. Pasukan Kegelapan yang melihat pemimpinnya menyerah segera ikut menjatuhkan diri dan kehilangan harapan untuk bertempur lebih jauh. Para Peri pun bersoran penuh kemenangan.
Di saat kemenangan ada di depan mata, pada saat itulah bahaya yang sebenarnya mengancam. Madon yang sedang berlutut tiba – tiba melompat ke arah punggung Gnorr dan menggunakan jurus rahasianya, Jurus Penguasa Tulang. Madon bermaksud menguasai tubuh Gnorr dengan mengendalikan tulang – tulangnya. Perlahan – lahan Tulang Madon yang kebiruan menyusup masuk ke dalam tubuh Gnorr dan menjadi satu dengan tulang – tulang Gnorr. Fleric berteriak panik dan ketakutan tanpa dapat berbuat apa – apa. Ia tidak menyerang musuh yang sedang menempel erat dengan temannya itu karena Fleric tidak mau melukai Gnorr.
Gnorr hampir berhasil dikuasai oleh Madon. Tiba – tiba saja tangan kanan Gnorr bergerak di luar kemauan tubuhnya sendiri dan melemparkan kapak terbang ke arah Fleric. Fleric segera menghindari serangan tersebut tetapi Gnorr yang kakinya juga telah berhasil dikuasai berlari mendekati Fleric dan menghantamkan tinjunya ke dada Fleric. Fleric langsung terjatuh dan memuntahkan darah. ‘Tusuk aku, Fleric! Ayo bangun dan tusuk aku!’ Teriak Gnorr. Fleric segera menghindar ketika kaki Gnorr bermaksud menginjaknya. Ia ragu dan memegang pedang Rembulannya erat – erat. Gnorr mengayunkan kapaknya dan Fleric segera menangkis serangan itu sekuat tenaga sambil berseru,’ Ice Crasher!’ Gnorr beserta Madon pun membeku untuk sementara.
Saat Madon masih belum pulih dari kebekuannya, Gnorr segera mengambil alih kesadaran organ tubuhnya dan menghancurkan es di sekelilingnya. Lalu ia menarik ujung Pedang Rembulan yang masih dipegang Fleric dan menusukkannya sendiri ke dadanya. Pedang Fleric menusuk tembus ke belakang dan juga menusuk Madon yang bergantungan di punggung Gnorr. Madon terkejut dan berteriak kesakitan. Ia berusaha melepaskan diri dari Gnorr tetapi Gnorr dengan sisa – sisa kekuatannya yang ada, menggerakkan kapaknya dan berulangkali menghantamkan ke belakang tubuhnya sendiri. Darah Madon dan Gnorr sama – sama menyembur keluar dan mereka berdua roboh.
Tak lama kemudian Flivia dan Trexien mendekati kedua temannya itu. Fleric jatuh berlutut dan terlihat masih ‘shock’ karena melihat Gnorr bertindak nekat dengan menusuk dirinya sendiri dengan Pedang Rembulan miliknya. Sementara Gnorr tidak jelas keadaannya antara hidup dan mati. Madon tergeletak kehilangan nyawa setelah tubuhnya tercabik – cabik kapak Gnorr. Flivia segera menghampiri Gnorr dan memeriksa keadaannya. ‘Bagaimana dia?’ Tanya Fleric lirih kepada Flivia menanyakan keadaan Gnorr. Flivia menggeleng lemah,’ Kesempatan hidupnya tipis, jika dapat hidup pun, ia akan menjadi cacat total karena tulang punggungnya telah patah dan rusak total.’ Fleric pun meneteskan air mata dan mulai menangis terisak.
Bab 83. Pertarungan Final Bangsa Peri
Kemenangan Bangsa Peri di tepi pantai Atlantis hanya bersifat sementara. Prajurit Bangsa Peri yang jumlahnya hanya tersisa sedikit setelah melewati begitu banyak pertempuran dashyat kini harus berhadapan dengan seluruh Pasukan Manusia Serigala yang dikerahkan oleh WolfGod sendiri. 4 Jenderal Manusia Serigala yang tersisa dari 6 Jenderal: WolfGod The Master; WolfLady The Mother; WolfHowl The Howler; WolfSpirit The Ghost. Ribuan Manusia Serigala sudah siap melakukan serangan penghabisan. WolfGod tersenyum puas menyaksikan ketakutan Bangsa Peri yang terdesak. Fleric kini harus bertarung seorang diri karena Gnorr pingsan sementara Flivia dan Trexien bukan Ksatria petarung.
Manusia Serigala bergerak maju dengan kecepatan tinggi dan diiringi oleh Jurus Raungan WolfHowl The Howler. Bangsa Peri terpaksa menutup telinganya karena tidak tahan terhadap raungan tersebut sehingga mereka tidak dapat memanah dengan baik. Fleric yang melihat situasi berbahaya segera melepaskan Jurus Ice Crasher nya dan membekukan barisan Manusia Serigala terdepan sekaligus menjadikan benteng es untuk menghalangi Manusia Serigala di belakangnya menyerang dari arah depan. Karena terhalang tembok es buatan Fleric, Manusia Serigala mengambil arah memutar dan menyerang dari arah kanan dan kiri Pasukan Peri. Pasukan Peri masih dapat bertahan dari kepungan dua arah ini tetapi tidak bertahan lama karena WolfGod The Master meninju tembok es Fleric hingga hancur berkeping – keping. Kekuatannya sungguh luar biasa.
Fleric pun membuat bayangan dirinya sebanyak mungkin untuk membingungkan serangan Pasukan Manusia Serigala tetapi WolfLady The Mother menciptakan ribuan serigala jadi – jadian yang mengejar bayangan Fleric. Walau Fleric dapat menciptakan belasan bayangan tetapi tetap saja tak dapat bertahan menghadapi ribuan serigala yang selalu menerkam setiap kali melihat dirinya muncul baik berupa bayangan maupun dirinya yang asli. Fleric terdesak hebat.
WolfSpirit segera menerkam Flivia yang sedang berusaha mengobati Gnorr dan WolfHowl juga menerkam Trexien. Flivia dan Trexien tidak memiliki kekuatan untuk bertarung dan sepertinya mereka akan mati sia – sia. Tubuh indah Flivia sudah tercabik – cabik namun ia masih sempat meminum suatu ramuan sebelum akhirnya meninggal karena darahnya diminum habis oleh WolfSpirit. Sementara Trexien menjerit kesakitan saat berusaha dimangsa oleh WolfHowl tetapi di saat kritis itulah Gnorr tiba – tiba bangkit dan mencekik leher WolfHowl. Sungguh sial bagi WolfHowl yang tidak waspada. Dalam keadaan tercekik WolfHowl sama sekali tidak dapat mengeluarkan Jurus Raungan Serigalanya dan ia mulai lemas kehabisan udara.
WolfSpirit melihat temannya dalam bahaya segera membantu dengan mengeluarkan jurus ilusinya. Namun pada saat itulah ia terbatuk dan mengeluarkan darah. Perutnya terasa melilit dan tubuhnya mulai membiru. WolfSpirit The Ghost keracunan. Ia menjadi panik dan bergulingan dalam keadaan bingung sampai ia melihat sisa tubuh Flivia yang tercabik – cabik. WolfSpirit baru menyadari bahwa sebelum meninggal Flivia telah meminum racun untuk dapat meracuni dirinya. Flivia adalah seorang Peri ahli ramuan. Racun yang dibuatnya tentu bukan sembarang racun. WolfSpirit pun mati konyol oleh seorang wanita peri yang lemah dalam kekuatan fisik namun memiliki keberanian selayaknya seorang ksatria besar.
Gnorr pun kembali muntah darah akibat terlalu banyak mengeluarkan tenaga setelah berhasil mencekik mati WolfHowl The Howler dengan tangan kosong. Itu adalah hal yang luar biasa bagi manusia manapun namun daya tahan Gnorr hanya sampai di sini. Sebelum wafat ia memberikan kapak terbangnya kepada Trexien yang juga luka parah dan berkata,’ Kekuatan tidak terletak pada tubuh yang besar dan kuat tetapi terletak pada hati yang murni dan berani. Pakailah kapak ini dengan berani, saudara Trex dan jadilah seorang pahlawan dengan kelebihanmu sendiri!’ Gnorr pun menghembuskan nafasnya yang terakhir. Trexien menangis kencang.
Menghadapi dua Jenderal Manusia Serigala yang kuat membuat Fleric kehilangan harapan untuk menang apalagi langit mulai gelap dan malam pun tiba. Sinar bulan bersinar cerah dan Fleric harapan untuk menang sudah musnah. WolfGod The Master adalah Manusia Serigala yang sempurna dan ia menyerap kekuatan bulan. Ketika bulan muncul di langit walaupun belum bulan purnama namun sudah cukup memberi kekuatan puluhan hingga ratusan kali lipat kepada WolfGod. Saat bulan muncul kekuatan WolfGod menjadi setingkat dewa. WolfGod pun menjadi semakin ganas ketika bulan muncul dan kekuatannya sama sekali tidak dapat dipercaya. IceCrasher Fleric dianggap seperti hantaman salju yang lembut dan tidak berpengaruh apa – apa. Ia langsung menyergap maju dan mencabik Fleric. Untuk yang terakhir kalinya Fleric menebaskan Pedang Rembulannya dan pedang tersebut patah ketika beradu dengan taring serigala WolfGod. Fleric terjatuh sambil memandang patahan pedangnya dengan tidak percaya. Pedang warisan Guardian Albrick akhirnya jatuh bersama Fleric dalam pertempuran di tepi Pantai Atlantis.
‘Tunggu! Jangan bunuh dia!’ Seru WolfLady kepada WolfGod,’ Aku butuh jiwanya untuk menambah kekuatanku!’ WolfLady tersenyum licik karena ia tahu Flerick tanpa Pedang Rembulan tidak akan bisa menggunakan jurus apapun juga. Fleric sudah terlalu lemah untuk bertarung lagi. ‘Aku punya satu permintaan terakhir!’ Seru Flerick terengah – engah,’ Aku ingin mati bersama dengan dia!’ Tangan Flerick mengacung kepada Trexien yang sedang membungkuk.
Saat itulah WolfGod meraung keras dan mengerikan. Ia baru menyadari bahwa kedua jenderalnya WolfHowl dan WolfSpirit telah mati. Dan ia memandang Flerick dengan marah,’ Apa gunanya aku mengabulkan keinginan seorang musuh?’
Flerick menjawab,’ WolfLady dapat mengambil jiwa kami berdua!’
WolfLady yang serakah segera menjawab,’ Izinkan dia mati bersama! Lagipula apa ruginya bagi kita?’
Flerick segera berjalan menuju Trexien yang gementar menahan sakit dan memeluknya lembut. WolfLady melangkah di belakang Flerick dan siap menghisap jiwa keduanya. Trexien pun roboh dan meninggal karena kehilangan banyak darah namun pada saat ia jatuh di balik bajunya muncul kapak terbang Gnorr. Rupanya Trexien berusaha mempertahankan nyawanya dengan berlutut untuk menyembunyikan Kapak Terbang Gnorr. Fleric segera meraih kapak itu dan berbalik lalu langsung memenggal kepala WolfLady dengan sekali tebas. Malang bagi WolfLady, kerakusannya menyebabkan ia tidak waspada akan jebakan lawan. Saat itu ribuan jiwa melayang terbebaskan dari jerat WolfLady The Mother. WolfLady pun tewas seketika. WolfGod mengamuk dan mencabik tubuh Fleric. WolfGod meraung kuat dan mencari Garanox yang tidak berbuat apa – apa untuk membantu Pasukan Manusia Serigala namun Garanox tidak kelihatan di mana pun.
Bab 84. Empat Melawan Satu
Pertempuran di Atlantis masih berlanjut. Pasukan Kegelapan yang telah kehilangan ke-3 Jenderalnya memang terdesak hebat. Namun gelombang kengerian berikutnya baru akan dimulai ketika sebuah teleport hitam terbuka dan suara tawa mengerikan terdengar, menciutkan semua hati lawannya. Seorang penyihir dengan wajah buruk dan mengerikan keluar dari dalam portal teleport. Ia memegang Tongkat Sang Master Kegelapan, The Darkness Scepter yang menunjukkan posisinya sebagai pewaris kuasa gelap. Ia adalah Garanox dan di dunia ini belum ada satu makhluk pun yang sanggup berhadapan dengannya. Tetapi Kong, Agarach, Redtail dan Arachea memberanikan diri untuk menghentikan langkah Sang Penyihir Hitam, Garanox. Empat melawan satu.
‘Wah, lihat siapa yang berani menentang kekuatanku sekarang? 3 ekor serangga dan seorang manusia hina? Kesempatan apa yang kalian miliki untuk melawan kekuatan dari Lord of Darkness?’ Ejek Garanox memandang remeh kepada lawan – lawannya.
‘Kau memang penyihir yang kuat, Garanox, mungkin yang terkuat di zaman ini tetapi kami berempat dan kau hanya sendiri. Mari kita lihat, sebenarnya seberapa kuat kau!’ Seru Arachea, sang Ratu Laba – Laba Bangsa Serangga sambil maju menyerang. Di keenam lengan Arachea memegang pedang panjang dan ia bergerak lincah dari satu jaring ke jaring yang lain. Memanfaatkan tubuhnya yang setengah laba – laba dan setengah manusia Arachea dapat menyerang dengan cepat dan dari arah mana pun melalui jaring laba – laba yang telah disebar sebelumnya.
Namun Garanox memang bukan penyihir sembarangan. Tongkatnya bersinar dan dalam sekejap jaring Arachea berubah menjadi abu. Arachea yang terkejut akan perubahan ini terjatuh dan sebelum ia sempat bangkit, Garanox sudah meluncurkan sinar hijau ke arahnya. Untunglah Red Tail langsung menggunakan ekornya untuk menarik Sang Ratu menghindar dari bahaya. Cahaya hijau itu menghantam tanah dan menyebabkan ledakan dashyat. Serangan Garanox memang tidak main – main. Kali ini dia mengetukkan tanah lima kali sambil membaca mantera dan tanah pun bergetar dashyat. Entah dari mana lima Golem muncul dari dalam tanah dan langsung menyerang ke arah Arachea, Red Tail, Agarach dan Kong. Kekuatan Golem tanah buatan ini memang jauh di bawah Golem yang sesungguhnya namun sudah cukup untuk membuat keempatnya kewalahan dan berada dalam bahaya.
Agarach menyerang terlebih dahulu dengan serangan ribuan jarum beracunnya tetapi karena kondisi yang lelah dan terluka, serangannya tidak lagi mematikan seperti semula. Golem – Golem yang terkena serangan, terus bergerak maju. Red Tail menggunakan ekornya sebagai senjata dan menyerang telak ke arah salah satu Golem dan berhasil menjatuhkannya namun Golem yang lain memukulnya hingga terbanting jauh ke belakang. Golem yang jatuh dengan segera dapat kembali bangkit dan bergerak maju. Kong pun maju dengan rantai baja dan mengikatkan peledak di ujungnya. Lalu ia memutar- mutarkan rantai itu di atas kepalanya sambil membidik. Dengan gerakan cepat ia melemparkan rantai itu dan mengikat kaki salah satu Golem dan meledakkannya. Golem yang kehilangan kakinya segera jatuh dan hancur berkeping – keping.
‘Serang kakinya!’ Seru Kong yang telah mendapati kelemahan dari Golem yang terbuat dari tanah itu,’ Jangan biarkan kaki mereka menginjak tanah! Tanah adalah kekuatan mereka!’ Arachea yang mendengar Instruksi Kong segera membuat jaring besar di atas Para Golem dan menjerat leher salah satunya dengan jaring. Dengan kekuatan penuh ia menariknya ke atas dan memintalnya seperti laba – laba memintal lalat. Golem yang tidak menginjak tanah sama sekali kehilangan kekuatannya dan tidak berdaya. Redtail yang telah bangkit segera menghancurkan seekor Golem dengan menyerang kakinya dan demikian juga Kong yang sudah menghancurkan sebuah Golem lagi. Golem terakhir dihancurkan oleh Agarach dengan meluncurkan ratusan jarum beracun dan menabrak kaki Golem itu hingga hancur. Mereka mengakhiri pertarungan itu dengan kelelahan namun Garanox telah menghilang.
‘The Blue Orb!’ Desis Kong. Garanox pasti tengah mengincar Orb biru milik Bangsa Mermaid.
Bab 85. Antara Cinta dan Benci
Cephril dengan gemetaran memegang Trisulanya yang mengarah kepada Leinor sementara Knaurk bersandar di tepi balairung istana. Leinor memegang tombaknya erat – erat. Kedua mata Mermaid yang saling mencintai ini begitu hampa antara cinta dan benci yang saling beradu di dalm hati mereka masing – masing.
‘Mengapa kau tidak mau ikut denganku, Leinor?’ Tanya Cephril mulai terisak,’ Kau tahu betapa aku mencintai dirimu namun kenapa kau malah memilih tahta Kerajaan Mermaid? Apakah semua itu memang lebih berharga daripada diriku dan cinta kita?’
‘Cephril, mengapa tidak kau yang mau bersabar sedikit saja? Jika kita lari bagaimana dengan tanggung jawabku kepada Kerajaan Mermaid? Bagaimana dengan ayahku yang sudah tua dan begitu mengharapkan aku sebagai pewaris? Bagaimana kita bisa hidup damai sebagai pelarian terus menerus sepanjang sisa hidup kita? Aku hanya memintamu menunggu sedikit lagi sampai aku naik tahta dan menjadi seorang raja setelah itu aku akan menikahimu. Kau akan menjadi seorang ratu dan tidak akan ada yang berani menyakitimu lagi,’ Leinor berusaha memberi penjelasan,’ Tetapi mengapa kau begitu bodoh menjadi Jenderal Pasukan Kegelapan dan kini dengan tanganmu sendiri kau telah membunuh ayahku. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, Cephril.’
‘Menunggu! Aku sudah menunggu puluhan hingga ratusan tahun untuk dapat hidup damai sebagaimana Mermaid lainnya dan kau meminta aku menunggu lagi hingga kau naik tahta? Aku tidak bisa menunggu lagi, Leinor! Ayahmulah yang menyebabkan kita seperti ini! Hanya karena aku berdarah campuran dan aku mencintaimu, ia tega memisahkan kita dan memburuku seperti binatang! Apa aku tidak berhak membunuh raja bodoh itu!’ Teriak Cephril dengan penuh emosi.
‘Jangan hina ayahku!’ Teriak Leinor dengan penuh kemarahan.
‘Kalau begitu ikuti saja dia ke neraka!’ Balas Cephril sambil menusukkan Trisulanya ke arah Leinor.
Pertarungan keduanya pun dimulai. Leinor mengangkat tombaknya dan menangkis serangan Cephril. Serangan demi serangan fisik pun berlalu dengan sengit. Cephril yang sebelumnya telah terluka menjadi semakin lemah dan terdesak. Akhirnya ia pun menggunakan kekuatan sihirnya. Trisulanya bergetar hebat dan semburan ombak yang dashyat pun keluar dan menghantam Leinor hingga membentur dinding Balairung istana. Leinor tidak cedera berat karena sempat menahan pusat serangan itu dengan tombaknya dan seketika itu juga ia membalas serangan dengan jurus yang sama karena memang mereka berdua berlatih bersama ketika kecil. Serangan Leinor mengenai Cephril dengan telak dan langsung membuatnya roboh. Leinor langsung menghentikan serangan ketika melihat kekasihnya jatuh. Perlahan air mata pun mengalir di pipinya.
Leinor menggenggam erat tombak di tangan kanannya sementara tangan kirinya mengambil sesuatu dari balik jubah tempurnya. Ia mendekati Cephril yang masih berlutut berusaha untuk bangkit kembali. Leinor sudah sampai di depan Cephril dan mulai mengarahkan tangan kirinya. Namun Knaurk yang melihat Leinor sudah berada begitu dekat dengan Cephril menjadi salah paham dan berseru,’ Cephril! Awas serangan!’
Seketika itu juga Cephril langsung menghujamkan Trisulanya ke depan dan menikam perut Leinor. Sebuah bulatan biru, The Blue Orb terjatuh dari balik baju Leinor namun sebuah benda kecil yang jatuh dari telapak tangan kiri Leinorlah yang membuat Cephril terbelalak dan ikut mencucurkan air mata. Benda kecil yang terbuat dari emas dan berhiaskan permata, sebuah cincin pernikahan.
Leinor memuntahkan darah dan langsung jatuh ke pangkuan Cephril tetapi tangannya terus berusaha meraih cincin yang dijatuhkannya. Cephril meraih cincin itu dan menaruhnya di telapak tangan Leinor sambil terus menangis. Leinor dengan gerakan lambat memasangkan cincin itu di jari manis Cephril sambil berbisik,’ Maukah kau menikahiku, Cephril sayang? Ingatkah kau, aku pernah berjanji akan menikahimu setelah aku menjadi raja dan kini aku seorang raja. Cephril, aku mau kau menjadi ratuku.’ Cephril menangis semakin keras dan sebelum ia menjawab, Leinor sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir.
‘Aku mau! Aku mau!’ teriak Cephril namun Leinor sudah tidak bergeming lagi,’ Tidak! Jangan tinggalkan aku! Cephril terus berseru dan suaranya bergema di balairung istana Mermaid. Leinor, kekasihnya telah mati di tangannya sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)