Bab 2. Mimpi Sang Raja Naga Api
Naga itu mengamuk dengan hebat. Semburan apinya dapat mencapai jarak 100 meter dan batu Kristal pun tidak tahan menghadapi panas apinya yang luar biasa dashyat. Batu dan logam yang paling kuat pun meleleh karena panas yang lebih dashyat dari sengatan matahari itu. Namun api itu sama sekali tidak mampu melukai atau membakar sedikit saja kulit dari makhluk yang berada di hadapannya. Seekor unicorn hitam dengan tanduk berwarna keunguan berdiri tegak dan tidak bergeming sedikitpun terhadap semburan api yang paling panas itu. Raja Naga Api, Blaster tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. ‘Siapa kau?’ Tanya Blaster dengan raungan yang ganas,’ Makhluk apa kau ini sehingga bisa menghadapi panas apiku tanpa terluka sedikit pun?’
Makhluk itu tersenyum lemah. Kengerian terpancar dari wajah Unicorn itu ketika ia menatap Blaster dengan mata merahnya. ‘Jadi setelah 500 tahun pertarungan dalam Ancient War dan 600 tahun masa kejayaan Bangsa Naga telah membuatmu lupa kepada musuhmu. Sungguh lucu, Bangsa Naga yang diberi umur rata – rata 3000 tahun ternyata tidak mempunyi ingatan selama itu,’ jawab unicorn hitam itu.
‘kurang ajar! Aku sudah berumur 2300 tahun lebih dan belum pernah bertemu dengan makhluk yang kurang ajar sepertimu!’ Seru Blaster sambil meluncurkan serangan apinya kembali dengan panas 100 kali lipat dari sebelumnya. Bumi sampai merekah dan langit memerah seperti darah namun makhluk itu hanya tertawa seperti sedang menikmati semburan panas yang luar biasa dashyat itu. Lalu dengan muka serius ia menghembuskan nafas kecil dari hidungnya dan api Blaster pun lenyap seketika bahkan mulut Blaster membeku dalam keadaan terkatup. Blaster memberontak namun sekuat apapun ia berusaha tetap tidak dapat menghancurkan es yang menyumpal mulutnya. Baru pertama kalinya Blaster dipermalukan oleh makhluk kecil seperti ini.
‘Ingat baik – baik Raja Naga Api. Namaku Nymsis, The Dark Unicorn. Kurasa kau sudah tahu siapa aku jadi tidak perlu kujelaskan panjang lebar, bukan?’ Nymsis kembali tersenyum dengan menyebarkan kengerian.
Blaster mendelik ketakutan ketika menyadari bahwa Unicorn itu adalah Nymsis, satu dari ketiga belas Zingamon yang merupakan bawahan langsung Lord of Darkness ketika ia masih berada di puncak kekuasaan dalam Ancient War. Namun di masa sekarang hanya ada empat Zingamon yang masih hidup dan Nymsis adalah salah satunya. Nymsis merupakan makhluk yang mengerikan karena ia adalah penguasa mimpi dengan jurus ‘Nightmare’ nya. Lebih parahnya, Blaster kini sadar bahwa ia sedang terperangkap dalam mimpinya sendiri. Jika Blaster berada di dunia alam sadar maka tentu ia masih bisa memperjuangkan hidupnya tetapi dalam dunia mimpi, Nymsis adalah dewa yang tidak terkalahkan.
‘Yah, bisa kubaca pikiranmu, Blaster Sang Raja Naga Api. Sudah kuduga begitu aku menyebutkan namaku maka kau pasti akan segera menyadari siapa aku dan bagaimana kondisimu sekarang. Seekor ulat yang terperangkap di jaring laba – laba tentu tidak dapat melepaskan diri dengan begitu mudahnya, bukan?’ Nymsis berkata sambil mendekati Blaster yang kini seluruh tubuhnya mulai membeku, tidak dapat bergerak.
‘Apa yang diinginkan makhluk ini dariku? Apa yang dia rencanakan?’ Pikir Blaster dengan heran sambil terus menatap Nymsis.
‘Sabarlah Sang Raja, jangan terlalu tergesa – gesa. Akan tiba waktunya aku sendiri yang akan memberitahumu apa yang harus kaulakukan dan apa rencanaku sebenarnya kepadamu. Namun sekarang yang harus kau lakukan hanya jadilah budakku dan aku akan menjadi tuanmu. Kumpulkan seluruh anak buahmu dan bergeraklah ke arah timur. Kau harus menemukan sebuah benda untukku sebelum pihak lain menemukannya terlebih dahulu!’ Perintah Nymsis.
Blaster meraung hebat dan terbangun. Seluruh tubuhnya terasa panas seperti di neraka dan banjir keringat. Ia menatap ruangan batu permata dan Kristal yang menghiasi sarangnya yang berada di puncak gunung berapi. Mimpi buruknya baru saja berakhir tetapi kengeriannya masih terus terasa apalagi ia baru saja berhadapan dengan makhluk mengerikan Zingamon Nymsis. Baru saja ia bangun dan mulai mengepakkan sayapnya untuk terbang, beberapa naga api datang menghadapnya dan melaporkan diri mereka diserang oleh beberapa Naga Langit di sebuah desa kurcaci di sebelah timur. Blaster mendelik ngeri ketika hatinya merasa bahwa takdir telah menggiringnya untuk sesuatu hal yang mengerikan.
Rabu, 29 Oktober 2008
War of The Dragons: Bab 1. Permusuhan Bangsa Naga
Bab 1. Permusuhan Bangsa Naga
‘Fleira, mengapa kau membawa pasukanmu untuk mengacau di sini? Sudah begitu besarkah nyalimu sehingga menantang kami, Para Naga Langit? Desa Kurcaci kecil ini berada di bawah perlindungan kami jadi jangan coba – coba kalian berani mengganggu mereka!’ Seru Awhair.
Fleira tertawa terbahak – bahak dengan suara berat dan nyala api keluar dari moncongnya. Ia menjawab,’ Awhair, sejak kapan Para Naga Langit berani melawan kami Para Naga Api. Bukankah kalian semua biasanya hanya pandai bersembunyi di balik awan sejak Agair Pemimpin Naga Langit kalah dengan memalukan?’
Awhair meraung dashyat dengan penuh kemarahan,’ Jangan pernah menghina ayahku! Kau akan membayarnya dengan mahal atas penghinaan ini!’ Awhair Pun langsung mengepakkan sayapnya yang berkilauan keemasan. Tak lama kemudian angin badai pun berhembus dengan dashyat dan langsung menghantam Para Naga Api di hadapannya. Fleira yang tidak menyangka akan diserang secara mendadak tidak dapat meluputkan diri dari serangan. Ia terdorong mundur dan menabrak tebing karang hingga hancur. Beberapa anak buahnya tercabik – cabik oleh badai ganas Awhair yang mampu menyayat gunung batu menjadi berkeping – keping.
Fleira segera terbang kembali dan meyemburkan api dari moncongnya. Api itu berhasil menghanguskan beberapa Naga Langit yang tidak berhasil mengelak. Fleira memanfaatkan serangannya untuk terbang menjauh. Ia kini telah terkutuk oleh sifat sombong dirinya sendiri sehingga berani menantang Awhair yang setingkat lebih sempurna daripadanya . Fleira tahu ia bertindak sangat bodoh dengan berani menghina Agair sendiri dan kebodohan yang lain adalah dengan berusaha lari dari Para Naga Langit. Dalam sekejap saja Awhair sudah berhasil mengejar Fleira dan menyemburkan badai angin yang dashyat dari moncongnya. Sia – sia saja Fleira berusaha mengelak karena serangan angin sangat cepat dan sulit diprediksi arahnya. Tiba – tiba saja keseimbangan terbang Fleira terganggu dan ia jatuh dengan keras ke atas tanah. Belum sempat ia bangkit untuk membalas serangan, sebuah cakar sudah menghajar lehernya. Fleira meraung keras sekali sebelum serangan badai kedua Awhair menghabisi nyawanya.
Beberapa Naga Api berhasil meloloskan diri ketika Para Naga Langit sedang mengkonsentrasikan serangan kepada Fleira. Para Naga Langit yang melihat lawannya melarikan diri segera menggeram marah dan berusaha mengejar tetapi Awhair segera melarangnya.
‘Jangan kejar mereka! Ingat prioritas kita adalah menemukan dan mencari jantung ayahku. Lagipula siapa yang tahu ada berapa banyak jumlah mereka sebenarnya. Jangan sampai kita masuk ke dalam penyergapan akibat ingin menghabisi beberapa Naga kecil seperti itu. Saatnya akan datang ketika aku dapat menemukan jantung ayahku dan menemukan inti kekuatan Naga Langit yang sebenarnya,’ Kata Awhair. Lalu Ahwair memandang para kurcaci dengan tatapan mata ganas,’ Jadi katakan kepadaku, makhluk kerdil! Di mana The Yellow Orb yang kau maksudkan itu?’
‘Fleira, mengapa kau membawa pasukanmu untuk mengacau di sini? Sudah begitu besarkah nyalimu sehingga menantang kami, Para Naga Langit? Desa Kurcaci kecil ini berada di bawah perlindungan kami jadi jangan coba – coba kalian berani mengganggu mereka!’ Seru Awhair.
Fleira tertawa terbahak – bahak dengan suara berat dan nyala api keluar dari moncongnya. Ia menjawab,’ Awhair, sejak kapan Para Naga Langit berani melawan kami Para Naga Api. Bukankah kalian semua biasanya hanya pandai bersembunyi di balik awan sejak Agair Pemimpin Naga Langit kalah dengan memalukan?’
Awhair meraung dashyat dengan penuh kemarahan,’ Jangan pernah menghina ayahku! Kau akan membayarnya dengan mahal atas penghinaan ini!’ Awhair Pun langsung mengepakkan sayapnya yang berkilauan keemasan. Tak lama kemudian angin badai pun berhembus dengan dashyat dan langsung menghantam Para Naga Api di hadapannya. Fleira yang tidak menyangka akan diserang secara mendadak tidak dapat meluputkan diri dari serangan. Ia terdorong mundur dan menabrak tebing karang hingga hancur. Beberapa anak buahnya tercabik – cabik oleh badai ganas Awhair yang mampu menyayat gunung batu menjadi berkeping – keping.
Fleira segera terbang kembali dan meyemburkan api dari moncongnya. Api itu berhasil menghanguskan beberapa Naga Langit yang tidak berhasil mengelak. Fleira memanfaatkan serangannya untuk terbang menjauh. Ia kini telah terkutuk oleh sifat sombong dirinya sendiri sehingga berani menantang Awhair yang setingkat lebih sempurna daripadanya . Fleira tahu ia bertindak sangat bodoh dengan berani menghina Agair sendiri dan kebodohan yang lain adalah dengan berusaha lari dari Para Naga Langit. Dalam sekejap saja Awhair sudah berhasil mengejar Fleira dan menyemburkan badai angin yang dashyat dari moncongnya. Sia – sia saja Fleira berusaha mengelak karena serangan angin sangat cepat dan sulit diprediksi arahnya. Tiba – tiba saja keseimbangan terbang Fleira terganggu dan ia jatuh dengan keras ke atas tanah. Belum sempat ia bangkit untuk membalas serangan, sebuah cakar sudah menghajar lehernya. Fleira meraung keras sekali sebelum serangan badai kedua Awhair menghabisi nyawanya.
Beberapa Naga Api berhasil meloloskan diri ketika Para Naga Langit sedang mengkonsentrasikan serangan kepada Fleira. Para Naga Langit yang melihat lawannya melarikan diri segera menggeram marah dan berusaha mengejar tetapi Awhair segera melarangnya.
‘Jangan kejar mereka! Ingat prioritas kita adalah menemukan dan mencari jantung ayahku. Lagipula siapa yang tahu ada berapa banyak jumlah mereka sebenarnya. Jangan sampai kita masuk ke dalam penyergapan akibat ingin menghabisi beberapa Naga kecil seperti itu. Saatnya akan datang ketika aku dapat menemukan jantung ayahku dan menemukan inti kekuatan Naga Langit yang sebenarnya,’ Kata Awhair. Lalu Ahwair memandang para kurcaci dengan tatapan mata ganas,’ Jadi katakan kepadaku, makhluk kerdil! Di mana The Yellow Orb yang kau maksudkan itu?’
War of The Dragons
War of The Dragons
by: Junaidi Halim
Prologue
‘Galarien, saudariku, mengapa kau memanggilku ke tengah dunia ini?’ tanya Armeron,’ Bukankah kita ke-7 Ancient Keeper telah berjanji untuk tidak mencampuri urusan dunia ini lagi? Kita hanya bertugas menjaga dan hanya itulah yang akan kita lakukan.
‘Armeron, tidakkah kau rasakan ketakutan dari bumi, jeritan bintang dan rintihan langit? Sesuatu yang amat sangat buruk dan jahat akan segera terjadi. Oleh karena itu aku memanggilmu,’ Jawab Galarien sambil memandang Armeron.
‘Sesuatu yang jahat terus terjadi sejak Bangsa Naga yang jatuh ke dalam kesombongan membunuh saudara kita, Agaril lalu merebut Jubah Perang Keyakinan warisan The Holy Light yang dijaga Agaril sebagai Ancient Keeper. Darah Agaril telah mengutuk Bangsa itu dalam keserakahan dan perang terus menerus dalam memperebutkan Jubah Perang Keyakinan itu,’ Keluh Armeron,’ Bukan tugas kita untuk mencampurinya, Galarien. Biar makhluk dunia yang berjuang untuk kehidupan mereka sementara kita hanya perlu menjaga warisan The Holy Light agar tidak jatuh ke tangan yang tidak tepat.’
‘Astaga! Apa itu, Armeron?’ Tanya Galarien terkejut ketika melihat sebuah cahaya hijau seperti meteor meluncur ke arah Puncak Gunung Putih yang merupakan tempat tinggal Tinuviran, Keeper yang menjaga Ketopong Pengetahuan warisan Holy Light. ‘Cepat! Kita harus bergerak ke sana!’ Seru Galarien,’ Sesuatu yang jahat tengah mengancam Tinuviran.’
Galarien dan Armeron segera melakukan teleport ke puncak Gunung Putih dan mereka menyaksikan hal yang mengerikan di mana Tinuviran tengah bertarung dengan makhluk besar setinggi 5 meter lebih dan tubuhnya terbuat dari batu kristal tajam dan mengeluarkan api beracun berwarna hijau dari sekujur tubuhnya. Makhluk itu memiliki 4 lengan dan sepasang sayap. ‘Arnarock! Satu dari 13 Pengikut utama Lord of Darkness yang tersisa,’ Seru Galarien.
Tinuviran tengah berusaha bertahan dengan membuat tabir pelindung sihir sementara Arnarock terus menerus memukuli tabir pelindung itu dengan keempat tangannya hingga hancur. Tinuviran segera membalas serangan dengan sihir ledakan bintang Supernova. Puncak Gunung Putih langsung hancur lebur karena energi yang begitu dahsyat tetapi Arnarock tidak bergeming. Tubuh Arnarock sangat kuat dan mampu menahan sihir lawannya. Ia menggeram marah dan maju ke depan untuk mencekik Tinuviran. Tetapi Galarien tidak tinggal diam melihat saudarinya hampir terbunuh dan ia segera memukul tanah dengan keras. Tubuh Arnarock langsung terbelit akar yang kuat dan dalam sedetik kemudian berubah menjadi pohon hidup yang menjepit Arnarock. Tidak berhenti sampai di sana Galarien juga membangkitkan 5 Prajurit Pohon setinggi 4 meter dari dalam tanah. Tapi kekuatan Arnarock tidak kalah dashyat. Tiba – tiba api di tubuhnya meledak dan membakar habis pohon – pohon yang menjepitnya sekaligus membakar prajurit pohon dari Galarien. Tinuviran, Galarien dan Armeron sendiri dipaksa mundur karena kekuatan api yang luar biasa itu.
‘Serang bersamaan, saudariku!’ Seru Armeron memberi komando sambil kemudian mengeluarkan 100 sambaran halilintar berkekuatan dashyat untuk menghantam Arnarock. Bersamaan dengan itu Galarien langsung memanggil puluhan batu – batu besar dari dalam inti bumi untuk menghajar Arnarock dari bawah. Sementara itu Tinuviran menghujani Arnarock dengan puluhan bintang jatuh. Kekuatan tiga Keeper disatukan membuat Arnarock kewalahan dan Gunung Putih pun tidak dapat menahan kekuatan dashyat itu hingga hancur berkeping – keeping. Ketiga Keeper segera terbang menghindar.
Dari dalam runtuhan gunung itu, bangkitlah Arnarock dengan keadaan yang sangat marah namun ia tidak berani meneruskan pertarungan karena sekarang di hadapannya telah ada 6 Keeper. Ajitera, Leskion dan Nimros telah berteleport untuk membantu Keeper yang lainnya. Melihat keadaan tidak menguntungkan, maka Arnarock memutuskan untuk pergi menghindar. Para Keeper tidak berani mengambil resiko mengejar Arnarock karena dari 13 Pengikut Lord of Darkness, empat di antaranya termasuk Arnarock masih berkeliaran. Para Keeper tidak mau sampai disergap keempat makhluk terkutuk ini dan warisan The Holy Light jatuh ke tangan Kegelapan. Mereka hanya terdiam menatap Arnarock terbang menjauh.
Sementara itu, seorang wanita cantik tersenyum melihat semuanya itu dari dalam bola kristalnya. Wajahnya tidak terlihat jelas dan senyumnya begitu misterius. ‘Zaman Para Naga telah berakhir dan zaman baru akan datang diawali dengan api peperangan,’ Desis Sang Wanita.
by: Junaidi Halim
Prologue
‘Galarien, saudariku, mengapa kau memanggilku ke tengah dunia ini?’ tanya Armeron,’ Bukankah kita ke-7 Ancient Keeper telah berjanji untuk tidak mencampuri urusan dunia ini lagi? Kita hanya bertugas menjaga dan hanya itulah yang akan kita lakukan.
‘Armeron, tidakkah kau rasakan ketakutan dari bumi, jeritan bintang dan rintihan langit? Sesuatu yang amat sangat buruk dan jahat akan segera terjadi. Oleh karena itu aku memanggilmu,’ Jawab Galarien sambil memandang Armeron.
‘Sesuatu yang jahat terus terjadi sejak Bangsa Naga yang jatuh ke dalam kesombongan membunuh saudara kita, Agaril lalu merebut Jubah Perang Keyakinan warisan The Holy Light yang dijaga Agaril sebagai Ancient Keeper. Darah Agaril telah mengutuk Bangsa itu dalam keserakahan dan perang terus menerus dalam memperebutkan Jubah Perang Keyakinan itu,’ Keluh Armeron,’ Bukan tugas kita untuk mencampurinya, Galarien. Biar makhluk dunia yang berjuang untuk kehidupan mereka sementara kita hanya perlu menjaga warisan The Holy Light agar tidak jatuh ke tangan yang tidak tepat.’
‘Astaga! Apa itu, Armeron?’ Tanya Galarien terkejut ketika melihat sebuah cahaya hijau seperti meteor meluncur ke arah Puncak Gunung Putih yang merupakan tempat tinggal Tinuviran, Keeper yang menjaga Ketopong Pengetahuan warisan Holy Light. ‘Cepat! Kita harus bergerak ke sana!’ Seru Galarien,’ Sesuatu yang jahat tengah mengancam Tinuviran.’
Galarien dan Armeron segera melakukan teleport ke puncak Gunung Putih dan mereka menyaksikan hal yang mengerikan di mana Tinuviran tengah bertarung dengan makhluk besar setinggi 5 meter lebih dan tubuhnya terbuat dari batu kristal tajam dan mengeluarkan api beracun berwarna hijau dari sekujur tubuhnya. Makhluk itu memiliki 4 lengan dan sepasang sayap. ‘Arnarock! Satu dari 13 Pengikut utama Lord of Darkness yang tersisa,’ Seru Galarien.
Tinuviran tengah berusaha bertahan dengan membuat tabir pelindung sihir sementara Arnarock terus menerus memukuli tabir pelindung itu dengan keempat tangannya hingga hancur. Tinuviran segera membalas serangan dengan sihir ledakan bintang Supernova. Puncak Gunung Putih langsung hancur lebur karena energi yang begitu dahsyat tetapi Arnarock tidak bergeming. Tubuh Arnarock sangat kuat dan mampu menahan sihir lawannya. Ia menggeram marah dan maju ke depan untuk mencekik Tinuviran. Tetapi Galarien tidak tinggal diam melihat saudarinya hampir terbunuh dan ia segera memukul tanah dengan keras. Tubuh Arnarock langsung terbelit akar yang kuat dan dalam sedetik kemudian berubah menjadi pohon hidup yang menjepit Arnarock. Tidak berhenti sampai di sana Galarien juga membangkitkan 5 Prajurit Pohon setinggi 4 meter dari dalam tanah. Tapi kekuatan Arnarock tidak kalah dashyat. Tiba – tiba api di tubuhnya meledak dan membakar habis pohon – pohon yang menjepitnya sekaligus membakar prajurit pohon dari Galarien. Tinuviran, Galarien dan Armeron sendiri dipaksa mundur karena kekuatan api yang luar biasa itu.
‘Serang bersamaan, saudariku!’ Seru Armeron memberi komando sambil kemudian mengeluarkan 100 sambaran halilintar berkekuatan dashyat untuk menghantam Arnarock. Bersamaan dengan itu Galarien langsung memanggil puluhan batu – batu besar dari dalam inti bumi untuk menghajar Arnarock dari bawah. Sementara itu Tinuviran menghujani Arnarock dengan puluhan bintang jatuh. Kekuatan tiga Keeper disatukan membuat Arnarock kewalahan dan Gunung Putih pun tidak dapat menahan kekuatan dashyat itu hingga hancur berkeping – keeping. Ketiga Keeper segera terbang menghindar.
Dari dalam runtuhan gunung itu, bangkitlah Arnarock dengan keadaan yang sangat marah namun ia tidak berani meneruskan pertarungan karena sekarang di hadapannya telah ada 6 Keeper. Ajitera, Leskion dan Nimros telah berteleport untuk membantu Keeper yang lainnya. Melihat keadaan tidak menguntungkan, maka Arnarock memutuskan untuk pergi menghindar. Para Keeper tidak berani mengambil resiko mengejar Arnarock karena dari 13 Pengikut Lord of Darkness, empat di antaranya termasuk Arnarock masih berkeliaran. Para Keeper tidak mau sampai disergap keempat makhluk terkutuk ini dan warisan The Holy Light jatuh ke tangan Kegelapan. Mereka hanya terdiam menatap Arnarock terbang menjauh.
Sementara itu, seorang wanita cantik tersenyum melihat semuanya itu dari dalam bola kristalnya. Wajahnya tidak terlihat jelas dan senyumnya begitu misterius. ‘Zaman Para Naga telah berakhir dan zaman baru akan datang diawali dengan api peperangan,’ Desis Sang Wanita.
Langganan:
Postingan (Atom)