Rabu, 29 Oktober 2008

War of The Dragons

War of The Dragons
by: Junaidi Halim

Prologue
‘Galarien, saudariku, mengapa kau memanggilku ke tengah dunia ini?’ tanya Armeron,’ Bukankah kita ke-7 Ancient Keeper telah berjanji untuk tidak mencampuri urusan dunia ini lagi? Kita hanya bertugas menjaga dan hanya itulah yang akan kita lakukan.
‘Armeron, tidakkah kau rasakan ketakutan dari bumi, jeritan bintang dan rintihan langit? Sesuatu yang amat sangat buruk dan jahat akan segera terjadi. Oleh karena itu aku memanggilmu,’ Jawab Galarien sambil memandang Armeron.
‘Sesuatu yang jahat terus terjadi sejak Bangsa Naga yang jatuh ke dalam kesombongan membunuh saudara kita, Agaril lalu merebut Jubah Perang Keyakinan warisan The Holy Light yang dijaga Agaril sebagai Ancient Keeper. Darah Agaril telah mengutuk Bangsa itu dalam keserakahan dan perang terus menerus dalam memperebutkan Jubah Perang Keyakinan itu,’ Keluh Armeron,’ Bukan tugas kita untuk mencampurinya, Galarien. Biar makhluk dunia yang berjuang untuk kehidupan mereka sementara kita hanya perlu menjaga warisan The Holy Light agar tidak jatuh ke tangan yang tidak tepat.’
‘Astaga! Apa itu, Armeron?’ Tanya Galarien terkejut ketika melihat sebuah cahaya hijau seperti meteor meluncur ke arah Puncak Gunung Putih yang merupakan tempat tinggal Tinuviran, Keeper yang menjaga Ketopong Pengetahuan warisan Holy Light. ‘Cepat! Kita harus bergerak ke sana!’ Seru Galarien,’ Sesuatu yang jahat tengah mengancam Tinuviran.’
Galarien dan Armeron segera melakukan teleport ke puncak Gunung Putih dan mereka menyaksikan hal yang mengerikan di mana Tinuviran tengah bertarung dengan makhluk besar setinggi 5 meter lebih dan tubuhnya terbuat dari batu kristal tajam dan mengeluarkan api beracun berwarna hijau dari sekujur tubuhnya. Makhluk itu memiliki 4 lengan dan sepasang sayap. ‘Arnarock! Satu dari 13 Pengikut utama Lord of Darkness yang tersisa,’ Seru Galarien.
Tinuviran tengah berusaha bertahan dengan membuat tabir pelindung sihir sementara Arnarock terus menerus memukuli tabir pelindung itu dengan keempat tangannya hingga hancur. Tinuviran segera membalas serangan dengan sihir ledakan bintang Supernova. Puncak Gunung Putih langsung hancur lebur karena energi yang begitu dahsyat tetapi Arnarock tidak bergeming. Tubuh Arnarock sangat kuat dan mampu menahan sihir lawannya. Ia menggeram marah dan maju ke depan untuk mencekik Tinuviran. Tetapi Galarien tidak tinggal diam melihat saudarinya hampir terbunuh dan ia segera memukul tanah dengan keras. Tubuh Arnarock langsung terbelit akar yang kuat dan dalam sedetik kemudian berubah menjadi pohon hidup yang menjepit Arnarock. Tidak berhenti sampai di sana Galarien juga membangkitkan 5 Prajurit Pohon setinggi 4 meter dari dalam tanah. Tapi kekuatan Arnarock tidak kalah dashyat. Tiba – tiba api di tubuhnya meledak dan membakar habis pohon – pohon yang menjepitnya sekaligus membakar prajurit pohon dari Galarien. Tinuviran, Galarien dan Armeron sendiri dipaksa mundur karena kekuatan api yang luar biasa itu.
‘Serang bersamaan, saudariku!’ Seru Armeron memberi komando sambil kemudian mengeluarkan 100 sambaran halilintar berkekuatan dashyat untuk menghantam Arnarock. Bersamaan dengan itu Galarien langsung memanggil puluhan batu – batu besar dari dalam inti bumi untuk menghajar Arnarock dari bawah. Sementara itu Tinuviran menghujani Arnarock dengan puluhan bintang jatuh. Kekuatan tiga Keeper disatukan membuat Arnarock kewalahan dan Gunung Putih pun tidak dapat menahan kekuatan dashyat itu hingga hancur berkeping – keeping. Ketiga Keeper segera terbang menghindar.
Dari dalam runtuhan gunung itu, bangkitlah Arnarock dengan keadaan yang sangat marah namun ia tidak berani meneruskan pertarungan karena sekarang di hadapannya telah ada 6 Keeper. Ajitera, Leskion dan Nimros telah berteleport untuk membantu Keeper yang lainnya. Melihat keadaan tidak menguntungkan, maka Arnarock memutuskan untuk pergi menghindar. Para Keeper tidak berani mengambil resiko mengejar Arnarock karena dari 13 Pengikut Lord of Darkness, empat di antaranya termasuk Arnarock masih berkeliaran. Para Keeper tidak mau sampai disergap keempat makhluk terkutuk ini dan warisan The Holy Light jatuh ke tangan Kegelapan. Mereka hanya terdiam menatap Arnarock terbang menjauh.
Sementara itu, seorang wanita cantik tersenyum melihat semuanya itu dari dalam bola kristalnya. Wajahnya tidak terlihat jelas dan senyumnya begitu misterius. ‘Zaman Para Naga telah berakhir dan zaman baru akan datang diawali dengan api peperangan,’ Desis Sang Wanita.

Tidak ada komentar: